Quantcast
Beabadoobee: This Is How Tomorrow Moves Album Review - Cultura
Connect with us
Beabadoobee
Cr. Jules Moskovtchenko

Music

Beabadoobee: This Is How Tomorrow Moves Album Review

Album pendewasaan Beabadoobee didominasi alunan musik folk-pop dengan komposisi gitar variatif.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Musik Beabadoobee selalu terdengar seperti mesin waktu ke awal tahun 2000an, menggabungkan nostalgia dengan sentuhan modern. Pada album debutnya, “Fake It Flowers”, Bea mengadaptasi energi ala Alanis Morissette, sementara “Beatopia” adalah dunia imajinasi yang playful, terinspirasi dari kenangan masa kecil Kristi.

Kini pada “This Is How Tomorrow Moves”, Kristi masuk ke ruangan yang lebih personal dalam alunan musik akustik, mengadaptasi folk-pop bersama Rick Rubin dalam produksi. Tema kali ini menghasilkan album yang lebih lembut dan reflektif. Mengganti euforia semangat muda ala Bea menjadi melodi yang lebih tenang menuju pendewasa.

Ini membuktikan bahwa Beabadoobee terus berkembang sembari mempertahankan pesona khasnya di tengah-tengah kebangkitan soloist perempuan di industri musik internasional saat ini.

Jika “Beatopia” adalah sisi kekanakan, “This Is How Tomorrow Moves” adalah sisi wanita dewasa dalam Kristi. Banyak hal telah terjadi sejak ia mulai merilis musik pada 2017 di usia 17 tahun. Kini sang musisi adalah wanita 24 tahun, perspektifnya telah berubah dan terdengar dalam musiknya.

Telah merilis dua album, tampil di berbagai festival dan panggung internasional, berkolaborasi dengan banyak musisi lintas genre, telah memberikan variasi musik dalam tracklist “This Is How Tomorrow Moves”. Lagu-lagu seperti “Take A Bite”, “One Time” dan “Post” masih memperdengarkan genre alternatif rock 90an ala Beabadoobee. Namun tracklist album ini lebih beragam tanpa spesifik genre kental seperti pada kedua album sebelumnya.

Sementara lagu-lagu seperti “Tie My Shoes” dan “Girl Song” dialuni oleh musik akustik gitar dan piano. Memperdengarkan kedalaman dari musik Bea yang ternyata lebih dari sekadar bass dan distorsi gitar. Dalam lagu-lagu ini, kita akan mendengarkan berbagai aplikasi instrument yang tidak kita duga dari Bea, terutama pada “Tie My Shoes” dan “Ever Seen” yang kental dengan nuansa pop-folk.

Gitar akustik menjadi instrumen yang paling menonjol. Bahkan tanpa distorsi, Beabadoobee menunjukan kelihaiannya dalam meracik komposisi gitar yang variative dan melampui steriotipnya selama ini. Pada “This Is How It Went”, petikan gitar akustik ala waltz dilantukan. Sementara dalam “Real Man” nuansa dark jazz, baroque pop yang cukup mengejutkan dalam tracklist.

Best Tracks:

“Take A Bite” menjadi salah satu lagu terbaik dalam album ini karena ekspektasi. Terutama bagi penggemar Beabadoobee, rilisan seperti “Take A Bite” ‘lah yang selalu kita kita rindukan dari sang musisi. Dengan tone-nya yang lebih lembut dan melankolis, juga menjadi lagu yang masih kohesif sebagai pembuka dari album ini.

Take A Bite” merupakan lagu yang mengungkap gaya hidup tak sehat dengan merasa nyaman dalam lingkungan familiar, sekalipun penuh kekacauan. Tidak untuk menjustifikasi, namun sebagai medium bagi Kristi untuk menyadari situasinya.

“Real Man” juga menjadi lagu terbaik karena komposisinya yang cukup mengejutkan dalam tracklist album ini. Terutama karena elemen baroque pop-nya. Lagu ini merupakan kekecewaan Bea pada kekasihnya yang tidak dewasa dan tidak becus. Namun ia menyalahkan kekurangan pada kepribadian yang jauh dari ‘pria sejati’ dengan menyalahkan orang-orang yang tidak membesarkannya dengan becus.

Berbeda dengan “Fake It Flowers” dan “Beatopia” yang sangat konseptual, “This Is How Tomorrow Moves” adalah segala perasaan yang ingin diungkapkan oleh Kristi. Dalam album ini ia menyelam ke dalam realisasi diri dan perjuangan selama bertumbuh.

Dengan lirik-lirik yang ia tulis pasca putus cinta, mengalami perubahan dalam berbagai aspek selagi karir musiknya semakin berkembang, dirinya menjadi sorotan publik. Album ini menjadi medium bagi Kristi untuk memahami pikiran dan perasaannya sendiri.

“This Is How Tomorrow Moves” bisa jadi bukan album paling komersial dan lantang dari Beabadoobee, namun memuat perasaan yang personal dan tak hanya kedewasaan secara personal, namun juga dalam menciptakan musik.

Six Sex: X-Sex Album Review

Music

Lady Gaga Mayhem Lady Gaga Mayhem

Lady Gaga ‘Mayhem’ Review – Comeback Luar Biasa ke Prinsip Awal

Music

G-Dragon: Übermensch Album Review

Music

Manic Street Preachers: Critical Thinking Album Review

Music

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect