“Drifting Home” merupakan film anime terbaru yang bisa di-streaming di Netflix. Anime karya Hiroyasu Ishida ini bergenre petualangan fantasi. Kosuke dan Natsume beserta teman-temannya bermain di bangunan apartemen lama saat liburan musim panas mereka. Tiba-tiba mereka semua terjebak fenomena tidak biasa setelah hujan yang sangat lebat. Mereka terdampar di tengah laut di atas gedung apartemen yang mengapung seperti kapal besar.
Anime seperti “Drifting Home” memiliki konsep cerita fantasi yang sekilas sulit dipahami nalarnya. Sama seperti dengan Kosuke dan Natsume, kita akan diajak melakukan petualangan seru sambil berusaha mengungkap keseluruhan cerita.
Jika menyukai anime seperti “A Whisker Away” (2020), “Kimi no Na wa” (2016), hingga anime petualangan di isekai seperti “Bubble” yang baru juga di Netflix, “Drifting Home” juga menyajikan kisah dengan semesta fantasi yang mungkin sedang kita cari-cari.
Petualangan Survival Sekelompok Anak-Anak di Tengah Laut
“Drifting Home” memiliki plot yang penuh dengan tanda tanya pada babak permulaan. Kita diperlihat sekilas bagaimana Kosuke dan Natsume dulunya bersahabat. Namun tiba-tiba keduannya tampak saling berjauhan. Hingga akhirnya fenomena aneh terjadi, dan munculnya karakter misterius baru.
Awalnya kita harus menerima petualangan mereka dengan segala tanda tanya di kepala kita, sama seperti semua karakter yang terlibat dalam cerita. Hingga akhirnya secara perlahan misteri diungkap satu per satu seperti pecahan puzzle. Karena premis awalnya sudah sangat original, kita tak akan terlalu bisa menebak kemana “Drifting Home” hendak membawa kita. Membuat petualangan selama 2 jam durasi film tidak membosankan dan membuat kita penasaran.
‘Kekosongan’ akan misteri yang masih menjadi pertanyaan pun diisi dengan petualangan survival sekelompok anak-anak yang seru. Mulai dari mencari persedian makanan, kemudian mengelolah persediaan yang ada, hingga berbagai usaha untuk menyelamat diri di situasi yang membingungkan. Ada juga beberapa adegan aksi dan situasi genting yang menegangkan. Dimana membuat kelompok anak-anak ini saling bekerja sama meski dengan konflik di antara mereka.
Panorama Latar Fantasi yang Menggugah dan Dinamis
Latar lokasi di gedung apartemen yang mengapung di lautan lepas menjadi panorama yang mendominasi hampir selama 2 jam film. Namun dijamin tidak akan bikin bosan. Hal tersebut karena ada berbagai variasi adegan yang tidak statis. Terkadang mereka bersenang-senang, ada kalanya juga mereka dihadapi rintangan yang terlalu besar untuk dihadapi ole anak-anak.
Dengan konsep bahwa gedung apartemen tersebut menjadi rumah masa kecil yang penuh kenangan, “Drifting Home” juga berusaha untuk membuat kita merasakan sentimen yang dirasakan oleh Kosuke dan Natsume. Oleh karena itu, kita terus diperlihatkan lokasi di gedung tersebut. Dengan berbagai adegan petualangan seru dipresentasikan dengan animasi yang menggugah, film ini berhasil membuat kita jatuh cinta dengan gedung yang juga memiliki makna besar dalam kisah ini.
Pada adegan-adegan aksi yang menunjukan runtuhan dan rusaknya gedung dieksekusi dengan detail yang maksimal. Animasinya yang sudah berkualitas detailnya kemudian dipadukan dengan musik latar yang menyempurnakan setiap adegan untuk memberikan kesan menggugah.
“Drifting Home” bisa menjadi film yang patut di-streaming di layar besar. Buat yang memiliki fasilitasnya, patut banget nonton film ini di layar televisi. Film ini juga aman serta menyenangkan untuk ditonton bersama keluarga.
Eksplorasi Kenangan dan Sentimental akan Suatu Lokasi
(Slight Spoiler!) Ada orang yang beranggapan, ‘rumah’ lebih dari sekadar tempat, ‘rumah’ adalah dimana hati kita berada. Namun, “Drifting Home” menjadi kisah yang memaknai sentimental lokasi sebagai ‘rumah’ bagi Kosuke dan Natsume. Salah satu dilema utama dalam kisah ini adalah Natsume yang masih merasakan ikatan besar gedung apartemen semasa kecilnya. Dimana Ia memiliki banyak kenangan indah bersama Kosuke dan kakeknya. Natsume merasa hanya bisa merengkuh gedung tersebut untuk terus merasakan nostalgia yang membuatnya bahagia. Layaknya melihat album foto yang berisi banyak memori.
“Drifting Home” tampaknya juga mengambil referensi dari agama shinto yang sudah menjadi bagian dalam budaya Jepang. Dimana shinto merupakan kepercayaan yang tidak memiliki satu sosok Tuhan, namun dewa dan roh. Dimana apapun di bumi ini bisa memiliki roh atau memiliki unsur supranatural karena telah menjadi bagian dalam hidup manusia.
Gedung apartemen dalam skenario ini dilambangkan sebagai tempat yang ‘sakral’ karena telah menjadi rumah dan menyimpan banyak kenangan bagi setiap penghuni yang pernah tinggal di sana, seperti Kosuke dan Natsume.
Pada akhirnya, “Drifting Home” bisa jadi tontonan anime seru bernuansa petualangan musim panas. Sama dengan beberapa judul anime berlatar musim sama, selalu ada nostalgia dan unsur melankolis yang menyentuh dalam anime-anime seperti ini.