Connect with us
Cyber Hell: Exposing an Internet Horror
Cr. Netflix

Film

Cyber Hell: Exposing an Internet Horror Review

Menyimak investigasi jurnalis dalam kasus Nth Room di Korea Selatan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Kasus Nth Room merupakan kasus kriminal asusila dunia maya yang sempat meledak di Korea Selatan pada 2020 lalu. Melalui aplikasi Telegram, dua pelaku utama dengan julukan Baksa (Cho Ju Bin) dan Godgod (Moon Hyuk Wook) menjebak banyak perempuan di bawah umur untuk mengambil foto dan video bermuatan pornografi, dengan ancaman penyebaran data pribadi. Kemudian menjual konten pornografi tersebut kepada para klien yang bergabung dalam group pembicaraan di Telegram yang mereka jalankan dengan pembayaran mata uang kripto.

Godgod sudah melancarkan aksinya sejak 2017 silam, sementara Baksa mulai pada 2019, perbuatan kriminal keji mereka akhirnya terungkap dan keduanya ditangkap pada 2020 lalu.

“Cyber Hell: Exposing an Internet Horror” merupakan film dokumenter kriminal terbaru Netflix yang hendak mengekspos investigasi dari para jurnalis media profesional hingga jurnalis amatir berbakat. Di era dengan perkembangan digital pesat, kita harus mulai peka dengan modus kriminal internet yang semakin hari semakin mengerikan.

Lebih Fokus pada Investigasi yang Dilakukan oleh Para Jurnalis Ambisius

“Cyber Hell: Exposing an Internet Horror” didominasi dengan narasumber dari pihak jurnalis. Mulai dari jurnalis senior koran The Hankyoreh, reporter televisi JTCB, dan sekelompok mahasiswa jurnalis yang anonymous. Sekali lagi, film dokumenter kriminal mengingatkan kita pada kekuatan jurnalisme.

Sebetulnya sedikit ironis bahwa seringkali kasus seperti ini justru ditemukan investigasi terlebih dahulu oleh para jurnalis, bukannya tim penyelidik kepolisian setempat. Masing-masing narasumber memiliki etos kerja jurnalisme yang patut diapresiasi dalam mengungkap kasus ini. Mulai dari latar belakang mereka hingga motivasi mereka untuk mengerjakan kasus Nth Room.

Tanpa reka ulang adegan dan animasi yang dramatis pun, narasi dan kisah yang dibawakan oleh masing-masing jurnalis dalam film dokumenter ini menarik untuk disimak. Lebih dari sekadar mengeksploitasi materi kekerasan seksual dan model kriminal massal yang bikin geleng-geleng kepala, pengalaman para narasumber sebagai jurnalis juga menjadi informasi sampingan yang menarik untuk kita ketahui. Bagaimana ada keberanian, idealisme, namun juga titik dimana mereka merasa telah melakukan pekerjaan sia-sia hingga dilema dan mempertanyakan kebenaran akan apa yang sedang mereka usahakan.

Cyber Hell: Exposing an Internet Horror

Kriminal Dunia Maya yang Menjadi Mimpi Buruk Setiap Perempuan

“Cyber Hell: Exposing an Internet Horror” bisa menjadi film dokumenter dengan konten yang cukup berat dan memicu trauma akan kekerasan dan eksploitasi seksual. Kita mungkin sudah tidak bisa mengomentari lagi eksekusi produksi film dokumenter Netflix yang kerap mendramatisir reka adegan untuk ‘sentuhan artistik’. Yang sebetulnya bisa cukup triggering untuk penonton sensitif meski hanya samar-samar dan tidak eksplisit. Setidaknya penjelasan seputar detail kengerian yang dialami korban dalam dokumenter ini hanya diceritakan pada babak-babak awal saja dan tidak dieksploitasi secara berlebihan.

Dengan durasi film dokumenter selama 105 menit, porsi narasi investigasi dan kronologi penelusuran hingga penangkap pelaku lebih mendominasi naskah secara keseluruhan. Narasi investigasi mendekati akhir dan selesainya Nth Room juga semakin menarik untuk diikuti mendekati akhir film.

Menonton film dokumenter kriminal seperti ini bisa menjadi pelajar berguna bagi penonton perempuan. Bagaimana kita harus lebih waspada dan tidak mudah jatuh dalam lingkaran kriminal serupa, dan semakin sadar dengan pentingnya menjaga data pribadi di dunia maya. Mungkin tak hanya untuk perempuan saja, namun bagi semua orang secara umum.

Pentingnya Kerjasama Jurnalis dan Pihak Kepolisian dalam Mengungkap Kriminal Tersembunyi

“Cyber Hell: Exposing an Internet Horror” menjadi salah satu film dokumenter kriminal yang memperlihatkan kerjasama sempurna antara pihak jurnalis dengan tim kepolisian. Keduanya sama-sama melakukan investigasi, namun memiliki wewenang yang berbeda, Jurnalis memiliki kemampuan untuk menimbulkan kesadaran akan sebuah isu melalui tulisan maupun program acara mereka. Sementara kepolisian lebih berwenang dalam menindaki pelaku dan membawanya ke pengadilan untuk mendapatkan hukuman yang setimpal.

Masih ada banyak praktek kriminal di luar sana yang naru dan tidak terbayangkan. Ada satu produser televisi yang menjadi narasumber dalam dokumenter ini beberapa kali mengungkapkan ‘aku tidak percaya hal seperti ini benar-benar ada’. Disinilah peran jurnalis sangat dibutuhkan, untuk menyulut kesadaran akan keberadaan suatu kasus kriminal. Karena pihak kepolisian tidak akan memulai investigasi tanpa laporan.

“Cyber Hell: Exposing an Internet Horror” merupakan film dokumenter bisa jadi trending di Netflix pekan ini seperti “Our Father” pekan lalu. Lebih dari sekadar mengeksploitasi kriminal cybersex yang mengerikan, dokumenter ini sangat kental dengan latar belakang jurnalisme. Bisa dijadikan inspirasi untuk jurnalis-jurnalis masa kini dalam mengungkap kejahatan yang masih tersembunyi di luar sana.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect