Film trilogi merupakan satu paket hiburan berkualitas yang terangkai dari tiga film dari satu judul. Sekuel sempat mendapatkan stigma, lanjutan yang dihantui kesuksesan film pertama, untuk meraup profit instan. Namun ada beberapa film trilogi terbaik yang masih relevan dalam arsip budaya pop hingga saat ini.
Baik dari era klasik hingga modern, dari semesta epic fantasy, superhero, hingga drama kehidupan yang emosional, trilogi bisa muncul dari berbagai genre. Dengan setiap seri membangun di atas seri sebelumnya, trilogi berikut telah mengokohkan tempatnya sebagai karya yang berpengaruh dalam dunia perfilman. Berikut sederet film trilogi terbaik dan terikonik.
The Godfather Trilogy (1972-1990)
Trilogi “The Godfather” masih menjadi salah satu yang terbaik dalam katalog film Hollywood klasik. Ketiga seri secara konsisten menyajikan naskah yang berbobot, arahan yang memikat, dialog ikonik yang quotable, tema mafia yang mendalam, dan scorring yang menghantui kita sampai saat ini. Benar-benar menjadi potrait keagungan kerajaan mafia keluarga Corleone yang berkesan.
Perhatian detail yang teliti dan gaya visual khas Francis Ford Coppola, menciptakan pengalaman yang mendalam. Menyajikan narasi dengan materi kekuasaan, kesetian, dan konsekuensi dari kejahatan terorganisir dengan cara paling elegan dalam skena film mafia. Tak ketinggalan pujian untuk Marlon Brando dan Al Pacino sebagai aktor OG dalam skenanya.
Star Wars Trilogy (1977-1983)
Trilogi original ‘Star Wars’, yang terdiri dari “Star Wars Episode IV: A New Hope”, ‘The Empire Strike Back’, dan ‘Return of the Jedi’, dianggap legasi yang luar biasa karena ceritanya yang inovatif pada masanya sebagai trendsetter genre space opera. George Lucas menciptakan alam semesta yang kaya dan mendalam, melalui world-building, serta karakter-karakter ikonik.
Trilogi ini menggabungkan tema space opera dengan adegan aksi yang seru, dan pertempuran bintang abadi antara kebaikan dan kejahatan. Dikemas efek visual inovatif, dialog yang tak terlupakan, dan musik latar ikonik dari John Williams, menjadikan ‘Star Wars’ fenomena budaya pop yang masih relevan dari generasi ke generasi.
The Back to the Future Trilogy (1985-1990)
Trilogi “Back to the Future” juga menjadi salah satu film trilogi fantasi yang dicintai. Menggabungkan sci-fi, petualangan, dan komedi. Disutradarai oleh Robert Zemeckis, trilogi ini mengikuti petualangan Marty McFly dan Doc Brown dalam petualangan perjalanan waktu.
Dengan bantuan mesin waktu DeLorean, mereka memulai perjalanan mendebarkan melintasi masa lalu, masa sekarang, dan masa depan, menghadapi berbagai tantangan dan paradoks di sepanjang jalan. Dimana pada masanya, genre time traveling belum semenjamur sekarang.
Trilogi ini terkenal tak hanya karena konsep cerita yang menarik, penampilan karismatik Michael J. Fox dan Christopher Lloyd menghadirkan chemistry kuat sebagai duo ikonik dalam budaya pop. Mampu menggabungkan humor dan momen drama yang heartwarming, membuat perjalanan melintasi waktu semakin berarti dalam skenario ini.
The Lord of the Rings Trilogy (2001-2003)
Film trilogi “The Lord of the Rings” diakui kehebatannya untuk beberapa alasan yang terdengar generik, namun hanya bisa kita pahami setelah kita menonton ketiga serinya. Sutradara Peter Jackson berhasil menghidupkan dunia fantasi dari novel J.R.R. Tolkien ke layar lebar.
Trilogi ini menampilkan alur cerita yang menarik dan epik, menggabungkan elemen petualangan, aksi heroik, persahabatan, dan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan.
Trilogi “The Lord of the Rings” memiliki produksi film kolosal fantasi yang berkualitas pada masanya. Mulai dari efek visual, set alam yang immersive, desain kostum hingga tata rias yang detail. Elemen-elemen tersebut berhasil menghidupkan dunia imajinatif penggemarnya pada media visual yang meyakinkan, serta meningkatkan pengalaman sinematik.
The Dark Knight Trilogy (2005-2012)
Tentu saja ketika Christopher Nolan mengerjakan film superhero pertamanya, ia menghadirkan standar baru pada genre yang sudah mainstream ini. ‘The Dark Knight Trilogy’ masih menjadi trilogi terbaik dalam DCU hingga saat ini.
Menghadirkan pencitraan Batman dan semesta Gotham City yang lebih realisti daripada komikal. Alur cerita trilogi superhero ini memiliki naskah dengan kompleksitas tema moral, identitas, pengorbanan, dan komentar sosial.
Nolan juga mengajak sineas berbakat mengisi setiap post dalam Batman versinya, mulai dari Christian Bale sebagai Bruce Wayne, Heath Leadger sebagai Joker, kemudian Cillian Murphy juga terlibat tampil sebagai Scarecrow, serta Hans Zimmer sebagai komposer scorring. Trilogi ini membawa trend baru dalam penulisan naskah film superhero yang juga bisa sinematik.
