“The Wonder” merupakan film drama period arahan Sebastian Lelio yang akhirnya tersedia di Netflix. Film ini dibintangi oleh Florence Pugh, Tom Burke, dan aktris muda, Kila Lord Cassidy.
Elizabeth “Lib” Wright adalah seorang perawat dari Inggris. Pada 1862, Ia dipanggil ke Irlandia untuk mengobservasi fenomena tidak biasa. Seorang gadis bernama Anna O’Donnell mengklaim bahwa dirinya bisa bertahan hidup tanpa makan. Ia telah menjalani gaya hidup demikian selama empat bulan dan masih terlihat sehat.
“The Wonder” terinspirasi oleh fenomena nyata yang terjadi pada era Victorian, dimana banyak gadis muda pada masanya mengklaim bisa hidup tanpa makan dan minuman dalam menjalani puasa. Fenomena ini melibatkan kepercayaan yang ada peradaban pada masa tersebut. Seperti Anna dalam film ini yang mengaku mendapatkan anugerah untuk bertahan tanpa makanan semenjak ulang tahunnya, yang bersamaan dengan saat ia menerima komuni pertama di gereja.
Namun, skenario Lib dan Anna hanyalah fiksi belaka. Dengan dramatisir yang tepat, “The Wonder” menyajikan kisah tak biasa yang tetap menarik untuk disimak.
Kualitas Akting Juara Florence Pugh, Kila Lord Cassidy Tak Kalah Bersinar
Florence Pugh is everywhere and she is been doing great! Bahkan pada film kontroversial, “Don’t Worry Darling” yang diperdebatkan kualitasnya, semua tetap sepakat bahwa aktris Inggris ini telah memberikan penampilan terbaiknya. Pugh sebelumnya telah bermain di beberapa film period untuk peran-peran yang berbeda. Ia telah menjadi istri yang kesepian dalam “Lady Macbeth” (2016), hingga menjadi anak bungsu paling manis dan lugu dalam remake “Little Women” (2019).
Dalam “The Wonder” ia berperan sebagai perawat Inggris yang observant, berpegang teguh pada logika dan kebenaran, juga memiliki kecenderungan untuk peduli sebagai seorang perawat.
Karakter dalam film period seperti ini kerap memiliki kesan pertama sebagai karakter ‘biasa’ atau ‘membosankan’. Ia hanya perawat dari Inggris, apa yang menarik? Namun naskah membekali karakter Lib dengan latar belakang yang memberi makna lebih untuk plot utama. Begitu pula karakter Lib secara keseluruhan yang konsisten dari awal hingga akhir. Kemudian dieksekusi dengan Florence Pugh yang mewujudkan Lib sebagai karakter dengan presence yang kuat dalam setiap adegan.
“The Wonder” didukung oleh banyak aktor pendukung yang juga menampilkan akting berkualitas. Kila Lord Cassidy sebagai lawan main Pugh juga patut diberi apresiasi tinggi. Aktris muda ini mampu mengimbangi kualitas akting Pugh, berdua mengeksekusi adegan dialog krusial yang terlihat otentik dan effortless.
Premis Sederhana Sajikan Perkembangan Cerita Melebihi Ekspektasi
Tidak memiliki judul dan premis se-flashy drama period yang belakangan ini rilis, “The Wonder” akan melebihi ekspektasi jika kita mau meluangkan waktu untuk menonton film ini. Jujur saja, kebanyakan dari kita mungkin tertarik untuk menonton film ini karena kehadiran Florence Pugh sebagai bintang utama. Namun kali ini Pugh memilih film dengan naskah drama period yang berkualitas.
Premis “The Wonder” sangat sederhana, meski sebetulnya juga cukup menarik perhatian. Karena premis seperti ini adalah tipe premis yang mengandung misteri, berusaha menggaet penonton agar timbul rasa penasaran. Tentang gadis 11 tahun yang bertahan hidup tanpa makan selama empat bulan. Ketika kita berpikir bahwa film ini akan menghadirkan keajaiban dari kacamata medis maupun kepercayaan pada Yang Maha Esa, terungkap jawaban logis yang justru membuat kita lebih terperangah.
Plot Lambat pada Babak Pertama dengan Imbalan Jawaban yang Memuaskan
“The Wonder” akan menuntut kesabaran kita, terutama pada babak pertama. Terasa cukup lambat dan tanpa progres yang memikat. Setidaknya sampai ada perubahan yang diambil oleh Lib sebagai protagonis, plot mulai terlihat lebih menarik. Sama seperti Lib sebagai perawat yang mengobservasi Anna, ada saat dimana kita merasa tugas ini hanya buang-buang waktu. Namun ketika ada variabel yang diubah, progres mulai terlihat, tinggal kita menemukan kebenaran dari berbagai fakta yang sebelumnya diperlihatkan pada babak pertama.
Menonton pertama kali, kita tidak akan terlalu peduli dengan babak pertama, hingga akhirnya pada babak pengungkapan, segala informasi yang dibutuhkan sebetulnya telah diberikan dari adegan per adegan. “The Wonder” menjadi film drama period yang mengandalkan narasi visual daripada dialog dan narasi pendamping yang dibawakan oleh narator. Meski ada narator dalam “The Wonder”.
Pada akhirnya, “The Wonder” merupakan film drama period terbaru yang patut ditonton di Netflix. Memberikan cukup umpan untuk membuat penonton penasaran melalui premisnya namun tanpa menciptakan hype yang tinggi. Kemudian secara mengejutkan memberikan perkembangan cerita yang melebihi ekspektasi penonton.