Connect with us
Eternal Sunshine of the Spotless Mind
Focus Films

Film

Eternal Sunshine of the Spotless Mind: Romance Artistik yang Penuh Filosofi

Cerita klasik tentang cinta dan takdir dengan konsep paling brilian.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Ada beberapa hal yang membuat hidup jadi berantakan, salah satunya bersumber dari kisah cinta yang gagal karena terlalu banyak luka saat menjalin sebuah hubungan. Namun, bukankah menerima kelebihan dan kekurangan pasangan adalah cara terbaik untuk bisa terus bersama?

“Eternal Sunshine of the Spotless Mind” (2004) kurang lebih menyajikan realita kisah percintaan yang selalu memiliki masalah, tetapi pada akhirnya ada kekuatan takdir yang bekerja melampaui batas pikiran manusia.

Gaya penceritaan yang unik dari Charlie Kaufman diimbangi dengan penyutradaraan eksentrik yang penuh inovasi dan manipulatif dari Michel Godry. Film dengan ensemble cast yang tidak main-main ini menampilkan kecemerlangan akting Jim Carrey, Kate Winslet, Kirsten Dunst, Tom Wilkinson, Mark Ruffalo, dan Elijah Wood.

Eternal Sunshine of the Spotless Mind

Sepasang Kekasih yang Saling Melupakan tapi Kembali Menemukan

Permulaan film ini menampilkan pengenalan dua karakter utamanya, Clementine Kruczynski (Kate Winslet) perempuan berpenampilan unik yang berjiwa bebas, dan Joel Barish (Jim Carrey) sosok introvert yang canggung. Dalam perjalananan dari Montauk ke Rockville Centre keduanya saling tertarik dan sepakat untuk menjalin sebuah hubungan.

Konflik mulai terbuka saat Joel mengetahui bahwa ternyata jauh sebelum pertemuannya di kereta, keduanya adalah sepasang kekasih di masa lalu. Namun karena banyaknya masalah, Clementine memutuskan untuk menghapus semua memori tentang Joel dengan bantuan firma teknologi eksperimental pimpinan Dr. Howard Mierzwiak (Tom Wilkinson), Lacuna Inc.

Joel yang kecewa dengan Clementine dan keadaan, memutuskan untuk melakukan hal serupa. Ditengah-tengah proses pengosongan memori, pada akhirnya Joel menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hubungannya dengan Clementine tidak bisa merubah kecintaan mereka satu sama lain.

Apakah keduanya bisa saling mengingat lagi? Atau malah mencari jalan lain untuk saling menemukan?  “Eternal Sunshine of the Spotless Mind” tampil menawan dan penuh teka-teki untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai film ini berakhir.

Eternal Sunshine of the Spotless Mind

Film dengan Sajian Artistik dan Penuh Metafora

Tidak hanya membangun narasi kisah klasik tentang cinta dan takdir yang saling menemukan. “Eternal Sunshine of the Spotless Mind” menjadi semakin menarik dengan plot memutar dalam perjalanan cinta Joel dan Clementine. Banyaknya absurditas adegan dan kilas balik surealis menjadikan jalan ceritanya lebih hidup dan cenderung multitafsir.

Banyak analogi-analogi menarik yang ditebar sepanjang durasi film ini diputar, banyak kritikus yang terkagum-kagum dengan bagaimana penulis membuat metafora perbedaan warna rambut Clementine dengan pergantian musim yang merepresentasikan siklus hubungan percintaan kedua pemeran utamanya.

Hijau sebagai musim semi melambangkan hubungan yang baru mulai tumbuh, merah sebagai musim panas yang diibaratkan eratnya hubungan asmara keduanya, orange sebagai musim gugur mengikuti perjalanan pudarnya perasaan cinta Joel dan Clementine, dan biru sebagai isyarat musim dingin yang bisa menjadi penghantar hubungan keduanya ke fase semula yaitu seperti di musim semi. Semua perjalanan itu berputar, tetapi pada akhirnya siklus itu selalu berjalan searah menuju takdir.

Alternatif Cast yang Menghidupkan Cerita

“Eternal Sunshine of the Spotless Mind” tidak hanya terpusat pada Joel dan Clementine, ada beberapa tokoh lain yang tanpa kehadiran mereka, cerita ini mungkin lebih hambar dan berkurang esensi uniknya.

Tokoh Dr. Howard dan dua pekerja Lacuna Inc, Stan Fink (Mark Ruffalo) dan Patrick (Elijah Wood) berhasil digerakkan mengisi karakter-karakter yang menghubungkan cerita antara Joel dan Clementine, atau bahkan rahasia besar antara Mary dan Dr. Howard.

Dalam satu dua kesempatan, melalui dialog-dialog dari tokoh Mary Svevo (Kirsten Dunst) tentang kilasan hubungannya dengan Dr. Howard, ditampilkan juga beberapa penggalan pemikiran filosofis dari tokoh-tokoh terkenal dunia yang relevan dengan jalannya cerita “Eternal Sunshine of the Spotless Mind”. Seperti ilustrasi filosofis Nietzsche yang disampaikan oleh Mary:

“Blessed are the forgetful: for they get the better even of their blunders”

Ungkapan tersebut  pada dasarnya bisa menjelaskan bahwa melupakan kesalahan yang pernah dilakukan adalah sebuah keuntungan, karena sebagian besar orang tahu bagaimana sakitnya menanggung perasaan bersalah seperti ikatan yang susah untuk dibebaskan.

Pada akhirnya, film yang mendapatkan banyak review positif dari para kritikus ini layak menjadi salah satu tontonan yang bisa dinikmati diantara banyaknya cerita percintaan yang biasa-biasa saja.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect