Connect with us
Rekomendasi Film Tentang Perjuangan Seniman dan Pekerja Hiburan
Black Swan

Cultura Lists

10 Rekomendasi Film Tentang Perjuangan Seniman dan Pekerja Hiburan

Suka duka mengejar mimpi sebagai seniman yang inspiratif.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa memilih hidup sebagai seniman adalah jalan yang penuh rintangan. Namun, rasa cinta yang besar pada hasrat seni seringkali membuat para pelakunya tetap bertahan sekalipun harus kuat menghadapi banyak kegagalan dan penolakan. Baik menjadi aktor, penyanyi, penari, komedian, bahkan produser, industri hiburan tak pernah memberikan jalan pintas atau kemudahan bagi mereka.

Menonton film tentang perjuangan seniman tak hanya mampu menginspirasi kita yang memang bekerja di dunia seni, namun semangat, idealisme, dan ketekunan para seniman kerap menginspirasi kita untuk tidak pantang menyerah dalam mengejar mimpi. Berikut beberapa rekomendasi film tentang perjuangan seniman dan pekerja di industri hiburan.

Tick Tick … Boom! (2021)

Menjelang ulang tahunnya yang ke-30, Jonathan Larson merasa dikejar waktu untuk mencapai sesuatu yang besar dalam hidupnya sebagai komposer pertunjukan musikal. “Tick,Tick …Boom!” merupakan film musikal terbaru di Netflix dari sutradara Lin-Manuel Miranda, tribute bagi seniman berbakat yang pergi terlalu cepat, Jonathan Larson, diangkat dari autobiografi musikal dengan judul serupa.

Dibintangi oleh Andrew Garfield, kita akan mengikuti perjuangan Jonathan dalam meraih mimpinya sebagai komposer yang tidak mudah dan kerap membuat frustasi. Bagaimana ada tuntutan kehidupan, dilema untuk kehidupan yang lebih sejahtera, dan melepaskan mimpi yang Ia yakini tinggal selangkah lagi sebelum semuanya meledak.

The 40 Year Old Version (2020)

Salah satu film underrated Netflix tahun lalu, “The 40 Year Old Version” merupakan semi-autobiografi Radha Blank sebagai seorang penulis naskah yang tinggal di Harlem, New York. Ketika menemukan jalan buntu sebagai pekerja seni, Radha memutuskan untuk banting setir menjadi rapper.

Film ini merupakan paket sempurna dari manifestasi perjuangan seorang seniman yang sulit di kota besar. Fakta bahwa film ini ada, ditulis, disutradarai, dan dibintangi oleh Radha sendiri menjadi wujud maksimalnya dalam menunjukan potensinya yang memang patut diapresiasi. Ketika tak ada produser yang mau menerima naskahnya, dengan percaya diri Ia mewujudkan film ini.

La La Land (2016)

“La La Land” merupakan salah satu film terbaik pada 2016 karya Damien Chazelle. Membawa penontonnya menuju petualangan cinta dan mimpi antara Mia dan Sebastian yang masing-masing sedang berjuang sebagai pekerja seni. Meski ceritanya cukup klise dan lebih dominan dengan sinematografi hingga produksi yang flashy, “La La Land” termasuk film yang akurat dalam membawakan topik perjuangan seniman di Los Angeles.

Keindahan film secara visual, dengan alunan musik yang menggugah secara tidak langsung mampu menstimulasi kita sebagai penonton untuk terinspirasi.

Whiplash (2014)

Dibandingkan dengan “La La Land”, “Whiplash” sebetulnya film yang lebih greget dan berdampak tentang perjuangan seniman dari Damien Chazelle. Berfokus pada hubungan mentor dan drummer, Terence Fletcher tak ingin membuat jalan Andrew Neiman mudah dalam mengejar mimpi sebagai drummer jazz terbaik.

Secara harfiah, kita akan melihat keringat dan darah yang harus dicurahkan oleh seorang musisi untuk bersinar dan memenangkan hati seorang mentor yang keras.

