Ada banyak film yang berhasil mencorong di sepanjang tahun 2019. Beberapa film memang sudah diantisipasi kehadirannya dan diyakini akan berhasil. Sebagian lagi merupakan film underrated yang ternyata berhasil membuktikan bahwa mereka berkualitas. Berikut ini adalah daftar film-film terbaik dari berbagai negara Asia di sepanjang tahun 2019. Tak hanya menampilkan plot yang menarik dan akting yang tidak main-main tetapi juga kualitas visual yang di atas rata-rata.
Friend Zone – Thailand
Salah satu film yang merajai box office Thailand adalah Friend Zone. Sesuai judulnya, film ini berkisah tentang hubungan friend zone yang dialami oleh Palm dan Gink. Mereka berteman sejak SMA. Ketika itu Gink yang ditemani oleh Palm memergoki ayahnya ternyata berselingkuh. Gink yang patah hati melihat ulah sang ayah semakin sedih saat tahu Palm hanya menganggapnya sebagai teman. Padahal sebenarnya keduanya saling menyukai. Hubungan mereka pun terus mengalami maju mundur hingga 10 tahun kemudian. Bagi pecinta romance, plot semacam ini bikin geregetan meski hampir bisa dipastikan akan berakhir happy ending.
Where We Belong – Thailand
Film ini bertabur anggota idol group BNK 48 (sejenis dengan JKT 48). Kisahnya tentang Sue dan Belle yang merupakan sahabat. Sue mendapatkan beasiswa untuk belajar di luar negeri sehingga ia akan meninggalkan Belle. Sebelum pergi ia dan Belle membuat daftar kegiatan apa saja yang harus dilakukan. Hubungan Belle dan Sue yang terlalu lekat membuat banyak orang mengira bahwa mereka adalah pasangan. Where We Belong memberikan gambaran yang realistis mengenai masa remaja yang pelik bagi sebagian orang.
The Bravest – China
Film ini merupakan kisah nyata dari ledakan pipa minyak di pelabuhan yang membuat sekelompok pemadan kebakaran harus bekerja keras demi menyelamatkan kota. Kejadian ini terjadi tahun 2010 lalu di Provinsi Liaoning, China. The Bravest dibuat berdasarkan buku yang ditulis seorang Mongolia, Bao’erji, yang melakukan wawancara terhadap para pemadam kebakaran. The Bravest juga berhasil menempati posisi kedua di box office dan hanya kalah saing dengan Ne Zha.
The Wandering Earth – China
Film ini menjadi catatan sejarah yang membuktikan bahwa tak hanya perfilman Hollywood saja yang digdaya. Ini adalah film sci-fi pertama yang bukan buatan Hollywood tapi memiliki kualitas baik. Ide filmnya pun unik dan tak biasa yaitu memindahkan bumi ke galaksi lain. Namun sebagai bumbu, film ini juga menyajikan romantika hubungan ayah dan anak yang rumit. Kekurangan film ini tentu saja karena materinya yang agak berat sehingga tidak semua penonton akan mudah mencerna. Apalagi dengan kehadiran narator yang justru mengurangi nilai dari film ini.
Kesari – India
Film ini diangkat dari kisah nyata Perang Saragarhi yang sempat tenggelam dalam sejarah. Berkisah tentang 21 orang tentara Sikh yang berperang melawan 10.000 pasukan dari Afghanistan. Tentu saja dari segi jumlah kita dapat mengetahui bagaimana perang ini akan berakhir. Namun sang sutradara mengemasnya dengan baik sehingga Kesari sangat layak ditonton. Tak hanya fokus pada kondisi perang, film ini juga menggambarkan apa yang tidak diceritakan dalam buku sejarah. Seperti perang batin para tentara Sikh dan kehidupan personal mereka masing-masing.
