Quantcast
The Weeknd: Hurry Up Tomorrow Album Review - Cultura
Connect with us
The Weeknd
Photo Cr. Republic Records

Music

The Weeknd: Hurry Up Tomorrow Album Review

Menegaskan posisi The Weeknd sebagai salah satu artis paling berpengaruh dalam dekade terakhir

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Pada 31 Januari 2025, The Weeknd merilis album keenamnya, ‘Hurry Up Tomorrow,’ yang disebut-sebut sebagai karya terakhirnya di bawah nama panggung tersebut.

Album ini menutup trilogi yang dimulai dengan ‘After Hours’ (2020) dan ‘Dawn FM’ (2022), menawarkan eksplorasi mendalam tentang ketenaran, hedonisme, dan pencarian makna hidup. Dengan durasi sekitar 50 menit, ‘Hurry Up Tomorrow’ menggabungkan berbagai genre musik dan menampilkan kolaborasi dengan beberapa artis ternama.

Diproduksi oleh The Weeknd bersama kolaborator lama seperti Oneohtrix Point Never dan Mike Dean, album ini menawarkan produksi yang kaya dan sinematik. Lagu pembuka, “Timeless,” menampilkan kolaborasi dengan Playboi Carti, menggabungkan elemen trap dengan sentuhan synth-pop yang khas. Sementara itu, “São Paulo,” yang menampilkan Anitta, membawa nuansa Brazilian funk yang segar dan energik. Variasi genre ini menunjukkan keberanian The Weeknd dalam bereksperimen tanpa kehilangan identitas musikalnya.

Secara tematis, ‘Hurry Up Tomorrow’ menggali lebih dalam tentang perjuangan internal yang dihadapi oleh seorang bintang pop. Lirik-liriknya mencerminkan perasaan kesepian, penyesalan, dan pencarian jati diri di tengah gemerlapnya dunia hiburan. Misalnya, dalam lagu “Echoes of Silence,” The Weeknd merenungkan konsekuensi dari gaya hidup hedonistiknya, sementara “Fading Lights” menggambarkan ketakutan akan kehilangan relevansi dan makna.

Album ini juga menampilkan momen-momen introspektif, seperti dalam “Afterglow,” di mana The Weeknd meminta maaf atas kesalahan masa lalunya dan menunjukkan keinginan untuk perubahan. Namun, meskipun ada kilasan harapan, banyak lagu yang kembali ke tema kegelapan dan siklus destruktif, mencerminkan perjuangan berkelanjutan antara persona publik dan identitas pribadi.

Hurry Up Tomorrow menerima ulasan beragam dari kritikus musik. Pitchfork menyebut album ini sebagai “finale yang megah dan opulen” untuk persona pop-star The Weeknd, memuji produksi dan keberanian dalam penceritaan yang eksplisit. Namun, mereka juga mencatat bahwa album ini berakhir di tempat yang sama seperti dimulai, dengan The Weeknd terjebak dalam persona gelapnya.

Financial Times membandingkan album ini dengan perpisahan David Bowie dengan Ziggy Stardust, menyoroti perjuangan The Weeknd dengan ketenaran dan pencarian cinta sejati melalui berbagai gaya musik dan produksi yang canggih. Meskipun demikian, mereka mencatat bahwa album ini menerima ulasan campuran karena kurangnya definisi yang kohesif.

The Guardian memberikan ulasan yang lebih kritis, menggambarkan album ini sebagai “rekaman yang akan memukau Anda… dan membuat Anda frustrasi.” Mereka memuji produksi musik yang inovatif namun mengkritik lirik yang berulang tentang kesengsaraan selebriti dan kurangnya kedalaman.

‘Hurry Up Tomorrow’ adalah penutup yang ambisius untuk trilogi The Weeknd, menawarkan produksi yang kaya dan eksplorasi tematik yang mendalam. Meskipun beberapa kritikus mencatat repetisi dalam tema dan kurangnya inovasi lirik, album ini tetap menunjukkan kemampuan The Weeknd dalam menciptakan musik yang memikat dan provokatif.

Dengan produksi yang cemerlang dan keberanian dalam eksperimen musikal, ‘Hurry Up Tomorrow’ menegaskan posisi The Weeknd sebagai salah satu artis paling berpengaruh dalam dekade terakhir, meskipun beberapa kelemahan dalam narasi lirik mengurangi dampak keseluruhan album.

Ghost ‘Skeletá’ Ritual Baru dalam Balutan Glam Metal dan Refleksi Kematian

Music

Selena Gomez & Benny Blanco Menyatukan Cinta dalam Album ‘I Said I Love You First’

Music

Six Sex: X-Sex Album Review

Music

Lady Gaga Mayhem Lady Gaga Mayhem

Lady Gaga ‘Mayhem’ Review – Comeback Luar Biasa ke Prinsip Awal

Music

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect