Connect with us
Natalie Imbruglia Firebird
Photo via thelineofbestfit.com

Music

Natalie Imbruglia: Firebird Album Review

Kembalinya Natalie Imbruglia yang tidak berkesan lebih dari sekadar nostalgia.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Setelah 12 tahun tidak memiliki material baru dalam rilisannya, penyanyi berdarah Australia-Inggris ini kembali dengan album baru. ‘Firebird’ merupakan album keenam Natalie Imbruglia dan rilisan pertamanya bersama label BMG Right Management.

Meluncur pada 24 September kemarin, ‘Firebird’ cukup diantisipasi oleh pendengar musik. Tidak saja para penggemar Imbruglia yang sudah menanti-nanti rilisan baru sejak ‘Male’ di tahun 2015. Namun juga para pendengar musik yang mungkin masih mendengarkan sederet hits sang penyanyi dari album ‘Come To Life’ yang meluncur di tahun 2009; atau ‘Left of The Middle’ yang dirilis pada 1997.

Cukup lama untuk Imbruglia berada di fase dry spell. Dimana belum ada rilisannya, selama satu dekade terakhir, yang menyamai sederet hits dari album terdahulu. Baik itu dari segi komersial maupun musikalitas. ‘Firebird’ sepertinya tidak akan jauh berbeda.

Mendengar tentang Imbruglia memang mau tak mau akan teringat pada mega hits-nya, “Torn.” Musik akustik pop dari akhir tahun 90an ini masih menjadi hits terbesar, dan mungkin terbaik dari Imbruglia. Lirik bittersweet sekaligus menguatkan, dengan vokal ringan diiringi permainan instrumen yang tidak kalah gampang dicerna. Perpaduan maut untuk sebuah hits di tahun ini.

Imbruglia rupanya berusaha menerapkan resep yang sama untuk track pembuka sekaligus single dari album ini. “Build It Better” memiliki struktur vokal dan instrumen nyaris mirip dengan “Torn.” Imbruglia bahkan juga memberikan kesan bittersweet yang sama.

Di atas itu semua, penggunaan key pada verse dan chorus menegaskan niatan untuk mengulang kembali masa-masa kejayaan “Torn.” Namun sayang, zaman berganti dan selera pendengar musik sudah berubah. Ketimbang membuat pendengar ingin mengulang-ulang memutar lagu yang sama seperti “Torn” dulu, “Build It Better” hanya sekedar lewat.

Tidak ada yang spesial ketika sudah banyak musisi dan penyanyi lain mengadopsi irama akustik pop sama.

“Nothing Missing” terdengar layaknya lagu yang akan dirilis Imbruglia setelah kesuksesan album ‘Come To Life.’ Ritme bahkan vokalisasi Imbruglia menjadikan lagu ini terdengar ketinggalan jaman. Ya, bukannya terdengar mengajak pendengar bernostalgia, “Nothing Missing” justru seakan dirilis di era dan tahun yang salah.

Dari dua track pertama ini saja, Imbruglia seakan hendak membawa ‘Firebird’ sebagai album nostalgia. Sebuah album yang bisa saja menjadi hits bila dirilis mengikuti kesuksesan ‘Left to The Middle’ atau ‘Come To Life.’ Permainan piano, instrumen string, dan irama serta vokalisasi Imbruglia mengingatkan pada album-album pop yang dirilis di akhir tahun 90an.

“What If Feels Like” kembali menegaskan kesan ini. Walau track ini terdengar seperti lagu pop yang akan dirilis oleh Katy Perry atau Ellie Goulding di era kejayaannya. Bergeser dari irama pop di ketiga track sebelumnya, Imbruglia membawa melodi country melalui string-pedal gitar di “On My Way.” Sentuhan contemporary sedikit memberikan angin segar untuk album ini.

