Connect with us
Photograph by Macall Polay/Netflix

Film

Tick, Tick… BOOM! Review: Tribute untuk Jonathan Larson yang Inspiratif

Potret krisis karir seorang seniman yang relevan dan menggugah dengan konsep musikal.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Jonathan Larson adalah komposer pertunjukan musikal yang terkenal melalui karyanya, “Rent”. Sebuah pertunjukan musikal rock yang bertahan di Broadway selama 12 tahun lamanya.

Pergi terlalu cepat sebelum menunjukan potensi terbesarnya sebagai seniman, kita bisa mengenal sosok Jonathan Larson melalui “Tick, Tick… Boom!” adaptasi film yang disutradarai oleh Lin-Manuel Miranda. Nama tersebut mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita yang sudah menonton drama musikal “Hamilton” (2020). “Tick, Tick… Boom!” juga memiliki elemen musikal, namun lebih kaya elemen dari sekedar drama musikal atau film musikal.

Dibintangi oleh Andrew Garfield, film ini diadaptasi dari pertunjukan yang ditulis sendiri Jonathan Larson tentang perjuangannya selama mengerjakan “Superbia”, sambil dihantui ketakutan menginjak usia 30 dalam waktu yang dekat. Ia merasa bahwa Ia harus meraih sesuatu yang besar dalam hidupnya sebelum semuanya terlambat.

Tick, Tick… BOOM! Review

Netflix

Adaptasi Pertunjukan Musikal yang Memikat untuk Penikmat Film secara General

Tidak semua penikmat film menyukai film drama musikal. Karena kita akan melihat banyak adegan yang dieksekusi dengan tarian dan nyanyian, dan beberapa dari kita lebih tertarik dengan percakapan yang natural tanpa dramatisir. “Tick, Tick.. Boom!” memang adaptasi pertunjukan musikal, namun memiliki banyak elemen film yang sinematik. Jika ada yang berekspektasi film ini eksekusinya seperti “La La Land” (2016), jawabannya adalah tidak.

Kita akan melihat dua latar dari kisah Jonathan Larson yang disajikan bersamaan; pertunjukan musikal di atas panggung seperti versi “Tick, Tick… Boom!” original dan versi semacam reka adegan yang menjadi ‘film’ dengan plot. Belum lagi tambahan remake footage dari home video miliki Jonathan yang juga dimasukan dalam film ini. Membuat film ini mengandung banyak elemen yang mempresentasikan dunia Jonathan yang kreatif sekaligus kekalutan dalam menghadapi krisis karir sebagai seniman di New York.

Mungkin ada beberapa momen yang tidak menarik seperti ketika Jonathan menyanyikan lagu tentang hobinya, berenang, atau keluh kesahnya bekerja di kedai makanan pada minggu pagi. Namun lebih banyak juga lagu-lagu yang menyenangkan untuk disimak liriknya dan visualnya, seperti tentang quarter life crisis hingga gaya hidup kontras seniman dengan idealismenya, atau menjadi budak korporat namun bisa tinggal di apartemen mewah.

Tick, Tick… BOOM! Review

Patut Ditonton Bagi Kita yang Tertarik dengan Isu Quarter Life Crisis

Sangat menarik mengetahui bahwa Jonathan Larson, seorang seniman dengan idealisme tinggi, juga memiliki pemikiran konservatif tentang standar usia. Dalam “Tick, Tick… Boom!” menginjak usia 30 pada tahun 1990, menjadi ketakutan terbesarnya. Sangat banyak momen dimana Ia menyebutkan orang tuanya, temannya, atau idolanya dengan tolak ukur umur. Bahwa orangtuanya sudah memiliki dua anak pada usia 27 tahun, hingga John Lennon yang menulis banyak hits selama usia 20-an.

Berapa banyak dari kita yang masih dihantui ketakutan yang sama sekalipun telah hidup dalam era modern? “Tick, Tick… Boom!” tidak hanya judul yang catchy, namun ada banyak kisah dan filosofi yang dikembangkan dari seruan tersebut. Jonathan terus merasa bahwa dirinya dikejar oleh waktu, Ia tidak punya banyak waktu lagi, hingga akhirnya definisi dari ‘kehabisan waktu’ yang sebenarnya menampar dirinya. Menampar kita juga sebagai penonton.

Sudah terlalu banyak film tentang quarter life crisis yang di produksi di Hollywood, namun “Tick, Tick… Boom!” patut ditonton karena mengandung materi baru yang lebih spesifik. Setiap orang, setiap public figure memiliki kisah krisisnya masing-masing, dan kiah Jonathan Larson merupakan salah satu yang patut untuk kita ketahui. Baik sebagai tribute untuk seniman berbakat ini, maupun menjadi inspirasi bagi kita yang masih memiliki waktu.

Andrew Garfield Bersinar sebagai Jonathan Larson

Kita sudah melihat Andrew Garfield dalam film komersial seperti “The Amazing Spider-Man”, begitu juga film dimana Ia menunjukan method acting dalam “Silence” dan “Hacksaw Ridge”.

Melalui “Tick, Tick… Boom!” kita melihat potensi terbaru dari aktor kelahiran California ini. Ia berhasil menyalurkan energinya sebagai Jonathan Larson, baik dalam sudut pandang komposer yang ambisius dan idealis, maupun diri personal yang kini sedang menjadi aktor dalam sebuah film drama musikal. Andrew tampak memberikan usaha terbaiknya, sekaligus menikmati kesempatannya untuk menjadi bintang utama dalam “Tick, Tick… Boom!”.

Selain Andrew Garfield, Robin de Jesus yang berperan sebagai sahabat Jonathan, Michele, juga patut diberi apresiasi atas penampilan aktingnya. Sebelumnya Ia juga memberikan penampilan yang bagus dalam “Boys in the Band”. Namun dalam “Tick, Tick… Boom!” Ia mendapatkan porsi yang lebih banyak untuk menunjukan potensinya sebagai aktor. Perannya sebagai Michele juga cukup krusial dalam kisah Jonathan, dan Robin telah berhasil memberikan penampilan yang emosional.

“Tick, Tick… Boom!” merupakan film adaptasi musikal yang berhasil menyajikan tribute untuk sosok Jonathan Larson. Tanpa berfokus pada akhir hidup Jonathan yang ironis, Lin-Manuel Miranda tampak tulus mengeksekusi film ini dalam rangka merayakan hidup Jonathan yang inspiratif.

Kita bisa melihat bahwa film ini hendak mengekspos sosok seniman yang patut diketahui oleh lebih banyak orang dalam industri maupun penikmat hiburan.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect