Dibalik keanggunan tarian balet, selalu ada luka tersembunyi dan sisi gelap kontras dengan keindahan yang terpancar di atas panggung. Tiny Pretty Things merupakan Netflix Original Series terbaru yang didedikasikan untuk tragedi, konspirasi, dan persaingan antar murid di akademi balet untuk berada di bawah sorot lampu panggung. Serial ini diangkat dari novel berjudul serupa karya Dhonielle Clayton dan Sona Charaipotra.
Tak hanya berpusat pada satu karakter utama, ada banyak tokoh dengan berbagai latar belakang di salah satu sekolah balet bergengsi di New York ini. Meski berasal dari kehidupan yang berbeda, dengan problematika pribadinya masing-masing, satu kesamaan yang mereka miliki adalah ambisi untuk menjadi penari balet terbaik sebagai wajah utama akademi.
Mulai dari Neveah Stroyer, siswa baru berkat beasiswa dan kecelakaan yang dialami oleh bintang akademi, Bette Whitlaw yang selalu menjadi nomor dua di bawah bayang-bayang murid terbaik dan kakaknya sendiri, June Park berusaha mendapatkan pengakuan dari sang ibu, dan masih banyak karakter menarik lainnya. Kita akan dibuat tahan hingga episode terakhir untuk mengungkap siapa dalang dari kecelakaan yang menimpah murid terbaik akademi tersebut, Cassie Shore.
Memenuhi Ekspektasi Sebagai Serial yang Mengekspos Drama Remaja dan Balet
Tiny Pretty Things akan menarik bagi penggemar serial seperti Pretty Little Liars, kemudian diberi sentuhan drama kriminal ala How to Get Away with Murder, serta Riverdale untuk bumbu drama yang menguras hati ala opera sabun Generasi Z.
Plot utama dari serial ini singkatnya adalah mengungkap siapa sosok misterius yang hendak mencelakakan Cassie Shore dan apa motifnya. Namun seiring berjalannya episode, ada banyak side story dari masing-masing karakter yang berkembang terus. Beberapa cukup menarik, ada juga yang tanggung dan kurang dieksplorasi, meninggalkan tanda tanya dan plot hole. Nilai plusnya adalah bagaimana setiap karakter memiliki penokohan dan kisah yang bisa jadi relevan dengan setiap murid akademi balet atau para remaja yang memutuskan untuk mengambil studi di bidang seni.
Selain drama dan intrik, kita akan mendapatkan apa yang kita harapkan dari sebuah serial yang menyandang tema balet; pertunjukan balet yang memukau. Salut untuk tim produksi yang secara totalitas memilih sederet cast yang benar-benar bisa menari balet sekaligus berakting. Ada juga beberapa adegan yang menunjukan kelas, sesi rehearsal, sesi pemotretan yang sangat otentik untuk terjadi di sebuah akademi balet.
Akan ada banyak adegan menari yang menghibur, mengingatkan kita akan keindahan dan pesona tarian balet. Kita jadi bisa mengetahui secuplik kehidupan remaja yang mengemban pendidik di sekolah khusus balet. Meski memang tidak sepenuhnya akurat dengan segala dramatisir yang bertema vulgar dan suram.
Banyak Karakter dan Plot Menarik, Namun Interaksi dan Hubungan Kurang Konsisten
Tiny Pretty Things memiliki modal untuk menjadi serial drama berkualitas dengan masalah-masalah yang menggigit, namun sayangnya masih lemah pada beberapa bagian. Dengan naskah yang memasukan tema suspense crime, ada dialog dan pernyataan yang tidak konsisten dalam perkembangan misteri yang hendak dipecahkan.
Jatuhnya jadi dangkal, plin-plan, dan membuat beberapa karakter terlihat kurang cerdas. Mungkin niatnya hendak membuat pelaku yang tidak terduga dan babak pengungkapan yang tidak terduga.Namun pada akhirnya juga saat terungkap justru antiklimaks karena eksekusi adegan yang kurang tepat.
Satu lagi yang cukup mengganggu dari serial ini adalah hubungan percintaan dan interaksi secara umum dari tiap karakter yang tidak konsisten. Memang akan menarik melihat satu karakter dengan lainnya saling bersaing dan menjatuhkan satu sama lain; baik dengan cara sportif maupun licik. Tapi kita akan dibuat bingung apa yang sebetulnya terjadi di antara murid-murid ini.
Ada saatnya kita akan menduga beberapa karakter saling membenci dengan level yang sangat tinggi, namun akan ada babak dimana mereka bekerja sama seperti geng yang kompak. Hal yang serupa juga terjadi untuk hubungan percintaan, kita tidak akan melihat chemistry atau shipping moment dari serial ini.
Diserang Kritik Karena Terlalu Banyak Adegan Vulgar Tanpa Esensi
Dengan karakter yang diceritakan masih berusia belasan tahun dan tinggal di asrama dengan peraturan ketat, serial ini secara aneh mengekspos habis-habisan adegan sensual dan konten nudity. Tiny Pretty Things bahkan mendapat kritik pedas dari berbagai media karena isu ini.
Media-media tersebut memang tidak melebih-lebihkan, serial ini terlalu banyak menyelipkan adegan dewasa yang biasa cuma digunakan sebagai gimmick. Namun dalam serial ini, akan ada titik dimana kita akan dibuat muak dengan terlalu banyaknya adegan dewasa tersebut. Masalahnya setiap adegan tersebut tidak memiliki esensi dan tidak mempengaruhi plot. Ada adegan dialog juga yang seharusnya bisa dilakukan tanpa harus “memaksa” aktor untuk telanjang ketika sedang membicarakan hal serius. Entah kenapa mereka semua selalu bicara di ruang sauna tanpa busana.
Adegan dewasa biasanya memang cukup menaikan emosi serial, misalnya adegan mesra untuk tokoh berpasangan tertentu. Namun, kembali ke poin sebelumnya, tidak ada tokoh yang benar-benar memiliki chemistry dengan pasangan masing-masing. Directing setiap adegan tersebut juga tidak terkesan sensual yang mempesona, tapi cheesy dan bikin kita ingin skip.
Lepas dari banyak point buruk yang “menghiasi” serial ini, Tiny Pretty Things cukup menarik untuk ditonton season pertamanya. Ending dari serial ini mengindikasikan season berikutnya, namun ada kecenderungan jika serial ini menjadi franchise, akan memiliki perkembangan yang dipaksakan dan tidak natural lagi seperti serial 13 Reasons Why yang merupakan salah satu serial Netflix dengan rating rendah dan menimbulkan banyak kekesalan pada penonton.