Musisi virtual merupakan musisi yang mempresentasikan dirinya dalam wujud karakter animasi atau avatar. Beberapa musisi menunjukan identitas aslinya, namun semakin banyak musisi virtual yang tampil dengan prinsip menyembunyikan identitas aslinya dan hanya ingin dikenal melalui persona “fiksi” yang sudah diciptakan. Ada banyak kategori atau julukan musisi virtual yang lebih populer, mulai dari virtual singer, virtual idol, hingga virtual band.
Dengan semakin berkembangnya era digital dan kepopuleran online platform, dunia virtual seakan sudah lama dipersiapkan untuk momen ini; sebagai ekosistem dimana para musisi virtual memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi bakatnya secara maksimal.
Lebih dari sekadar kualitas vokal dan komposisi musik, seorang musisi virtual bisa memiliki persona yang unik dan mengeksplorasi teknologi animasi 2D maupun 3D untuk menyajikan pengalaman musikal di dunia maya yang berkesan bagi penggemarnya.
Menyebutkan semua musisi virtual yang pernah ada di industri hiburan hingga saat ini tak akan ada habisnya, mari kita bahas perkembangan musisi virtual secara umum dan bagaimana industri ini telah menciptakan pasarnya sendiri.
Sejarah Musisi Virtual Generasi Pertama
Bukan konsep baru dalam industri musik, musisi virtual sebetulnya sudah muncul sejak 1950-an. Namun, pada awal kemunculannya, penyanyi atau virtual group merupakan bagian dari film atau serial kartun. Alvin and the Chipmunks yang digagas oleh Ross Bagdasarian, Sr. bisa dibilang merupakan musisi virtual pertama di industri hiburan. Tiga tupai bersaudara ini dikenal dengan suara high pitch-nya, diakui kualitasnya sebagai pioneer musisi virtual dengan kemenangan penghargaan Grammy pada 1959.
Satu lagi virtual band generasi pertama adalah The Archies dari “The Archie Show” yang mengudara pada 1968 hingga 1978 di televisi Amerika. The Archies merupakan band virtual dengan genre bubblegum pop dan rock. Salah satu lagu paling popular dari The Archies adalah “Sugar, Sugar”.
Memasuki era musik 2000-an, Gorillaz menjadi band virtual paling sukses dengan “Feel Good .Inc.”-nya yang ikonik. Damon Albarn (Blur) menggandeng animator Jamie Hewlett dan Dan the Automator untuk mewujudkan Gorillaz sebagai proyek musik virtual. Sebagai band virtual yang diciptakan untuk sepenuhnya berada dalam industri musik, Gorillaz membuktikan bahwa konsep ini dapat diterima oleh penikmat musik.
Bahwa dalam format atau wujud apapun, selama seorang musisi mampu menyajikan musik yang berkualitas dan enak didengar, maka selalu ada pasar bagi mereka. Gorillaz sendiri masih eksis hingga saat ini sebagai veteran band virtual yang masih terus menghasilkan berbagai musik yang asik untuk didengarkan.
Industri Hiburan Jepang dengan Budaya Idol dan Vocaloid-nya
Awal mula konsep penyanyi virtual di Jepang juga diawali dengan kemunculan karakter anime, Lynn Minmay (pengisi suara Mari Iijima), seorang idol dalam anime bergenre mecha, “Super Dimension Fortress Macross” (1982). Dengan kesuksesannya melalui theme song bertajuk “Do you Remember Love?”, Lynn Minmay bisa dikategorikan sebagai virtual idol pertama yang pernah ada.
Melihat potensi virtual idol di Jepang, sebuah agensi bernama Horipro pun menciptakan A.I virtual idol dengan visi sebagai penyanyi sepenuhnya, Kyoto Date pada 1995. Sayangnya Kyoto Date tidak terlalu populer dan kini sudah tidak memproduksi musik lagi.
Awal dari budaya virtual idol di Jepang mulai menunjukan potensi sebenarnya pada 2007, ketika Hatsune Miku dirilis oleh Crypton Future Media. Berbeda dengan konsep virtual idol dengan pengisi suara manusia, Hatsune Miku adalah sebuah vocaloid, dimana suara yang tercipta adalah hasil dari sebuah program software.
Secara mengejutkan, virtual idol dalam wujud gadis 16 tahun dengan rambut tosca-nya ini menuai kesuksesan besar di Jepang hingga pasar internasional. Pada 2014, Hatsune Miku melakukan global tour melingkupi negara-negara Eropa, Jepang, Amerika Serikat, Cina, Mesiko, Taiwan, dan Indonesia. Pada 2020 lalu, Hatsune Miku juga telah menaklukan panggung di Brixton, London, Inggris.
Awal Mula hingga Demam Vtuber Saat Pandemi
Vtuber atau Virtual YouTuber merupakan sebutan untuk karakter avatar (populernya dalam bentuk animasi yang mengadaptasi gaya animasi Jepang) yang memiliki kanal YouTube. Kizuna AI dijuluki sebagai Vtuber pertama yang pernah ada dari ekosistem virtual pada November 2016, Ia debut sebagai virtual idol Artificial Intelligence.