Spider-Man Trilogy (2002-2007)
Meski telah memiliki banyak adaptasi, film trilogi “Spider-Man” live action pertama oleh Sam Raimi masih menjadi salah satu yang terbaik. Cukup serupa dengan trilogi Batman miliki Christopher Nolan, kisah Peter Parker dalam trilogi ini sangat kental dengan narasi humanisnya. Apa yang lebih buruk dari menghadapi quarter-life crisis? Menjadi Spider-Man di tengah krisis kehidupan seperti yang dialami Peter Parker versi Tobey Maguire.
Tak hanya menghadirkan arc utama melawan musuh-musuh berbahaya, trilogi “Spider-Man” satu ini juga membahas, cinta, persahabatan, jati diri, problematika kehidupan, dimana semuanya memiliki hubungan dengan dilema prioritas dan tanggung jawab yang harus dipikul seorang pria biasa bernama Peter Parker.
The Cornetto Trilogy (2004-2013)
Film trilogi Cornetto, juga dikenal sebagai Three Flavours Cornetto Trilogy, merupakan serangkaian film komedi Inggris yang disutradarai oleh Edgar Wright, dibintangi oleh Simon Pegg dan Nick Frost. Trilogi ini terdiri dari tiga seri film; “Shaun of the Dead”, “Hot Fuzz”, dan “The World’s End”, dan ya, trilogi ini berdasarkan merk es krim Cornetto.
Setiap film dalam trilogi ini adalah judul berbeda dengan naskah berbeda, jadi bisa kita nikmati secara acak atau terpisah. Mulai dari zombie apocalypse, laga komedi tentang polisi, dan serangan makhluk luar angkasa. Namun tetap memiliki kesamaan umum, mulai dari cita rasa komedinya dan deretan aktornya.
Film trilogi Cornetto diakui sebagai contoh dari naskah komedi yang cerdas, didukung dengan chemistry Simon Pegg dan Frost. Project ini juga menjadi showcase dari gaya arahan khas Edgar Wright. Kombinasi humor, variasi genre, dan momen-momen otentik dalam trilogi ini masih menjadi sumber hiburan relevan di kalangan penggemarnya, serta mempengaruhi berkembangan komedi dalam sub genre film-film terbaru.
The Before Trilogy (1995-2013)
‘The Before Trilogy’ terdiri dari “Before Sunrise” (1995), “Before Sunset” (2004), dan “Before Midnight” (2013). Film trilogi ini menjadi seri terbaik dari sutradara Richard Linklater yang kerap menjunjung tinggi realism dalam film-filmnya. Trilogi romansa ini mengikuti perkembangan hubungan antara Jesse yang diperankan oleh Ethan Hawke dan Ceiline diperankan oleh Julie Delpy, selama hampir dua dekade.
Trilogi ini benar-benar diproduksi selama dua dekade, dimana kita bisa melihat kedua aktor yang sama ikut menua bersama, ini hampir seperti dokumentasi kehidupan. Mulai dari pertemuan pertama di Wina, reuni di Paris, dan liburan keluarga di Peloponnese, Yunani.
Film ini menjadi salah satu ikon film dengan dialog padat, mengeksplorasi topik seputar cinta, filosofi kehidupan, serta kompleksitas hubungan manusia dalam naskah yang terasa realistis.
Three Colors Trilogy (1993-1994)
Satu lagi film trilogi terbaik bertema drama kehidupan adalah ‘Three Colours Trilogy’. Film arahan Krzysztof Kieslowski ini terdiri dari tiga film dengan naskah yang tidak saling bersangkutan, sama seperti trilogi Cornetto. Mulai dari “Three Colors: Blue” tentang masa berkabung, “Three Colors: White” tentang kesetaraan dan balas dendam, kemudian “Three Colors: Red” tentang koneksi dan takdir manusia.
Film trilogi ini memiliki nuansa yang melankolis dan puitis, menghadirkan eksplorasi kehidupan yang sinematik dan dramatis dari arahan Kieslowski yang artistik sekaligus mengandung narasi yang berbobot.
The Bourne Trilogy (2002-2007)
Trilogi Bourne, yang terdiri dari “The Bourne Identity,” “The Bourne Supremacy,” dan “The Bourne Ultimatum”, Disutradarai oleh Doug Liman dan Paul Greengrass, trilogi ini mengikuti perjalanan Jason Bourne, yang diperankan oleh Matt Damon, seorang mantan agen CIA yang menderita amnesia saat ia mengungkap kebenaran tentang masa lalunya, sambil berusaha kabur dari pihak-pihak yang ingin menghentikannya.
Trilogi Bourne dikenal dengan adegan aksi yang intens, alur cerita yang menegangkan, dan penggambaran realistis tentang dunia mata-mata. Dengan pengeditan yang cepat, sinematografi yang dimanis, dan penampilan memukau dari Damon, trilogi Bourne telah menjadi patokan untuk genre action, memberikan hiburan yang seru dan penuh adrenalin.