‘Firebird’ mulai kehilangan arah ketika track berikutnya, “Maybe It’s Great” terdengar seperti lagu dari Footloose. Musik dari era tahun 80an bertempo cepat dengan backbeat sedikit mengejutkan untuk hadir di album yang (seharusnya) bergenre pop. Namun kejutan tidak berakhir di situ. Chirpy beat dari tahun 80an bukan satu-satunya yang dihadirkan Imbruglia.

Untuk track berikutnya, “Just Like Old Times” terdapat permainan instrumen perkusi bernada jazz. Sedangkan musik waltz disisipkan dalam “Dive to The Deep.” “River” juga mengusung irama musik eksotis yang pernah singgah di era tahun 80an.

Hadirnya beragam genre berbeda ini cukup membuat ‘Firebird’ kehilangan arah. Perpaduan genre jazz, waltz, pop 80an, akustik pop, hingga pop tahun 90an bukannya membuat ‘Firebird’ terdengar eksperimental. Justru Imbruglia seakan tidak tahu harus membawa kemana suara dan musik dalam album ini.

Selain itu, percampuran berbagai genre inipun sudah menjadi “paten” bagi musisi pop untuk menjadikan album mereka agar bisa dinikmati seluruh kalangan. Layaknya buffet yang menyajikan sedikit genre-genre berbeda bagi semua orang. Tanpa memperdulikan tentang identitas maupun karakter suara asli dari rilisan tersebut sendiri.

Untungnya, ‘Firebird’ tidak selalu tentang lagu-lagu bernada lawas yang mengecewakan. “When You Love Too Much” menjadi lagu balada manis yang mau tak mau membuat pendengarnya tersenyum penuh cinta. Lagu ini mengingatkan kepada Christina Perri dengan mega hitsnya, “A Thousand Years.” Sedangkan melodi yang digunakan memberi kesan mirip dengan “Landslide” dari Fleetwood Mac.

Permainan gitar berirama bossa nova di “Not Sorry” juga layak menjadi highlight di album ini. Paruh pertama yang terdengar begitu mellow disambut dengan hentakan irama bossa nova enerjik di bagian akhir. Perpaduan manis yang semakin sempurna dengan warna suara khas Imbruglia.

“River” dengan musik dan nada eksotisnya juga cukup membuat pendengar ingin menekan tombol replay. Bahkan bila dibandingkan dengan track-track lain, “River” menjadi upaya tersukses Imbruglia untuk memadukan berbagai genre berbeda. Terutama dengan instrumen gitar yang diberikan efek echo dan chorus berulang-ulang.

Selain track yang menjadi highlight tersebut, ‘Firebird’ menjadi album selewat sambil lalu. Pendengar tetap akan mendapatkan kesan nostalgia dengan suara dan vokal Imbruglia. Ditambah beberapa lagu “lawas” yang terdengar seakan dirilis di tahun 90an. Selain itu, track demi track di ‘Firebird’ tidak akan cukup untuk membuat pendengar ingin memutar kembali album ini dari awal.

Sudah 25 tahun berkarir di dunia musik, memang cukup aneh untuk Imbruglia merilis album yang sama sekali tidak terdengar personal. Album yang sebagian besar track di dalamnya ia co-wrote bersama produser dan penulis lagu ternama ini justru seolah dirilis untuk tujuan komersial saja. Album korporasi yang tujuannya untuk menjaring pendengar-pendengar secara umum. Tidak ada sentuhan personal maupun identitas musikalitas sang penyanyi di dalamnya.

Mengingat ‘Firebird’ merupakan rilisan pertama Imbruglia dengan materi baru selama 12 tahun, semoga saja album ini hanya sebagai batu loncatan sebelum perilisan karya-karya lebih baik berikutnya. Bagaimanapun pendengar masih menanti musikalitas orisinil Imbruglia layaknya satu dekade lalu.

Green Day: Saviors Album Review

Music

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Music

Zara Larsson: Venus Zara Larsson: Venus

Zara Larsson: Venus Album Review

Music

Connect