Article 15 – India
Film bergenre kriminal ini berfokus pada Pasal 15 Konstitusi India yang melarang diskriminasi atas dasar ras, kasta, agama, jenis kelamin, atau tempat lahir. Meski tidak berdasarkan kisah nyata, film ini dibuat berdasarkan beberapa kasus nyata yang terjadi di India seperti kasus gang rape di tahun 2014 dan penyiksaan atas dasar kasta di tahun 2016. Pada 2014 seorang gadis dari kasta Dalit diperkosa dan digantung hidup-hidup. Orang yang dituduh melakukan kejahatan tersebut justru dibebaskan. Pada 2016 beberapa orang dari kasta Dalit disiksa dan direkam karena dituduh membunuh sapi. Kedua kasus ini mencerminkan buruknya diskriminasi atas kasta dan jenis kelamin di India.
Gully Boy – India
Film musikal berbahasa India ini mewakili negaranya dalam seleksi Oscar pada kategori Best International Feature Film. Kisahnya tentang seorang mahasiswa yang hampir lulus kuliah dan tinggal di perkampungan padat kumuh padat penduduk. Ia memiliki ayah yang abusif dan memiliki istri kedua yaitu perempuan yang berusia sangat muda. Ia juga memiliki pacar yang kelewat posesif dan melakukan kekerasan bila cemburu. Demi mendapatkan kebahagiaan ia lalu membawa sang ibu dan adik untuk pergi dari rumah sembari mengejar mimpinya bermusik.
12 Suicidal Teens – Jepang
Sesuai dengan judulnya, film ini berfokus pada 12 orang remaja lelaki dan perempuan yang ingin melakukan bunuh diri massal di sebuah rumah sakit yang sudah tidak digunakan. Namun ketika mereka akan melakukan bunuh diri, mereka menemukan mayat seorang lelaki. Mereka pun berusaha mencari tahu siapa pembunuh dari lelaki tersebut. Hal ini pun turut mengungkapkan masing-masing alasan dari mereka ingin bunuh diri. Film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul Jyuni Nin no Shinitai Komodotachi yang dirilis pada 2016 lalu.
Parasite – Korea
Harus diakui, selain naskah yang brilian, sebagai sebuah film bergenre dark comedy Parasite tidak akan sukses bila para aktornya tidak bermain dengan baik. Mereka mampu menampilkan kinerja brilian menggambarkan ketimpangan sosial dan memandangnya sebagai sebuah komedi. Walau demikian memang masih ada kritikan yang menganggap sang sutradara memaksakan sisi filosofis dalam filmnya. Tapi harus diakui kita membutuhkan lebih banyak film seperti ini untuk mengkritisi dunia.
Extreme Job – Korea
Bila Parasite menampilkan genre dark comedy maka Extreme Job menampilkan komedi yang utuh, segar, dan apa adanya. Kita akan dibuat tertawa sejak awal menontonnya. Berkisah tentang sekelompok polisi yang ingin menangkap kriminal dengan menyamar menjadi tukang ayam. Nyatanya restoran ayam mereka laku keras dan sangat populer. Seluruh aktor dan aktrisnya mampu berakting natural. Adegan antarscene juga dibuat begitu padu sehingga tidak terlihat dipaksakan. Sebuah komedi yang cerdas sekaligus menghibur.
Dua Garis Biru – Indonesia
Bila menyebutkan daftar film Indonesia terbaik maka kita tidak bisa untuk tidak memasukkan Dua Garis Biru ke dalamnya. Dari segi skenario, film ini sempurna. Meski tujuannya adalah mengedukasi, film ini menyajikannya dengan smooth, tidak membosankan, dan sangat mudah dicerna. Sejak awal film ini sudah meraih kontroversi dan hampir diboikot. Tetapi Dua Garis Biru mampu membuktikan bahwa ini adalah sebuah film yang menghibur dan mendidik, bukan menjual esek-esek. Dua Garis Biru merupakan sebuah pencapaian di perfilman Indonesia sebagai sebuah film yang sangat idealis, edukatif, tetapi mampu meraih hampir tiga juga penonton.
Walau demikian daftar film ini bisa saja bertambah karena hingga akhir Desember nanti masih akan ada beberapa film Indonesia yang rilis. Ada dua film yang terutama ditunggu-tunggu oleh pecinta film Indonesia yaitu Imperfect dan Habibie & Ainun 3. Apakah kedua film tersebut akan masuk daftar film terbaik?