Connect with us
Shadow and Bone Review
Netflix

TV

Shadow and Bone Review: Serial Fantasi Berlatar Militer Kerajaan

Satu lagi serial fantasi dari Netflix yang masih lemah dalam world building.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Kerajaan Ravka terbagi menjadi dua bagian yaitu Timur dan Barat. Dibatasi oleh sebuah tembok berkabut hitam pekat yang terbentuk dari sihir gelap, The Fold. Didalamnya bersemayam monster dan berbagai makhluk buas, memusnahkan siapapun yang sebelumnya tinggal di area tersebut, salah satunya orang tua Alina Starkov (Jessie Mei Li).

Hingga akhirnya Ia cukup dewasa untuk menjadi tentara kerajaan, Alina kembali berhadapan dengan The Fold dalam sebuah misi. Misi tersebut menjadi awal kisah dari Alina Starkov, The Sun Summoner; sosok legenda yang diyakini mampu menghilangkan The Fold dan menjadi penyelamat bagi seluruh Kerajaan Ravka.

“Shadow and Bone” merupakan serial terbaru dari Netflix, diadaptasi dari salah satu novel best seller karya Leigh Bardugo. Dibintangi oleh Jessie Mei Li, Ben Barnes, Freddy Carter, dan Archie Renaux. Sekali lagi Netflix merilis serial fantasi dengan promosi yang menjanjikan kisah dengan world building megah dan masif. Apakah akhirnya Netflix berhasil mewujudkan konsep serial yang ambisius tersebut?

Shadow and Bone Review

Netflix

World Building Fantasi Baru dengan Latar Belakang Militer dan Sihir

Dalam “Shadow and Bone”, kita akan disajikan dunia fantasi yang baru dengan latar belakang militer dan sihir. Kisah berpusat pada Alina Starkov, yang awalnya hanya seorang ‘cartographer’, sebelum akhirnya terungkap bahwa Ia adalah seorang Grisha. Grisha dalam kisah ini merupakan kaum yang memiliki kemampuan sihir. Mulai dari Heartrender, Healer, Squaller, Inferni, dan klasifikasi lainnya berdasarkan kemampuan sihir yang dimiliki.

Sun Summoner sendiri termasuk dalam kaum Grisha, salah satu jenis paling langkah dan terkuat. Tak sendirian, satu lagi Grisha dengan kekuatan besar adalah Shadow Summoner yaitu Jenderal Kirigan.

Selain keragaman klasifikasi pasukan biasa (manusia tanpa kemampuan sihir) dan Grisha, ada isu rasial yang muncul untuk memperkaya kompleksitas peradaban dalam dunia fantasi ini. Dimana ada kaum yang menentang keberadaan Grisha, hingga diskriminasi pada ras Shu.

Alina Starkov sendiri disebut sebagai setengah-Shu, yang tampaknya merupakan ras alternatif dari ras Asia. Sementara Jenderal Kirigan dan mayoritas anggota Kerajaan Ravka terinspirasi dari orang Rusia. Kemudian beberapa karakter pendukung seperti Kaz Brekker sangat kental dengan aksen British.

Latar world building yang luas dan kompleks ini merupakan modal yang sudah sangat bagus dari Leigh Bardugo. Sayang, (lagi-lagi) Netflix masih tidak memahami bahwa membangun sebuah dunia baru untuk sebuah kisah fiksi membutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam menghidupkan setiap elemen di dalamnya.

Tak sedikit dari kita mungkin perlu mencari informasi di internet untuk memahami pemetaan dari dunia “Shadow and Bone”. Begitu juga latar belakang atau deskripsi dari setiap jenis Grisha. Setidaknya serial ini telah mengungkap latar belakang dari Shadow Summoner atau disebut juga sebagai Darkling.

