Connect with us
The Sandman
Netflix

TV

The Sandman Review (Episode Pilot)

Netflix berhasil wujudkan ‘mimpi’ menjadi live action dengan naskah dan produksi berkualitas. 

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“The Sandman” merupakan Netflix Original Series terbaru yang sedang trending. Serial live action ini diadaptasi dari salah satu franchise komik DC karya Neil Gaiman yang juga terlibat sebagai produser eksekutif. Bersama dengan Allan Heinberg (Wonder Woman), David S. Goyer (Blade), dan Mike Baker (Moby Dick).

Terlibatnya banyak nama besar dalam “The Sandman” ditambah dengan promosinya yang cukup gencar, membuat serial ini menjadi yang paling dinanti pada Agustus ini.

“The Sandman” bercerita tentang Dream, memiliki banyak nama, Ia adalah penguasa Mimpi dan Mimpi Buruk di kerajaan yang Ia ciptakan. Namun, Ia telah terkurung selama 100 tahun oleh pihak egois yang tidak bertanggung jawab. Ketika berhasil lepas dari belenggu tersebut, Ia kembali untuk memperbaiki semua bencana dan kerusakan, di alam mimpi maupun di dunia nyata.

“The Sandman” dibintangi oleh Tom Sturridge, Kirby Howell-Baptiste, Taron Egerton, Gwendoline Christie, Jenna Coleman, Charles Dance, dan David Thewlis. Buat penggemar serial supranatural, misteri, dengan nuansa yang edgy dan suspenseful, “The Sandman” bisa jadi serial terbaru yang sedang dicari-cari.

The Sandman

Tentang Mimpi, Kematian, Kehidupan Kekal, dan Kebinasaan

Meski dinaungi oleh satu tema dengan satu protagonis utama, Dream, “The Sandman” memiliki banyak cerita yang terkandung di dalamnya. Serial ini mungkin tidak akan langsung menggigit penontonnya pada episode pertamanya. Namun sebagai episode pilot, setidaknya produksi dan kualitas naskah yang disajikan berhasil memberikan kesan yang baik.

“The Sandman” memiliki gaya penulisan narasi yang dramatis, layaknya dongeng klasik pengantar tidur tentang kerajaan mimpi dan penguasanya. Begitu pula arahan dialognya, dibawakan dalam berbagai aksen dan pembawaan sesuai dengan penokohan karakter.

Seperti Morpheus alias Dream, sebagai karakter non-human, Ia memiliki pembawaan yang lebih dramatis, terasa surreal. Sementara karakter manusia tak lantas harus mengikuti gaya karakter-karakter ‘bukan manusia’ yang teatrikal. Mereka terlihat lebih hidup dan manusiawi. Jika menyadari perbedaan ini, mungkin beberapa penonton bisa menebak-nebak peran karakter sebelum diungkap.

Awalnya kita mungkin akan berpikir bahwa sepanjang musim perdana ini, kita akan menyaksikan petualangan Dream mengumpulkan ‘perlengkapan’-nya yang hilang. Dicuri, dijual, hingga disalahgunakan. Namun ada banyak cerita berbeda, cukup serupa dengan format anthology.

Mulai dari eksplorasi kematian dan kehidupan, manusia dengan hasrat dan dosa, hingga kunjungan menegangkan Dream di neraka. Kita bisa melihat begitu banyak kisah dan perkenalan semesta yang ingin penulis sampaikan pada penonton. Hanya dengan slot sepuluh episode, naskah mampu menyusun franchise terbaru yang memiliki potensi sebagai jagoan baru di Netflix.

The Sandman

World Building yang Terkonsep Didukung Produksi Maksimal

“The Sandman” menjadi serial fantasi terbaru di Netflix dengan presentasi world building yang maksimal. Serial ini merupakan jenis serial fantasi dengan deretan karakter fantasi yang unik, hukum semesta fantasi yang kompleks, serta latar alam, dimensi, hingga kerajaan yang detail. Selain Dream, kita akan bertemu dengan saudara-saudara penguasan mimpi.

Mulai dari Death, Desire, dan Despair. Hingga ciptaan Dream yang menawan maupun mematikan, seperti Corinthian, Gault, dan Fiddler’s Green dengan penokohan kontras satu sama lain. Tak ketinggalan iblis hingga Lucifer yang bersemayam di neraka. Setiap karakter digarap dengan sangat maksimal, mulai dari casting, tata rias dan tata busana, dan yang terpenting, penokohan dan arahan akting.

“The Sandman” juga didukung dengan desain produksi dan kualitas CGI yang maksimal. Mulai dari penampakan kerajaan mimpi yang megah pada episode perdana, hingga panorama neraka yang mengerikan di episode 4.

Ada beberapa penampilan yang terlihat menghemat budget CGI, namun tertutupi dengan narasi yang lebih menyentuh secara emosional. “The Sandman” memiliki banyak elemen yang pantas diberi apresiasi lebih bahkan memiliki fandom-nya sendiri.

Setiap Episode Memiliki Pola Naskah Variatif dan Dialog Berkualitas

Ada banyak Netflix Original Series terbaik yang menyajikan gaya produksi baru dalam setiap episodenya. “The Sandman” menjadi serial baru yang memiliki presentasi episode variatif. Ada banyak perubahan latar waktu dan dimensi yang akan kita saksikan sepanjang musim perdana ini. Selalu ada narasi baru yang kita saksikan di beberapa episode.

Episode 4, 5, dan 6 menjadi episode terbaik dalam “The Sandman”. Pada episode 4, kita akan melihat battle dengan konsep narasi yang baru dan mungkin belum kita saksikan sebelumnya dalam cerita fantasi. Episode 5, ‘24/7’ menjadi episode simulasi yang hanya berlatar dalam satu lokasi yang kental dengan nuansa thriller dan suspense. Kemudian pada episode 6 kita akan mengikuti perjalanan filosofis seru Dream. Mengeksplorasi kematian hingga melalui ratusan tahun untuk memahami manusia dengan hasrat mereka untuk hidup.

Kalau boleh jujur, banyak dari kita memiliki ekspektasi rendah untuk serial-serial terbaru Original Netflix. Karena kemungkinan untuk menjadi serial yang jelek lebih besar daripada serial dengan kualitas juara. Serial adaptasi DC ini juga tak luput dari stigma tersebut mengingat reputasi partai superhero yang belakangan ini juga sedang tidak pada puncaknya.

Namun “The Sandman” telah menjadi serial berkualitas yang memiliki potensi untuk berkembang jadi franchise besar. Salah satu dari sedikit franchise berkualitas yang lahir di Netflix setidaknya setahun sekali. “The Sandman” telah mendapatkan tempat sebagai salah satu Netflix Original Series terbaik tahun ini.

A Town Without Seasons Review: Suka Duka Warga Hunian Sementara yang Eksentrik

TV

Hazbin Hotel Hazbin Hotel

Hazbin Hotel Review: Balada Hotel di Neraka

TV

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Damsel Damsel

Damsel Review: Aksi Menegangkan Millie Bobby Brown Melawan Naga

Film

Connect