Namun, bukan A.I sungguhan, suaranya diisi oleh Nozomi Kasuga. Gadis virtual satu ini memiliki desain yang lebih menarik, baik dalam segi visual maupun gerakan animasi 3D-nya. Tidak hanya bernyanyi dan menari layaknya seorang idol, Kizuna AI juga sering mengunggah video dirinya bermain game, skit, hingga berkolaborasi dengan YouTuber non-virtual lainnya. Kizuna AI juga mendapatkan banyak kolaborasi komersil oleh brand-brand besar hingga undangan ke talk show televisi di Jepang.
Pada titik ini, keberadaan virtual entertainer semakin terbukti dapat diterima oleh banyak masyarakat modern, terutama karena perkembangan era serba digital dan online yang semakin berkembang pesat. Kemudian muncul perusahaan agensi Vtuber yang memiliki visi lebih untuk mengeksplorasi dunia virtual ini, Nijisanji pada 2018, kemudian diikuti Hololive pada 2019.
Hanya dalam kurun waktu sekitar tiga tahun, dua agensi Vtuber terbesar di Jepang ini meraup kesuksesan skala internasional. Kedua kini telah memiliki cabang agensi yang membawahi para talent Vtuber di Cina, Korea, negara-negara barat, bahkan Indonesia.
Kemudian pandemi melanda dunia pada akhir 2019 menuju awal 2020. Mengubah gaya hidup kita yang semakin intens di dunia maya, baik untuk bekerja hingga mencari hiburan. Kita juga berada pada situasi dimana interaksi antar manusia semakin terbatas. Pada kesempatan inilah, banyak orang mencari hiburan dengan menonton live stream, termasuk live stream Vtuber.
Hampir selama 24 jam, selalu ada Vtuber yang mengadakan live stream dari berbagai negara untuk menemani penontonnya. Tak hanya bermain game, agensi seperti Hololive dan Nijisanji kerap mengadakan konser virtual layaknya konser pada umumnya dengan akses ticket berbayar.
Para talent dari agensi Vtuber ini mayoritas memiliki bakat menyanyi yang tidak main-main. Diawali dengan proyek meng-cover lagu penyanyi lain, kini sudah banyak dari mereka yang memiliki lagu original sendiri.
Hololive sendiri merupakan agensi yang dibangun oleh Motoaki “Yagoo” Tanigo, dengan visi membentuk super idol group beranggotakan gadis-gadis bertalenta seperti AKB48. Lebih dari sekadar idol virtual, semua talent Hololive kini mendapatkan banyak cinta dari penggemarnya sebagai entertainer secara keseluruhan.
Memasuki tahun 2021, semakin banyak agensi dengan banyak talent virtual singer maupun Vtuber indie yang berkembang di luar negeri maupun Indonesia.
Mengenal Musisi Virtual dari Indonesia
Selain agensi Vtuber lokal seperti MAHA5 hingga Re:Memories, Nijisanji ID dan Hololive ID merupakan agensi cabang dari induknya di Jepang yang menuai kesuksesan di tanah air. Baik Nijisanji ID maupun Hololive ID memiliki sederet talent Vtuber yang tak hanya memiliki kemampuan gaming dan content creating yang menarik, mereka semua rata-rata juga memiliki kemampuan vokal berkualitas hingga mengkomposisi musik.
Vtuber dari Nijisanji ID seperti Riksa Dhirendra, Reza Avaluna, dan Xia Ekavira merupakan Liver yang memiliki kemampuan dalam bidang komposisi dan aransemen musik. Kalau rekomendasi penyanyi virtual dengan suara yang unik dan powerful dari Nijisanji ID ada Taka Radjiman yang rajin mengcover lagu Jepang setiap bulan, kemudian ada Nara Haramaung, Miyu Oktavia, dan Automaton Idol, ZEA Cornelia.
Nijisanji ID sudah merilis beberapa lagu original seperti “Virtual to Live”, “Into Reality”, hingga project “Virtual on Voyage” dengan 3 track original yang ditulis dan dikomposisi oleh musisi lokal.
Sementara Hololive ID baru punya satu lagu original yaitu “id:entity” yang rilis pada perayaan satu tahun mereka. Dibawakan oleh keenam talent Hololive ID; Moona Hoshinova, Ayunda Risu, Airani Iofi, Kureji Ollie, Anya Melfissa, dan Pavolia Reine.
Semua talent Hololive ID pastinya juga memiliki bakat bernyanyi yang berkualitas, karena pada dasarnya mereka memiliki visi sebagai idol dengan prospek kedepannya semakin menghasilkan banyak original song hingga mendapatkan wujud 3D untuk tampil di atas panggung live sebagai idol. Sejauh ini yang baru memiliki original di Hololive ID adalah Moona Hoshinova dengan “Ai no Chiisana Uta” dan Pavolia Reine dengan lagu temanya, “Gate Open: START!”.
Dengan semakin berkembangnya para Vtuber atau virtual singer/virtual idol di Indonesia, membuktikan bahwa pasar musik kita juga terbuka dengan konsep musisi virtual.
Musisi virtual modern memang belum menaklukan Grammy atau masuk dalam Billboard, namun jelas memiliki kepopuleran tinggi di ekosistem yang baru, yaitu ekosistem dunia maya. Dengan berbagai konsep persona penyanyi yang lebih imaginatif, serta menawarkan pengalaman baru dalam menikmati musik.