Connect with us
Netflix

TV

Pretend It’s A City Review: Fran Lebowitz dan New York

Opini Fran Lebowitz yang menarik tentang New York.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Fran Lebowitz adalah adalah seorang penulis asal Amerika yang menghabiskan sebagian besar masa karirnya di New York. Sementara Martin Scorsese telah berdomisili di New York sepanjang hidupnya. Melalui Netflix Limited Series, “Pretend It’s A City”, keduanya bercakap-cakap santai seputar isu sosial dan budaya dari kota tersibuk di dunia tersebut. Scorsese berperan sebagai sutradara, mengeksplorasi setiap topik seputar New York dan Fran Lebowitz sebagai ‘new yorkers’.

Terdiri dari 7 episode, kita akan menyimak topik pembicaraan seputar fasilitas di kota, seni, budaya, hingga pengalaman pribadi Fran sebagai penduduk kota. Sekalipun kita tidak tinggal di New York, fakta-fakta yang dijabarkan dalam dokumenter ini akan tetap menghibur, relevan, dan menambah wawasan. Mungkin beberapa dari kita belum familiar dengan sosok Fran Lebowitz. Meski tak kenal, dijamin bakal sayang setelah menonton suguhan dari Netflix ini.

Pretend It’s A City

Netflix

Hubungan Benci dan Cinta Fran Lebowitz pada New York

Sebenci-bencinya Fran pada New York, Ia mengakui tak memiliki kota lain sebagai tujuan untuk menghabiskan hidupnya. Kita akan menyimak ocehan dan pandangan Fran akan kota yang Ia tinggali tersebut. Mulai dari harga apartemen yang tidak masuk akal, sopir bus yang mengecewakan karena tidak hafal jalan, hingga banyaknya kata-kata mutiara di jalanan New York yang Ia yakini sengaja ditulis khususnya untuknya; karena tak ada orang yang berjalan tanpa melihat layar smartphone-nya di era modern ini.

Melihat footage Fran berjalan di kota Time Square dengan gaya berbusananya yang kharismatik untuk seorang wanita, kita bisa melihat Ia adalah bagian dari New York. Meski dengan segala komplain rasional yang disampaikan, New York salah satu bagian dari jati dirinya.

Fran Lebowitz sendiri memiliki pemikiran dan pandangan yang menarik. Sangat idealis dan perfeksionis menurut standarnya sendiri. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa opini maupun komplain yang Ia lontarkan punya poin yang jelas. Seakan hal yang buruk dan rumit adalah sesuatu yang “normal”, sementara orang-orang seperti Fran dengan tuntutannya akan kesempurnaan adalah pemikiran yang sombong dan eksentrik. Sekalinya kita merasa relevan dengan pemikiran penulis ini, dijamin setia episode kita akan merasa semakin menyukai sosok Fran Lebowitz.

Pretend It’s A City

Percakapan Martin Scorsese dan Fran Lebowitz yang Seru untuk Disimak

Ini bukan pertama kalinya bagi Martin dan Fran berkolaborasi. Keduanya sendiri merupakan teman dekat yang kerap bekerja sama dalam sebuah projek film atau sekedar hang out bersama. Pada tahun 2010, Martin menyutradarai film dokumenter tentang Fran Lebowitz dan berbagai cuplikan interview tokoh ini dengan banyak pihak berjudul “Public Speaking”.

Fran juga bermain sebagai seorang hakim agung dalam film “The Wolf of Wall Street” (2013). Keduanya memiliki chemistry yang alami dan tampaknya tak pernah kehabisan topik pembicaraan. Menyimak interaksi keduanya berbicara tentang New York sebagai sesama ‘new yorkers’ jadi terasa menyenangkan untuk diikuti setiap episodenya.

Selain sesi bonding santai dengan Marty (panggilan akrab Martin Scorsese), kita juga akan melihat interview hingga sesi panel public speaking dengan berbagai pertanyaan dari penonton yang spontan. Meski memuat banyak topik pembahasan menarik, ada pengulangan format yang kembali diterapkan oleh Marty dalam dokumenter ini seperti pada “Public Speaking”.

Masih dengan Fran sebagai narasumber utama dan format footage dari berbagai event, hanya saja kali ini topik lebih fokus tentang New York. Kemudian diselipkan lagu-lagu swing jazz, blues, hingga footage kualitas vintage, dan adegan film tertentu sebagai “hiasan” secara audio maupun visual. Bagai collage ramai bertema New York.

Karya Hybrid dari Sang Sutradara yang Menyajikan Potret New York Secara Maksimal

Sebagai salah satu sutradara papan atas Hollywood yang telah memasuki usia senior, Martin Scorsese secara mengejutkan sangat terbuka dengan platform streaming. Telah diawali dengan “The Irishman” sebagai film pertamanya yang rilis sebagai Netflix Original Movie pada tahun 2019 lalu. Netflix telah melahirkan aneka format hiburan yang tidak sekadar film, serial, atau film dokumenter saja.

“Pretend It’s a City” merupakan karya hybrid terbaru dari sutradara berkelas. Tidak bisa dipungkiri bahwa esensi dan pesan yang dipampang dalam dokumenter ini sangat menghibur, informatif, dan memberi perspektif baru. Namun, sebuah serial dokumenter dari seorang Martin Scorsese? Hal ini merupakan sesuatu yang tidak akan kita pikir eksekusi oleh seorang sutradara papan atas.

Ini bukan hal yang buruk, namun masih terasa asing. Sama halnya ketika David Lynch merilis film pendeknya, “What Did Jack Do?” di Netflix untuk merayakan ulang tahunnya. Rupanya ada sutradara yang mau menikmati proyek “senang-senang” tanpa menghilangkan sentuhan profesionalnya. Hal tersebutlah yang dilakukan Martin kali ini dengan “Pretend It’s a City”. Ia merasa bahwa pemikiran temannya, Fran Lebowitz, patut untuk didengar banyak orang dan tak cukup diringkas dalam satu film dokumenter saja.

Damsel Damsel

Damsel Review: Aksi Menegangkan Millie Bobby Brown Melawan Naga

Film

House of Ninjas House of Ninjas

House of Ninjas Review: Laga Ninja Berlatar Thriller Spionase Modern

TV

Echo Echo

Echo Review: Alaqua Cox Semakin Memikat dan Ikonik sebagai Maya Lopez

TV

Plus Minus Avatar: The Last Airbender Live Action Plus Minus Avatar: The Last Airbender Live Action

Plus Minus Avatar: The Last Airbender Live Action

TV

Connect