‘Magic Man’ merupakan album solo kedua dari Jackson Wang yang baru saja rilis pada 9 September lalu. Album ini menjadi album pertama semenjak Jackson mengakhiri kontraknya dengan JYP sebagai member boyband GOT7. Momen ini sebetulnya bukan menjadi awal dari solo karirnya tanpa bayang-bayang JYP, Jackson telah membangun karirnya dalam skena musik internasional sejak 2017. Ia merupakan founder dari label musik solonya sendiri, Team Wang. Dimana Ia bisa lebih bebas, mandiri, dan terbuka dengan berbagai project musik di skena internasional. Jackson juga telah merilis album debut solonya, ‘Mirrors’ pada 2019 silam.
Semenjak merilis single pertama, ‘Blow’, Jackson Wang berhasil mengejutkan penggemarnya, bahkan pendengar barunya. Biasanya lebih familiar membawakan lagu-lagu pop dan hip hop, Jackson tiba-tiba tampil percaya diri membawakan lagu rock dengan konsep visual yang maksimal melalui video klip-nya. Kemudian disusul dengan ‘Cruel’ yang masih terinfluensi dengan musik rock. Apakah ‘Magic Man’ akan memenuhi ekspektasi kita akan Jackson Wang yang semakin mantap sebagai solois dan siap menaklukan industri musik di kancah yang lebih tinggi lagi?
The Gist: ‘Magic Man’ justru menjadi album sophomore yang terdengar seperti album solo dengan identitas yang kuat dari Jackson Wang. ‘Mirrors’ merupakan album debut yang mudah terlupakan dan tertimbun di kesuksesan Jackson kala itu yang masih menjadi bagian dari GOT7. Bagi penggemar Jackson, pastinya paham betul bagaimana musisi ini lebih dari sekadar member boyband yang sekadar mencoba peruntungan sebagai solois. Ketika seorang menulis musik dengan tulus dan benar-benar dari dalam dirinya, maka ketulusan tersebut akan langsung terdengar. Musik seperti itulah yang akan kita dengarkan dalam ‘Magic Man’. Jackson terdengar lebih bebas berekspresi dan mengeksplorasi musik, baik dalam segi lirik hingga aransemen musik. Jackson terdengar tidak mempedulikan ekspektasi pasar, namun berusaha memberikan yang terbaik.
Melalui wawancaranya dengan Rolling Stone India, Jackson memaparkan bahwa ‘Magic Man’ bukan hanya tentang dirinya, siapapun bisa menjadi Magic Man. Sebagaimana Ia menyebut dirinya sebagai ‘Magic Man’ dalam proses produksi album ini yang baginya adalah proses dengan penuh keajaiban. ‘Magic Man’ adalah gambaran abstrak Jackson tentang dirinya yang telah melalui banyak hal, melalui berbagai rintangan kehidupan, bagaimana berbagai hal tersebut menjadi wujud asli dan final dari seseorang. Jika ini wujud sesungguhnya dari Jackson Wang sebagai musisi, maka ‘Magic Man’ telah menjadi prestasi yang membanggakan.
Sound Vibes: ‘Magic Man’ menjadi bukti bahwa Jackson memiliki hasrat yang besar dalam bermusik dan memiliki ‘warna’-nya sendiri. Album ini akan menjadi musik yang tidak pernah kita dengarkan sebelumnya dari Jackson Wang. Banyak media musik melabeli ‘Magic Man’ sebagai eksplorasi Jackson dalam genre rock. Namun, secara keseluruhan album ini merupakan gabungan dari berbagai genre musik yang masih bernaung di bawah genre root Jackson, yaitu musik pop. Treatment yang digunakan dalam komposisi setiap lagu masih sangat nge-pop, dengan riff gitar dan hook yang catchy. Tracklist ‘Magic Man’ diisi dengan materi yang cukup variatif. Ada track seperti ‘Drive it Like You Stole It’ yang lebih kental dengan genre RnB pop yang loungy dan grovey. Kemudian ada track ballad, ‘Blue’, dan ‘Dopamine’ yang masih terinfluensi dengan sedikit sentuhan hip hop namun sangat subtle.
Vibes boleh sama, namun setiap track memiliki pola aransemen musik yang berbeda. Sesuai dengan klaim bahwa album ini menjadi medium eksplorasi Jackson dalam bermusik yang terdengar lebih bebas.
Transformasi Jackson Wang menjadi ‘Magic Man’ akan mengingatkan pada momen solo Harry Styles. Sebagai mantan member boyband Inggris, One Direction, Ia berhasil mengejutkan kita (mungkin yang bukan penggemar One Direction sekalipun) dengan lagu-lagunya seperti ‘Sign of the Times’ dan ‘Kiwi’. Jackson Wang bisa dikategorikan sebagai mantan member boyband yang tetap bersinar meski sebagai solois.
Best Tracks: Menjadikan ‘Blow’ dan ‘Cruel’ sebagai dua single utama adalah keputusan paling tepat. Karena kedua track tersebut memang beberapa yang terbaik dan mampu menjual ‘Magic Man’. ‘Blow’ dan ‘Cruel’ memiliki karakteristik paling menonjol dalam ‘Magic Man’. Sementara ‘Blue’ menjadi single ketiga yang dirilis bersamaan dengan album. Menjadi track ballad dan paling lembut dalam tracklist. ‘Blue’ mungkin bukan track yang ‘megah’, namun menjadi lagu paling penting bagi Jackson dalam album ini. Karena Ia mengungkapkan menulis lagu tersebut di titik terendahnya kala itu.
‘Champagne Cool’ juga menjadi salah satu terbaik dalam ‘Magic Man’ dengan aransemen post-punk revival dengan permainan tempo dan ketukan yang variatif. Kemudian lanjut dengan track ‘Go Ghost’ yang juga catchy dengan alunan electro dance dengan transisi outro track sebelumnya yang berkesinambungan.
‘Magic Man’ menjadi album kedua Jackson Wang yang terasa seperti self-title album, namun mungkin terlalu dini untuk menentukan musik yang benar-benar identitas dari Jackson Wang sebagai solois. Dengan materi yang variatif dalam album ini, Jackson tampaknya masih baru memulai perjalanan untuk mengeksplorasi berbagai genre musik sesuai kata hatinya, sebagai dirinya sendiri. ‘Magic Man’ menjadi medium yang sempurna sebagai deklarasi kebebasannya kini dalam bermusik.