Connect with us
Moment at Eighteen Review

TV

Moment at Eighteen Review

Apakah benar masa-masa paling indah adalah saat SMA?

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Banyak orang mengatakan masa paling indah adalah masa SMA. Orang-orang memiliki kenangan mengenai cinta monyet, persahabatan, keseruan saat membangkang, hingga darmawisata. Banyak sekali kenangan tak terlupakan ketika kita masih remaja. Tetapi, apakah semua orang merasakan hal yang sama? Tidak juga. Ada yang dituntut orangtuanya untuk selalu mendapat nilai sempurna. Ada pula yang tak bisa bergaul dan disalahpahami orang lain.

Keadaan yang terakhir adalah gambaran tepat dari hidup Choi Joon Woo. Ia tidak punya teman, orangtua sibuk bekerja sehingga ia tinggal sendirian. Ia dipaksa pindah oleh sekolahnya yang lama karena dituduh mencuri. Di sekolah baru ia difitnah untuk hal yang sama di hari kedua sekolah. Kepala sekolah menekan ibunya secara halus agar memindahkan Choi Joon Woo. Padahal ia sedang berusaha beradaptasi. Choi Joon Woo juga baru mendapatkan pekerjaan paruh waktunya sebagai kasir minimarket.

Seluruh kesialan dalam hidup Choi Joon Woo ditambah sifatnya yang tertutup justru membuat Yoo Soo Bin penasaran. Ia tak percaya Choi Joon Woo mencuri atau melakukan kenakalan remaja lainnya. Meski Choi Joon Woo susah untuk didekati, Yoo Soo Bin tak patah arang. Sebenarnya rasa penasaran Yoo Soo Bin berasalan. Ia menganggap Choi Joon Woo adalah hal baru dalam hidupnya. Selama ini Yoo Soo Bin menjalani hidup yang terasa monoton karena sang ibu yang menekan agar ia mendapat nilai terbaik di sekolah.

Kondisi tertekan yang serupa dialami oleh Ma Wi Young. Cintanya pada Yoo Soo Bin bertepuk sebelah tangan. Ia juga seringkali merasa cemas dan membuat sakit kulitnya kambuh. Ma Wi Young sering dibandingkan dengan kakaknya yang mendapat nilai terbaik di kampus. Ibunya merasa bahwa dengan memberikan fasilitas terbaik, Ma Wi Young akan bahagia dan mendapat nilai bagus. Padahal standar yang ia tetapkan justru membuat Ma Wi Young stres. Di sekolah, Ma Wi Young juga tertekan ketika ada anak lain mendapat pujian dari guru. Ia bermuka dua dan hanya bersikap baik agar orang-orang menilainya seperti itu.

Moment At Eighteen menjadi gambaran yang baik mengenai sistem pendidikan di Korea. Tak hanya membuat banyak murid tertekan karena berlomba-lomba mendapatkan titel terbaik, para orangtua pun jadi ikut merasa harus mendorong anaknya. Apalagi di sekolah yang diperuntukkan untuk keluarga kaya. Para orangtua ini merasa mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya dan sudah sepantasnya seluruh privilege ini memudahkan mereka mendapat nilai tertinggi. Padahal hidup tak hanya digunakan untuk mengejar ranking di kelas. Anak-anak ini membutuhkan orangtua mereka untuk bertumbuh dengan bahagia.

Di sini juga diperlihatkan kelas sosial yang mencolok. Choi Joon Woo bukanlah orang kaya. Seragam yang ia pakai adalah seragam bekas. Ia tak seperti Yoo Soo Bin atau Ma Wi Young yang tinggal di rumah nyaman, naik mobil pribadi, dan ikut kursus dengan guru mahal. Apalagi ditambah para guru yang bersikap tak memihak membuat hidup Choi Joon Woo semakin sulit. Sebenarnya ini juga bagian dari realita. Bukankan sudah biasa kita melihat guru yang hanya menyukai anak pintar atau anak kaya? Anak yang biasa-biasa saja dan dianggap tak memiliki kelebihan tersisihkan.

Meski alurnya sedikit lambat ditambah ekspresi Choi Joon Woo yang datar, drama ini menarik dinikmati. Kita dibuat sadar agar tidak menilai orang dari luarnya. Anak yang terlihat diam atau pasif bukan berarti murid yang buruk. Orangtua dan guru memiliki tanggung jawab untuk mengeluarkan potensi anak itu dan tidak membiarkan hidupnya disia-siakan. Kekurangan terbesar dari drama ini adalah stereotip yang ia tampilkan. Mengapa hubungan antara anak dan orangtua hanya digambarkan antara si anak dengan ibunya? Apakah ayahnya tak ada yang peduli dengan prestasi sekolah sang anak?

https://www.youtube.com/watch?v=HJnDtpfVYik

Drama ini tayang dalam 16 episode di JTBC. Nampaknya ratingnya akan baik karena aktor utamanya adalah Ong Seong Wu, mantan anggota boy group Wanna One yang meraih popularitas dengan cepat. Ia adalah jebolan ajang survival Produce 101 Season 2. Ada pula Kim Hyang Gi, mantan aktris cilik yang karirnya terus meroket meski usianya baru 18 tahun. Salah satu perannya yang terkenal adalah dalam film Along With The Gods.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

Arcane Season 2 Arcane Season 2

Arcane Season 2 Review: Animasi Menawan yang Terlalu Cepat Berakhir

TV

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect