Pada season pertama “Shadow and Bone”, kisah lebih didominasi dengan interaksi Alina Starkov (Jessie Mei Li) dan Jenderal Kirigan (Ben Barnes) sebagai satu aliansi. Keduanya bertemu untuk pertama kalinya, saling memahami kekuatan masing-masing, hingga sempat memadu kasih.
Hingga akhir sampai pada episode-episode terakhir, baru Alina mengetahui motivasi gelap dari Kirigan. Setelah memutuskan untuk tidak memihak dengan Kirigan, akhir season pertama menjadi awal dari konflik antara Alina Starkov dan Jenderal Kirigan.
“Shadow and Bone” Season 2 menjadi arc khusus pertarungan Alina dengan Kirigan. Jenderal Kirigan ternyata selamat dari peristiwa besar pada akhir season pertama. Taruhan Alina semakin besar karena The Darkling juga kembali dengan kekuatan yang lebih besar. Berambisi menjadi Sun Summoner yang mampu menandingi The Darkling, Alina harus mengumpulkan amplifier untuk meningkatkan kekuatannya juga.
Babak Besar Alina Starkov dan Kirigan
Sejak season pertama, penokohan Alina Starkov sebagai Sun Summoner memiliki konsep yang lemah sebagai karakter pahlawan. Berapa kali kita melihat Alina benar-benar melatih kemampuannya sebagai Grisha? Pada season kedua ini, hanya ada satu adegan dimana ia benar-benar latihan, bahkan tidak sampai semenit. Ide bahwa untuk meningkatkan kekuatan Sun Summoner bisa didapat hanya dengan memburu dan membunuh monster sebagai amplifier saja sudah sangat memudahkan Alina.
Sebetulnya masih kurang terasa juga, apa sebetulnya yang spesial dari Alina Starkov sebagai Sun Summoner? Hanya karena ia bisa menciptakan sinar dan memusnahkan the Fold? Grishaverse dalam “Shadow and Bone” sebetulnya memiliki konsep yang sangat menarik. Gagasan tentang ‘kegelapan’ melawan ‘cahaya’, dan masih banyak klasifikasi Grisha lainnya. Materi yang menjadi jantung dari semesta ini justru tidak diberi perhatian yang detail untuk memperkuat serial Netflix ini. Presentasi kaum Grisha pada season ini masih sama lemahnya dengan season pertama.
Padahal dalam sisi produksi, terutama kostumnya, “Shadow and Bone” ini memiliki tema estetika yang sangat keren. Aspek tersebut menjadi salah satu yang terbaik dalam season kedua ini. Casting dan nuance setiap karakter utama juga sudah kuat, namun sayang saja, penokohan yang kuat tidak didampingi dengan plot yang lebih sabar dalam mengembang karakter dan membangun plot.
Aksi & Petualangan The Crows yang Semakin Seru
Ketika hubungan Alina Starkov dan Jenderal Kirigan terasa kurang mantap, justru The Crows kembali dengan presentasi yang semakin keren. Tak hanya bertiga lagi, Kaz Brekker (Freddy Carter), Jesper Fahey (Kit Young), dan Inej Ghafa (Amita Suman), telah merekrut anggota baru; Nina Zenik (Danielle Galligan) seorang Heartrender dan Wylan (Jack Wolfe) yang jago menciptakan ledakan. Sejak season pertama pun, petualangan Kaz Brekker dengan teman-temannya memang sangat menarik.
Ketiga karakter ini juga chemistry-nya lebih dapat dibandingkan dengan siapa pun yang dikisahkan dekat dengan Alina Starkov. Contohnya pada season kedua ini saja, tiba-tiba Alina kini membentuk trio bersahabat dengan Genya (Daisy Head) dan Zoya (Sujaya Dasgupta). Dimana ketiga tidak memiliki sejarah yang baik pada season pertama.
The Crows memiliki petualangan yang presentasinya semakin memikat. Meski pada akhirnya semuanya terasa seperti misi yang ‘kosong’. Namun proses dalam menjalani misi-misi tersebut setidaknya diisi dengan adegan pertarungan melee dengan koreografi yang indah. Sementara untuk koreografi dan eksekusi pertempuran skala besar, “Shadow and Bone” masih sangat lemah dari berbagai aspek. Ironis sekali padahal serial ini didominasi dengan tema militer kerajaan.
Terlalu Banyak Hal Terjadi dalam Satu Season
Jika season pertama diadaptasi dari buku pertama saja, “Shadow and Bone” Season 2 ini berusaha merangkum keseluruhan plot dari buku kedua dan ketiga hanya dalam delapan episode. Sejak episode pertama, kita bisa melihat banyak sekali cabang plot yang ingin disajikan dalam season kedua ini.
Ada plot Alina dengan Kirigan, petualangan Alina dengan Mal (Archie Renaux) mencari amplifier, pertemuan dengan Nikolai Lantsov (Patrick Gibson), privateer sekaligus pangeran Ravka bersama timnya, arc Matthias (Calahan Skogman) di Hellgate, dan petualangan The Crows.
Terlalu banyak karakter, terlalu banyak interaksi baru, dan naskah terlihat lebih terus menyetir plot agar terus berjalan dengan banyak peristiwa dan quest. Namun lupa memperhatikan perkembangan karakter dan interaksi tiap karakter dengan dialog maupun narasi dengan substansi yang benar-benar bermakna. Mudanya, plot seperti ngebut untuk sampai pada babak utama dimana Alina mendapatkan aliansi, dukungan, kekuatan dan pada akhirnya memusnahkan the Fold.
“Shadow and Bone” Season 2 juga ditutup dengan banyak tanda tanya serta harapan-harapan yang tidak terpenuhi. Ada yang berpisah, ada yang kehilangan, ada yang bersatu, namun emosinya sama sekali tidak dapat. Pada titik ini, “Shadow and Bone” sepertinya tidak terlalu memikat lagi untuk season selanjutnya. Karena akhir dari season ini mengindikasikan dari babak baru lagi, dengan konflik yang sudah berbeda.
![](https://www.cultura.id/wp-content/uploads/2024/03/cultura-logo-big.png)