Connect with us
Werewolf by Night
Marvel

Film

Werewolf by Night Review: Horror Special Marvel Suguhkan Cita Rasa Baru

FTV Marvel dengan sajian padat berkualitas, tapi kurang panjang.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Werewolf by Night” merupakan sajian spesial Marvel Studios dalam menyambut bulan Oktober yang identik dengan perayaan Halloween. Sajian spesial arahan Michael Giacchino ini menjadi FTV (film televisi) pertama dari Marvel, karena durasinya juga pendek, tak sampai satu jam.

Sudah tayang di Disney+ Hotstar sejak 7 Oktober, “Werewolf by Night” dibintangi oleh Gael Garcia Bernal, Harriet Sansom, dan Laura Donnelly.

Sebelum didominasi dengan superhero yang melindungi umat manusia dari para penjahat, di era yang lebih kuno, peradaban manusia dilindungi oleh pemburu monster. Ketika pemimpin para pemburu, Ulysses Bloodstone meninggal, Ia meninggalkan batu mustika yang mampu membantu pemburu terkuat untuk menjalankan tugasnya. Sekelompok pemburu terbaik pun berkumpul, bertarung satu sama lain, untuk mewarisi peninggalan Ulysses Bloodstone. Sebagus apa “Werewolf by Night” yang mendapatkan banyak ulasan positif di berbagai media ini?

Werewolf by Night

Sekelompok Pemburu Terbaik Berkumpul Memperebutkan Bloodstone

“Werewolf by Night” hanya berdurasi 53 menit. Dalam durasi yang pendek, film ini mampu menyajikan naskah yang singkat, padat, dan jelas objektifnya. Ada premis, ada goal, kemudian diisi dengan twist yang tidak berlebihan.

Buat kita yang belakangan dibuat pusing dengan konsep megah multiverse dan cameo lintas judul dalam konten-konten MCU, film superhero horor ini bisa menjadi sajian sederhana yang menyegarkan. Sebagai FTV pertama, judul ini mampu memberikan standar yang bagus untuk project FTV kedepannya, jika memang ada.

Dengan konsep naskah yang minimalis namun padat plot, produksinya maksimal dan memperlihatkan gaya yang berbeda dalam MCU. “Werewolf by Night” memilih untuk mempresentasikan filmnya dalam sinematografi hitam-putih ala horor lawas.

Filter hitam putih yang dipilih juga disertai dengan glitch layaknya film lama. Kemudian dipadukan dengan musik latar klasik yang membuat adegan-adegan aksi makin menegangkan. Dengan visual hitam-putih, adegan-adegan yang mengandalkan bayangan jadi terlihat lebih dramatis. Adegan-adegan brutal juga jadi ‘tersensor’ secara artistik.

Sajian Komedi dan Laga yang Seimbang

Meski memiliki label sebagai sajian spesial horor, “Werewolf by Night” masih dihiasi dengan komedi khas Marvel. Porsi antara komedi dan unsur laganya juga seimbang. Ketika adegan serius dan laga tetap brutal dan terasa menegangkan. Namun bumbu komedi yang disajikan juga tidak terlalu menguasai cerita.

Setiap pemburu tampaknya memiliki keterampilan, metode, dan motivasi yang berbeda-beda untuk mendapatkan Bloodstone. Sayang sekali unsur ini kurang dieksplorasi untuk memperkaya kesan.

Plot lebih fokus pada Jack Rusell, Elsa Bloodstone, dan Verusa sebagai villain dalam kisah ini. Presentasinya pun terasa satu dimensional, ada yang baik dan ada yang jahat. Namun kembali lagi pada poin pertama, kesederhanaan ini mungkin bisa menjadi nostalgia akan film superhero klasik yang tidak sekompleks sekarang. Cukup dengan plot, karakter yang pahlawan dan penjahat, kemudian objektif dan akhir dari cerita.

Terlalu Pendek untuk Meninggalkan Kesan Mendalam Terhadap Karakter

(Spoiler Alert!) Meninggalkan kesan yang mendalam akan kehadiran protagonis seharusnya menjadi poin utama dalam judul-judul MCU. Dalam “Werewolf by Night” Jack Rusell menjadi protagonis kita. Awalnya Ia tampil menarik sebagai salah satu kandidat pemburu yang ternyata bersahabat dengan monster dalam perburuan. Kemudian membuat kesepakatan dengan Elsa untuk membantu teman monsternya, karena Ia tidak menginginkan Bloodstone. Hingga akhirnya, jati diri Jack Rusell menjadi plot twist dalam kisah ini.

Sayang sekali kita tidak diajak berkenalan terlalu banyak dengan Jack dalam skenario ini. Mungkin banyak dari kita pada akhirnya melupakan namanya juga dalam hitungan hari. Elsa Bloodstone juga cukup menarik untuk diungkap motivasinya sebagai putri Ulysses Bloodstone. Namun memang konsep serba simple dan tanpa elaborasi karakter menjadi prinsip yang dipegang dalam produksi FTV Marvel pertama ini.

Pada akhirnya, “Werewolf by Night” bisa jadi memberikan cita rasa baru dalam fandom MCU yang belakangan ini lelah dengan konsep yang terlalu megah dan kompleks. Bisa jadi tonton seru menyambut bulan Oktober dengan rilisan-rilisan horor lainnya sepanjang bulan ini.

A Town Without Seasons Review: Suka Duka Warga Hunian Sementara yang Eksentrik

TV

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Connect