Connect with us
The Strays
Netflix

Film

The Strays Review: Psychological Thriller Singgung Isu Asimilasi Ras

Tidak jelas berpihak pada siapa, “The Strays” berakhir jadi rip-off film Jordan Peele.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“The Strays” merupakan film psychological thriller terbaru di Netflix. Film Inggris ini merupakan debut dari sutradara Nathaniel Martello-White. Dibintangi oleh Ashley Madekwe sebagai Neve.

Neve adalah seorang wanita ras campuran yang hidup di lingkungan menengah ke atas. Memiliki suami yang memberikan kehidupan sejahtera, serta dua anak ras campuran yang rupawan, Mary (Maria Almeida) dan Sebastian (Samuel Small). Kehidupan Neve tampak sempurna dan harmonis, hingga suatu dua orang asing misterius menghampirinya.

Ini bukan pertama kalinya film black horror/thriller rilis di Netflix. Sebelumnya ada “His House” (2020) yang juga dari Inggris. “The Strays” memiliki banyak elemen yang akan mengingatkan kita pada film-film yang sudah pernah ada. Terutama film-film horor Jordan Peele, “Get Out” (2017) dan “Us” (2019).

Kalau melihat di Rotten Tomatoes, film ini dapat score 88% tomatometer dari 8 review, namun beda jauh dengan score penonton yang hanya 23%. Jadi, sebetulnya “The Strays” film yang bagus atau bukan?

The Strays

Hadirkan Masalah Tanpa Latar Belakang dan Solusi

Bukan rahasia lagi bagi penonton kalau Neve memiliki rahasia. Pertama, plot protagonis wanita dengan rahasia, masa lalu yang misterius, dalam latar yang terasa suspenseful sudah terlalu banyak diadaptasi dalam film-film psychological thriller. Kedua, karena adegan intronya. Sebetulnya “The Strays” memiliki adegan intro yang sudah menarik, akting Ashley Madekwe juga sudah on point. Namun, transisi menuju adegan berikutnya jadi kehilangan misterinya. Salah satu kelemahan dalam film ini adalah editing-nya.

Nathaniel yang juga menjadi penulis naskah tahu cerita seperti apa yang sebetulnya ingin ia sajikan. Ia tahu mengapa judulnya “The Strays”, apa konflik utamanya, dan bagaimana mengakhirinya agar terhubung dengan adegan pertama. Ia juga telah mengambil beberapa adegan dengan kualitas akting yang bagus dari aktris dan aktornya. Sayangnya, naskah film secara keseluruhan terlihat kurang matang. Ada banyak aspek dalam film ini yang kurang dikembangkan.

“The Strays” seperti berusaha keras untuk menyembunyikan rahasia dan twist dari penonton. Padahal editing yang buruk sudah membuat film ini jadi kehilangan kejutan dan twist-nya sendiri.

Nathaniel mengungkapkan bahwa film ini terinspirasi dari kisah nyata. Dimana ia hanya mengambil inspirasi tersebut sebagai konflik utama. Ia tahu isu rasial seperti apa ingin diangkat, namun sepertinya ia sendiri masih kurang research atau setidaknya brainstorming sendiri. Masalahnya ada, namun latar belakangnya kurang jelas. Belum lagi adegan penutup yang asal ramai dan menegangkan saja, namun tidak jelas apa objektifnya.

The Strays

Akting Berkualitas Tapi Nanggung Karena Skenario Canggung

Ashley Madekwe tampilkan akting yang cukup berkualitas. Salah satu karakteristik yang paling kuat dalam karakter Neve adalah egois. Ia boleh paranoid dan terlihat sebagai sosok ibu rumah tangga yang peduli dengan setiap anggota keluarganya. Hingga twist menunjukan bagaimana semua sikap yang ditampilkan pada babak pertama ternyata tidak ada nilai sentimentalnya sama sekali.

Bukky Bakray sebagai Dione dan Jorden Myrie sebagai Carl juga menjadi dua karakter dengan kualitas akting menonjol. Justru Samuel Small, Maria Almeida, dan Justin Salinger yang penampilanya lemah dalam film ini sebagai anggota keluarga Neve. Baik dalam kualitas akting maupun penokohannya yang kurang berkesan.

Meski ketiga aktor utama tampilkan akting berkualitas, skenario yang tidak sempurna membuat penampilan mereka terasa salah tempat. Kita bisa melihat bagaimana Dione dan Carl menunjukan amarah atau dendam, tapi plot tidak mengijinkan kita untuk simpati pada mereka.

Plot Psychological Thriller yang Tidak Jelas Berpihak Pada Siapa

(Spoiler Alert!) Nathaniel Martello-White menyatakan bahwa “The Strays” terinspirasi dari kisah nyata yang pernah ia dengar dari ibunya. Bahwa ada wanita ras campuran yang terobsesi dengan gaya hidup orang kaukasia kelas menengah ke atas. Hingga akhirnya ia memulai hidup baru dan tidak mengakui dua anaknya yang memiliki ras kulit hitam murni.

Neve jelas adalah protagonis yang terinspirasi dari kisah tersebut. Sementara Carl dan Dione adalah dua anak kulit hitam yang terlantar. Membuat judul “The Strays” ternyata lebih merujuk pada Carl dan Dione sebagai anak yang ditelantarkan oleh Neve.

Namun “The Strays” tidak jelas ingin memihak pada karakter yang mana, dan hanya ingin menunjukan kisah level permukaan saja. Sesuai dengan cerita pendek yang Nathaniel dengar dari ibunya tersebut. Tidak ada pengembangan karakter atau konflik. Tak ada salahnya jika naskah ingin memihak pada Neve sebagai protagonis egois. Pastikan saja naskah secara maksimal bias pada setiap tindakan Neve. Karena memposisikan karakter jahat dan licik sebagai protagonis sudah bukan hal tabu lagi dalam genre ini.

Jika ingin berpihak pada Carl dan Dione sebagai anak terlantar, sekalian saja dari awal film ini sajikan skenario balas dendam kedua karakter tersebut. Buat penonton merasa simpati dan kasihan dulu pada kisah mereka. Sehingga penonton tidak bingung ketika keduanya melakukan tindakan nekat pada Neve. Pada akhirnya juga, Carl dan Dione seperti melakukan balas dendam dengan target yang salah dan annoying.

Cukup mengherankan juga mengapa ada yang mau memberikan rating tinggi pada “The Strays”. Padahal film ini masih tergolong kurang matang dan memiliki banyak kekurangan meski isu yang diangkat sebetulnya sangat menarik.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect