Connect with us
Scaller
Photo Courtesy: Scaller

Music

Scaller yang Progresif dan Tak Terikat Genre

Layaknya kehidupan yang terus berjalan, Scaller memiliki musik yang progresif.

Reney Karamoy dan Stella Gareth memulai langkah mereka di blantika musik Indonesia secara indie sebagai Scaller. Merilis album pertama bertajuk “1991” pada 2013, Scaller membuktikan musik mereka bisa diterima oleh penikmat musik lokal.

Melalui usaha secara independen dalam promosi dan distribusi, lebih dari 2.000 keping CD “1991” terjual. The next time we know, Scaller mulai tampil di panggung besar Indonesia. Mulai dari Synchronize hingga We The Fest. Pasangan suami-istri ini juga sudah manggung di Jepang, Thailand, dan Singapura.

Tak pernah melabeli diri dengan genre musik tertentu, Scaller seringkali disebut menghasilkan musik bergenre alternatif hingga post-rock. Lagu-lagu mereka seperti “Live And Do”, hingga “Flair” dari album kedua mereka, “Senses” (2017), memang didominasi cita rasa musik rock secara general. Layaknya kehidupan yang terus berjalan, Scaller memiliki sikap yang progresif dalam bermusik. Baik dalam penulisan lirik natural tentang kehidupan, hingga proses meracik musiknya.

Scaller telah merilis single terbaru mereka, “Chaos & Order”, sebagai langkah awal menuju album selanjutnya. Simak wawancara dengan Reney Karamoy dan Stella Gareth untuk lebih mengenal musik dari Scaller.

Memulai langkah secara indie dan sempat dikategorikan tidak memiliki pasar di industri musik Indonesia kala itu. Apa yang membuat Reney Karamoy dan Stella Gareth percaya diri untuk bermusik sebagai Scaller dengan genre alternative?

Pada dasarnya kami percaya diri dengan jenis musik apapun yang termanifestasi melalui karya Scaller, karena kami sendiri tidak melabeli musik kami dengan genre apapun. Label “Alternative” muncul dengan sendirinya oleh banyak pendengar kami yang kemudian kami amini karena “Alternative” itu luas sekali bagi kami.

Bagaimana kalian mendeskripsikan musik Scaller?

Musik Scaller dapat kami deskripsikan sebagai sesuatu yang progresif. Dalam artian elemen dan komposisinya tidak selalu linear.

Bagaimana proses kalian dalam mengkomposisi lagu Scaller? Di antara Reney Karamoy dan Stella Gareth, siapa yang cenderung penulis lirik, siapa yang komposer?

Ada beberapa cara untuk melahirkan karya, salah satunya dengan proses jamming di studio atau bahkan hanya menggunakan instrumen akustik seperti gitar atau piano antara kami berdua. Stella yang banyak menulis lirik, Reney banyak meng-compose.

Kerap memperdengarkan lirik-lirik seputar kehidupan dan hubungan manusia, media seperti apa yang kerap memicu inspirasi Scaller dalam menciptakan sebuah lagu?

Pemicunya bisa melalui isu kecil di ruang lingkup sosial kami hingga pengalaman personal. Mulai dari yang optimis maupun depresif seperti krisis eksistensi. Tapi tidak selalu begitu juga. Kami mengutamakan hal-hal yang natural terjadi dan tidak dibuat-buat.

Scaller Reney Karamoy dan Stella Gareth

Stella Gareth & Reney Karamoy

Kalian sudah tampil di banyak panggung besar Indonesia, mulai dari Synchronize Fest hingga We The Fest. Akhirnya Scaller juga sudah memenuhi mimpi untuk manggung di Jepang, ditambah Thailand dan Singapura. Bagaimana kesan kalian akhirnya bisa tampil di Jepang? Bisa ceritakan antusiasme penonton dan pengalaman seru yang Scaller dapatkan.

Tentunya bermusik di negara orang dimana hampir tidak ada yang pernah mendengar musik kami sebelumnya, menjadi tantangan yang berat namun seru. Tapi di situ, kami justru kami merasa murni sebagai musisi yang percaya dengan karya-karya kami dan berusaha semaksimal mungkin menyampaikan (musik kami) di atas panggung.

Apa makna dari sebuah live performance di panggung bagi Scaller? Panggung atau festival musik seperti apa yang Scaller suka?

Makna sebuah live performance bagi kami adalah pertukaran energi antara musisi dan pendengar. Dimana musisi menyajikan sebuah set yang menawarkan experience yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Atau saat kami menyanyikan lagu yang lebih familiar, penonton bisa menjadi bagian dari lagu tersebut.

Kami menyukai festival dan konsep solo concert itu sendiri. Di festival musik, kami bisa melihat musisi lain yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Di solo concert/recital, kami bisa menjadi intimate dengan musisi yang memang kami idolakan.

Tahun ini akhirnya Scaller merilis single terbaru, “Chaos & Order” pada 9 April kemarin. Bisa ceritakan tentang lagu tersebut?

“Chaos & Order”, seperti makna yang terkandung dari judulnya, adalah proses dimana penerimaan sisi buruk layaknya sisi baik di dalam diri sendiri. Dimana proses ini menjadi fase yang krusial dalam proses pendewasaan individu secara utuh.

Setelah jarak yang cukup lama dari album “Senses” pada 2017, akhirnya Scaller akan segera merilis album baru. Bisa diberi bocoran mungkin konsep seperti apa yang akan Scaller bawakan kali ini baik dalam segi musik maupun lirik?

Kami menyukai ide sebuah album yang berkonsep. Dimana dinamika dari lagu pertama sampai lagu terakhir terjaga. Kami belum bisa panjang lebar membahas album yang akan datang, tapi konsep tersebut selalu kami tawarkan ke pendengar, karena hal itulah yang ideal untuk kami.

Apa target atau harapan kedepan dari Reney Karamoy dan Stella Gareth yang ingin dicapai sebagai musisi?

Target kami dalam jangka waktu pendek ingin merilis album. Semoga bisa kembali tur, melihat dunia, terinspirasi, belajar, dan menulis lagu kembali, dan membuat album lagi. Mungkin kurang lebih secara garis besar hal tersebut yang menjadi harapan kami sampai tua nanti.

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Music

Zara Larsson: Venus Zara Larsson: Venus

Zara Larsson: Venus Album Review

Music

Connect