Begin Again (2013)

Tak ada yang lebih membuat seorang seniman terpuruk ketika harus patah hati sembari melihat karirnya semakin tak jelas arahnya. “Begin Again” merupakan film drama dengan nuansa feel-good yang santai sekaligus menginspirasi.

Dibintangi oleh Keira Knightley, Mark Ruffalo, dan Adam Levine, film ini berfokus pada kisah Greta dan seorang produser musik dalam membentuk sebuah grup musik secara amatir. Mulai dari menyulap lagu sederhana menjadi lebih menggugah, hingga melakukan rekaman di jalan-jalan New York karena tidak memiliki studio tetap.

Asakusa Kid (2021)

Seorang komedian yang identik dengan persona humoris dan selalu membuat penonton tertawa juga tak lepas dari kerasnya hidup di industri hiburan. “Asakusa Kid” merupakan film yang diangkat dari autobiografi Takeshi Kitano, komedian Jepang berbakat yang lebih familiar bagi kita melalui TV game show, “Takeshi’s Castle” pada tahun 2000-an.

Bekerja di sebuah teater sekaligus strips club, menjadi titik mula dan fase kehidupan terpenting bagi Takeshi sebelum sukses menjadi komedian. Tak hanya kisah Takeshi, ada banyak sesama pekerja seni di teater tersebut yang mengalami kesulitan hingga kehilangan mimpinya sebelum terwujud.

Dolomite is My Name (2019)

Isu ras di Amerika Serikat pada era 1970 an ternyata berpengaruh hingga pada industri hiburan. Rudy Ray Moore adalah seorang komedian kulit hitam yang merasa bahwa tidak ada film maupun pertunjukan stand up yang mewakili selera humor kaumnya. Dengan bantuan teman-temannya, Rudy mengusahakan sendiri rumah produksi film komedinya sendiri. Mulai dari menulis naskah, menjadi sutradara, mencari sokongan dana, bahkan mengunjungi setiap bioskop di kota untuk menawarkan filmnya agar bisa diputar.

Dieksekusi dengan gaya komedi dan drama yang fresh, kita bisa akan terinspirasi dengan optimisme yang dimiliki oleh sosok Rudy Ray Moore dalam film “Dolomite is My Name”.

Frances Ha (2012)

Mengejar mimpi sebagai seorang seniman sering kali mendatangkan kesulitan finansial hingga menomor duakan tuntutan membangun keluarga. “Frances Ha” merupakan film hitam-putih tentang seorang penari, Frances, yang tinggal di New York. Kronologi yang dihadirkan menarik dan berbeda, dimana kita akan mengikuti Frances hidup luntang lantung, berpindah dari satu apartemen, menumpang di apartemen teman, hingga sempat kembali ke rumah orangtua.

Black Swan (2010)

“Black Swan” menjadi film penari balet terikonik yang dibintangi oleh Natalie Portman. Darren Aronofsky menggunakan pendekatan psikologi untuk film ini, hendak memotret obsesi dan kegelisahan yang dialami oleh seorang penari balet di pentas dengan tingkat persaingan tinggi. Secara tragis sekaligus indah menghasilkan film drama psikologikal yang surreal sekaligus artistik dengan caranya sendiri.

Dancer (2016)

Sergei Polunin merupakan penari balet berbakat asal Ukraina, salah satu jenis seniman “beruntung” untuk lahir dengan talenta dan karisma alami. Namun, meski dengan talentanya yang terlihat semacam anugerah, Sergei juga harus melalui jalan yang sulit untuk bertahan di panggung seni pertunjukan balet. Tak hanya profil kehidupan yang penuh lika-liku sebagai penari muda, kita akan mengenal bagaimana sosok Sergei sangat ikonik sebagai penari balet pria.

Jika balet di kalangan awam identik dengan persona anggun dan gemulai, Sergei Polunin mampu tampil seperti singa yang karismatik, gemulai sekaligus penuh kekuatan ketika sedang menari. Meski kita tidak terlalu paham dunia balet, kisah Sergei Polunin dalam film dokumenter “Dancer” patut untuk ditonton.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect