Sudah hampir 4 tahun semenjak Ariana Grande merilis album sebelumnya, “Positions”, namun perhatian tetap ia dapatkan karena pasang surut kehidupan pribadinya. Mulai dari perpisahannya dengan manajer Scooter Braun, menjadi bintang utama film musikal yang akan datang “Wicked”, hingga skandal yang menjadi akhir dari pernikahannya.
Pada album ketujuhnya, “Eternal Sunshine’, sang diva hendak menjalin potongan-potongan peristiwa dalam kehidupan yang rumit menjadi satu album konsep. Mengambil inspirasi dari film drama romansa yang dibintangi oleh Jim Carey dan Kate Winslet (Eternal Sunshine of the Spotless Mind) pada 2004.
Jika “Positions” adalah album berseminya cinta, “Eternal Sunshine” menjadi album melankolis tentang perpisahan dan dampak yang tertinggal setelahnya. Namun tidak hanya menyuguhkan sederet lagu tentang tangisan dan penyesalan, album ini juga menunjukan niat Ariana Grande untuk menyudahi era patah hatinya selama mengerjakan album ini. Ia ingin menutup kisahnya dengan penerimaan yang lapang dada di atas kesedihannya. “Eternal Sunshine” adalah tentang move on, pertumbuhan pribadi, dan kejelasan pasca berakhirnya suatu hubungan.
The Gist:
“Eternal Sunshine” menjadi kesempatan bagi Ariana Grande akhirnya speak up tentang berbagai hal yang terjadi padanya beberapa tahun belakangan. Khususnya pasca perceraian dan kehidupan pribadinya dalam menjalin hubungan baru. Mengambil inspirasi dari “Eternal Sunshine of the Spotless Mind” dimana premisnya adalah pasangan yang melakukan “prosedur” untuk mengapus kenangan mereka pasca putus, Grande merasa konsep tersebut sesuai dengan tema yang hendak ia eksplorasi dalam album ini.
Terutama sangat tersampaikan melalui track seperti ‘We Can’t be Friends (Wait for Your Love)’ dan titled-track. Berbicara tentang hasrat untuk melupakan hubungan sebelumnya dan kabur dari patah hati yang tak terhindarkan.
‘Yes, And?’ sebagai single yang tegas sebetulnya merupakan intro yang sediki misleading dalam menciptakan ekspetasi akan muatan album ini. “Eternal Sunshine” tidak setajam yang disugestikan oleh single utamanya. Masih memiliki elemen R&B yang lembut dari “Positions”, lirik yang to the point seperti “Thank U, Next”, serta kedalaman emosi sisi manis dari sang diva seperti “Sweetener”.
Sounds Vibe:
Ariana Grande memproduksi musik pop untuk “Eternal Sunshine” bersama Max Martin, Shintaro Yasuda, dan Ilya Salmanzadeh. Bersama mencampur genre R&B yang elegan dengan musik pop yang lebih hidup, untuk mengeksplorasi tema beranjak dari hubungan yang telah berakhir. Dimana bisa melankolis dan syaduh, namun terkadang juga bisa dipresentasikan secara playgful.
Album ini didominasi dengan R&B dan pop dari era 90an hingga 2000an, spektrum R&B yang selama ini sangat mempengaruhi sebagaian besar diskografi sang diva. Masih memperdengarkan kualitas vokal dengan nada tinggi dan harmoninya ala Mariah Carey. Album ini menjadi wahana yang secara kreatif kembali memperdengarkan musik dari era tersebut, seperti pada track ‘True Story’ dengan gema dan hentakan ritme. Max Martin memperdengarkan ciri khasnya dalam memproduksi ‘Supernatural’ dengan nuansa synth-pop yang semarak.
Kemudian ‘We Can’t be Friends’ terdengar mengambil inspirasi dari Eurpop ala Robyn, memadukan tema patah hati dengan alunan musik dancefloor. Menjadi kemasan sempurna untuk mengekspresikan pahit getir dalam melupakan orang yang dulunya sempat kita cintai.
Best Tracks:
Ada banyak lagu yang akan meninggalkan kesan dalam album ini, namun ‘Supernatural’ menjadi salah satu yang menonjol. Track ini memang tipikal lagu pop ala Ariana Grande, terdengar lebih baik dengan arahan vokal kompleks dan pola musik khusus diaplikasikan sebelum tiba di chorus terakhir. Kemudian ‘Bye’ akan mengingatkan kita pada musik dari era “Yours Truly”.
‘True Story’ menjadi track paling menonjol dalam album ini, kembali memperdengarkan keahlian sang penyanyi dalam bercerita dengan kedalaman emosi. Terinspirasi dari pop 90an dan R&B, mengingatkan kita pada lagu di awal karirnya, ‘Fantasize’. Ariana Grande menggunakan lagu ini sebagai klarifikasi dari skandal dan rumor tentang dirinya.
Sementara ‘Imperfect You’ memperdengarkan sesuatu yang berbeda dari gaya Grande biasanya. Menjadi track yang membahas dampak setelah hubungan yang gagal. Dengan aransemen yang lebih sederhana dan instrumen gitar yang murung, menjadi variasi yang kontras dari track-track lain dalam album ini. Dibawakan dengan vokal tulus untuk menyanyikan lirik yang introspektif, menjadi salah satu track yang memberikan kesimbangan pacing dalam tracklist.