Connect with us
How to Build a Girl
IFC Films

Film

How to Build a Girl Review: Yang Tidak Boleh Dilakukan Ketika Mencari Jati Diri

Film semi autobiografi jurnalis muda yang penuh dengan energi negatif dan kesalahan, agar tidak kita tiru. 

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“How to Build a Girl” (2019) merupakan film yang diangkat dari novel semi autobiografi bertajuk serupa karya Caitlin Moran. Bersama dengan sutradara Coky Giedroyc, Moran juga mengembangkan novelnya sebagai naskah film comedy coming of age.

Menceritakan kisah Johanna Morrigan , remaja 16 tahun di Wolverhampton pada 1990-an. Karena krisis finansial yang dialami oleh keluarganya, Johanna mengambil pekerjaan sebagai kritikus musik rock di penerbitan majalah. Pada dasarnya, Johanna memiliki bakat menulis yang natural, namun tuntutan editor untuk artikel yang panas, membuatnya harus menjadi kritikus musik yang brutal.

Seperti drama coming of age pada umumnya, “How to Build a Girl” pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan drama remaja sejenisnya. Dengan latar kehidupan anak sekolah di negeri barat pada era 90-an, “How to Build a Girl” memiliki vibe yang cukup serupa dengan serial “Derry Girls” (2018) dan film “Our Ladies” (2019). Sama-sama remaja yang bosan, masih dalam masa pemberontakan, dengan kenalakan yang tak kalah bikin geleng-geleng kepala.

How to Build a Girl

Remaja Perempuan dengan Mimpi Besar sebagai Penulis Ternama

Johanna merasa masa remaja sangat membosankan dan Ia siap untuk sesuatu terjadi. Ia ingin menjadi penulis terkenal, meninggalkan kampung halamannya yang payah, memulai petualangan, serta mengencani banyak pria tampan. Ketika dirinya menyebabkan krisis finansial pada keluarganya sendiri, Ia pun melamar kerja sebagai kritikus musik rock di penerbitan majalah. Dimulai dari Johanna yang memiliki kepribadian polos, Ia mulai bertransformasi menjadi sosok perempuan baru yang Ia pikir lebih keren dari dirinya yang sebelumnya.

Meskipun narasi bias pada sosok Johanna Morgan, naskah yang dieksekusi tidak mengandung romantisme menanggapi fase pemberontakan remaja. Beberapa dari kita mungkin familiar dengan isu romantisme gaya hidup bebas dan semangat pemberontakan yang destruktif di serial remaja masa kini.

Salah satu poin penting yang ingin disampaikan melalui karakter Johanna adalah bagaimana hal-hal negatif hanya membawa bencana dari pada pengembangan diri.

How to Build a Girl

Menyimak Kisah Johanna Agar Tidak Jatuh dalam Kesalahan yang Sama

Bisa disamakan dengan film seperti “Almost Famous” (2000), dimana seorang remaja yang masih muda menemukan berbagai pengalaman yang tidak sesuai dengan usianya. Dewasa terlalu cepat. Naik turun perkembangan karakter Johanna dalam kisah coming of age akan menjadi perjalanan yang dinamis bagi penonton.

Kita akan melihat kebangkitan hingga berbagai kesalahan yang membuat Johanna terjebak dalam situasi yang kacau. Sangat sempurna memotret kekalutan remaja yang masih labil dan berada di situasi yang penuh tekanan. Namun, lepas dari berbagai kenakalan dan masalah yang disebabkan oleh Johanna, Ia pada akhirnya diberi konsekuensi yang sepadan untuk dibayar.

Sebagai karya semi autobiografi, menyajikan kisah yang inspiratif atau memberikan pelajaran hidup pada penonton merupakan aspek yang tidak boleh dilupakan. “How to Build a Girl” merupakan panduan tentang apa saja yang tidak boleh dilakukan remaja perempuan ketika sedang menciptakan dirinya, jati dirinya. Dengan menyimak kesalahan dan destruktif diri yang dilakukan oleh Johanna, penonton diharapkan untuk jatuh dalam kesalahan yang sama.

Bisa disamakan dengan film seperti “Almost Famous” (2000), dimana seorang remaja yang menemukan berbagai pengalaman yang tidak sesuai dengan usianya. Dewasa terlalu cepat. Naik turun perkembangan karakter Johanna dalam kisah coming of age akan menjadi perjalanan yang dinamis bagi penonton. Kita akan melihat kebangkitan hingga berbagai kesalahan yang membuat Johanna terjebak dalam situasi yang kacau.

Sangat sempurna memotret kekalutan remaja yang masih labil dan berada di situasi yang penuh tekanan. Namun, lepas dari berbagai kenakalan dan masalah yang disebabkan oleh Johanna, Ia pada akhirnya diberi konsekuensi yang sepadan untuk dibayar.

Sarat Akan Pesan Feminisme Khususnya untuk Remaja Perempuan

“How to Build a Girl” memiliki segmentas yang jelas dan cukup khusus. Yaitu remaja perempuan yang masih berusaha mencari jati diri dan pengakuan. Apalagi yang memiliki passion menulis seperti Johanna. Namun tetap bisa menginspirasi remaja sebaya lainnya yang hendak menggeluti bidang tertentu. Kisah Johanna bisa menjadi tolak ukur kebenaran dan seorang remaja mulai kehilangan arah. Terjerumus dalam lingkungan yang negatif, toxic, dan destruktif.

Karya semi autobiografi ini mungkin tidak seratus persen akurat dengan apa yang dialami oleh Caitlin Moran sebagai penulis. Kita akan menangkap, mungkin menyampaikan kisah pribadinya bukan target utama Moran. Ia lebih memprioritaskan pelajaran hidup seperti apa yang Ia dapatkan di masa remajanya. Bahwa esensi dari krisis maupun pembelajaran yang Ia dapatkan bisa diaplikasikan dengan skenario yang berbeda. Karena setiap penonton pastinya memiliki jalan hidup yang berbeda. “How to Build a Girl” bisa di-streaming selagi tersedia di Netflix.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect