Connect with us
155 Tahun Kemerdakaan Para Budak Kulit Hitam Dan Kondisinya Kini
Slaves working in the boiling house. | Photo by British Library on Unsplash

Culture

155 Tahun Kemerdakaan Para Budak Kulit Hitam Dan Kondisinya Kini

Bila kulit hitam telah dimerdekakan sejak 155 tahun lalu kenapa harus ada Black Lives Matter?

Tanggal 19 Juni atau disebut pula sebagai Hari Emansipasi merupakan perayaan pembebasan para budak kulit hitam di Texas. Perayaan ini telah berlangsung 155 tahun lamanya. Masih banyak yang merasa asing terhadap Hari Emansipasi alias Juneteenth ini karena tidak tahu tentang sejarahnya. Karena pandemi pula tak banyak acara dapat dilangsungkan untuk merayakan Juneteenth. Kini banyak perhatian tertuju pada perayaan Juneteenth terutama setelah ramainya gerakan Black Lives Matter.

Juneteenth adalah kependekan dari June Nineteenth merupakan hari penanda ketika pasukan federal tiba di Kota Galveston, Negara Bagian Texas, untuk membebaskan para budah kulit hitam. Ini terjadi pada 19 Juni 1865. Padahal presiden Amerika ketika itu, Abraham Lincoln, telah mendeklarasikan akhir dari perbudakan pada tahun 1863. Lebih dari tiga juta budak kulit hitam akhirnya dapat menghirup udara bebas. Di Texas sendiri ada 250 ribu budak yang dimerdekakan.

Bagaiamana awalnya penghapusan perbudakan ini dilakukan? Ini berkaitan dengan Perang Sipil, salah satu perang paling mematikan dan memakan banyak biaya di daratan Amerika. Ada dua kubu yaitu bagian utara dan bagian selatan. Keduanya berbeda pandangan mengenai perbudakan. Texas termasuk ke dalam kubu selatan yang masih mendukung perbudakan. Tujuh negara bagian ketika itu sempat memisahkan diri dari Amerika dan membentuk Konfederasi Amerika. Empat negara bagian lainnya menyusul.

Semua dimulai dengan pertumbuhan ekonomi yang baik. Di bagian utara, pabrik-pabrik beragam industri telah berdiri dengan mapan. Sementara di bidang agroindustri, umumnya hanya ada pertanian skala kecil. Berbeda dengan bagian selatan yang masih lebih banyak menggantungkan perekonomian pada pertanian skala besar. Mereka sangat membutuhkan para budak kulit hitam untuk dipekerjakan di lahan pertanian. Kebanyakan bekerja untuk industri kapas dan tembakau.

Di utara sendiri telah muncul pembicaraan mengenai penghapusan perbudakan sejak 1830-an. Hal ini membuat industri pertanian skala besar di selatan ketar-ketir. Mereka khawatir bila perbudakan dihapuskan maka mereka kehilangan SDM yang dapat diperlakukan seperti sapi perah. Pada 1854 terjadi perang di Kansas yang melibatkan pihak pro dan kontra perbudakan. Pihak kontra pun menjadi cikal bakal terbentuknya Partai Republik di Amerika.

Perang sipil pertama dimulai dari First Battle of Bull Run atau First Manassas pada 21 Juli 1861. Sebanyak 35 ribu tentara serikat (atau kubu utara) melawan 20 ribu tentara konfederasi (kubu selatan). Namun jumlah tentara yang tidak imbang ini ternyata tak membuat kubu selatan kalah. Mereka justru menang. Ini membuat kepercayaan diri orang-orang yang pro perbudakan menjadi meningkat. Sebaliknya hal ini justru cukup membuat orang-orang di utara terpukul.

Battle of GettysburgThe Battle of Gettysburg (1863), lithograph by Currier & Ives.Library of Congress, Washington, D.C. (LC-USZC4-2088)

Battle of GettysburgThe Battle of Gettysburg (1863), lithograph by Currier & Ives.Library of Congress, Washington, D.C. (LC-USZC4-2088)

Pada 17 September 1862 yang disebut juga sebagai Perang Antietam, pihak utara menang. Ini membuat Lincoln memanfaatkan momentum dengan membuat pendahuluan dari proklamasi emansipasi alias pembebasan perbudakan pada 1 Januari 1863. Namun perang masih terus berlangsung. Akhirnya pada 9 April 1865, kubu utara benar-benar menang dari kubu selatan. Tapi Presiden Abraham Lincoln sendiri ditembak mati oleh seorang aktor sekaligus pendukung kubu selatan, John Wilkes Booth di gedung teater. Ia berhasil kabur sebelum ditangkap 12 hari kemudian.

Ironi berikutnya muncul pada monuman Abraham Lincoln di Washington yang terlihat meletakkan tangan di atas tubuh seorang budak kulit hitam. Budak itu dalam posisi berlutut. Aktivis Black Lives Matter memprotes monumen tersebut. Lincoln digambarkan sebagai seorang hero yang menghapus perbudakan tapi sang budak tetap tidak digambarkan setara dengannya. Ini sama saja menganggap penghapusan perbudakan sebagai formalitas tapi tetap memandang ras kulit hitam lebih rendah daripada kulit putih.

Ditambah lagi, Lincoln tidak benar-benar yakin mengenai pandangannya terhadap kulit hitam. Ia mengakui bahwa perbudakan tidak adil tapi tak tahu apa yang harus dilakukan mengenai hal tersebut. Lincoln sempat berpikir bahwa setelah dibebaskan dari perbudakan, kelompok kulit hitam perlu didukung untuk kembali ke Afrika. Ia tak menganggap kulit hitam sebagai bagian dari warga negara Amerika.

Selain itu sempat terlintas di pikirannya untuk memberikan ganti rugi pada para pemilik budak jika para budak telah dimerdekakan. Tapi kemudian pemikirannya menentang perbudakan menjadi bulat setelah deklarasi emansipasi. Tak ada catatan sejarah pasti yang menggambarkan bagaimana perkembangan pemikiran Lincoln tersebut. Ia tak punya banyak pengalaman dalam berkontak secara langsung dengan kulit hitam.

Perayaan Juneteenth, sayangnya, bukan berarti menghapus rasisme di Amerika. Ironi bila kini gerakan Black Lives Matter masih harus memperjuangkan sesuatu yang harusnya telah dicapai ratusan tahun lalu. Mulai dari kematian akibat pandemi yang lebih banyak dialami kulit hitam, pembantaian di Tulsa, angka kematian pada ibu melahirkan yang berkali lipat, hingga sikap semena-mena pihak kepolisian hanya sebagian dari bukti bahwa rasisme masih berdiri dengan teguh di Amerika.

Penyambutan Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Pelabuhan Benteng Selayar-1 Penyambutan Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah di Pelabuhan Benteng Selayar-1

Selayar dan Kejayaan Maritim Nusantara

Culture

Eksplorasi Pesona Kebudayaan Jepang Melalui Anime

Culture

Steven Spielberg Steven Spielberg

Mengenal Steven Spielberg dari Filmografinya

Culture

Virgin The Series Virgin The Series

Virgin The Series vs Euphoria: Menilik Lika-liku Kehidupan Generasi Muda di Era Modernisasi

Current Issue

Connect