Perkembangan Plot Cepat, Latar Belakangan Protagonis Belum Terungkap

Masuk dalam penulisan cerita dan plot, serial “Shadow and Bone” memiliki fase yang terlalu cepat untuk menghidupkan dunia fantasi Kerajaan Ravka. Sekitar tiga episode pertama, drama romansa antara Alina dan Malyen Oretsev menjadi selimut yang terlalu tebal dari plot utama, dimana Alina berusaha untuk melatih kemampuannya di Little Palace, terpisah dari Malyen. Hanya butuh empat episode ketika plot twist terungkap dan kisah berbalik ke arah yang berbeda.

Hal ini akhirnya menimbulkan perasaan yang berlebihan bagi penonton, seperti kita dipaksa untuk segera memahami setiap elemen dalam kisah “Shadow and Bone” secara instan. Namun, setidaknya akhir dari season pertama memiliki episode terakhir yang menutup babak pertama dengan pas, tidak ada plot yang menggantung. Akan timbul pertanyaan untuk babak yang baru, namun tidak ada urgensi dari kita untuk segera mengetahui jawabannya.

Ketika Jenderal Karigan alias Shadow Summoner telah diceritakan latar belakang dan masa lalunya, justru Alina Starkov sebagai protagonis masih minim penjelasan. Kita hanya tahu bahwa Ia hanya ingin bersama dengan Malyen dan Ia adalah seorang Sun Summoner.

Sebagai satu-satunya karakter dengan ras Shu, Ia kerap menerima diskriminasi, namun tidak jelas apa alasannya. Ia juga sebetulnya hanya setengah-Shu, lalu siapakah ayah Alina? Adakah hubungan antara ras dan kekuatan besar yang Ia miliki? Banyak pertanyaan krusial tentang protagonis dalam kisah ini yang belum terjawab. Secara keseluruhan, Alina Starkov versi serial belum berhasil menyandang gelar ‘ikonik’ seperti Katniss Everdeen maupun Daenerys Targaryen, atau secara umum sebagai protagonis wanita dengan peran yang besar.

Adegan Aksi dan Jurus Sihir Terlihat Lemah Tanpa Momentum

Dengan premis yang menjanjikan latar belakang militer, kerajaan, dan sekelompok kaum dengan kekuatan khusus, “Shadow and Bone” memberikan ekspektasi akan adegan aksi atau bertarung yang epic.

Dalam segi CGI, setiap atraksi elemen api, angin, hingga kekuatan Alina Starkov menciptakan cahaya sudah memenuhi standar, bahkan berkualitas tinggi. Ada juga penampakan Fold dan monster buas yang sudah cukup mencekam sebagai ancaman utama dalam dunia fantasi satu ini.

“Kemasan” yang bagus tak menjamin eksekusi yang sempurna. CGI boleh canggih dan memukau secara visual, namun aplikasinya masih kurang monumental. Inferni asal melontarkan api dengan amarah, Squaller yang menghembuskan angin dengan gerakan yang amatir.

Bagi yang familiar dengan serial animasi “Avatar: The Last Airbender” yang juga memuat berbagai elemen kekuatan, ada koreografi khusus yang membuat setiap elemen berkarakter dan berkesan. Hal ini yang membuat kita mungkin tak akan memahami signifikansi Grisha pada cerita secara keseluruhan.

“Shadow and Bone” merupakan serial Netflix yang masih belum mencapai standar serial atau film fantasi yang telah diciptakan oleh judul-judul sukses sebelumnya. Meskipun begitu, masih ada kesempatan untuk memaksimalkan naskah pada season-season berikutnya. Netflix mungkin harus mulai menambah slot episode pada serial fantasi dengan world building kompleks agar penulisan naskah memiliki ruang lebih dalam menjabarkan kisah.

Arcane Season 2 Arcane Season 2

Arcane Season 2 Review: Animasi Menawan yang Terlalu Cepat Berakhir

TV

The Penguin The Penguin

The Penguin Review: Era Baru Supervillain di Media

TV

Don’t Move Review Don’t Move Review

Don’t Move Review: Punya Potensi Walau Narasi Kurang Dalam

Film

The Platform 2 The Platform 2

The Platform 2 Review: Sekuel Horor Distopia Netflix Yang Gagal

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect