Telah banyak film drama coming of age dengan tema musik yang populer. Mulai dari “School of Rock” (2003), “Almost Famous” (2000), hingga “Sing Street” (2016). Selain menyuguhkan drama pergulatan masa puber remaja, ada materi musik yang menambah unsur hiburan.
“Metal Lords” (2022) merupakan film terbaru di Netflix yang memberikan ekspektasi serupa melalui trailer promosinya. Film ini disutradarai oleh Peter Sollett dengan naskah yang ditulis oleh D.B. Weiss (Game of Thrones).
Hunter (Adrian Greensmith) adalah sahabat Kevin (Jaeden Martell) yang terobsesi dengan musik Metal. Bersama-sama mereka mempersiapkan diri untuk membuktikan diri dalam kompetisi sekolah, Battle of the Band. Satu masalah yang mereka hadapi; mereka membutuhkan seorang bassist. “Metal Lords” juga mengangkat kisah coming of age dengan problematika persahabatan dan cinta pertama yang rumit.
Hunter dengan Pandangan Metal yang Salah
Hunter menjadi karakter yang paling mencolok dalam skenario ini, meski sebetulnya Kevin ‘lah protagonisnya. Hunter memiliki talenta bermain gitar listrik yang cadas, Ia juga menyembah band-band metal, dan percaya metal adalah jalan. Sayangnya, Ia salah jalan dalam stigma akan musik metal yang konservatif dan sempit.
Cukup mengejutkan untuk seorang remaja masa kini yang seharusnya lebih open minded. Selama ini metal sendiri memiliki stigma buruk bagi beberapa orang yang tidak memahami genre musik ini. Mulai dari musik yang berbahaya, agresif, menjadi manifestasi dari amarah dan berbagai aksi kekerasan. Dimana hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
Kita juga berharap “Metal Lords” mampu memberikan angle cerita yang murni didedikasikan oleh para penikmat musik metal. Namun kehadiran Hunter bagaikan ‘duta musik metal’ dalam film ini justru menjadi karakter yang paling menyebalkan.
Daripada fokus pada elemen musik, metal dalam skenario tak lebih dari pelarian Hunter dari masa pubernya yang problematik. Mulai dari latar belakangnya dari keluarga broken home, hingga keinginannya untuk mendapatkan pengakuan. Ia juga mengeluarkan terlalu banyak opini menyebalkan dengan mengatasnamakan musik metal.
Bertabur Soundtrack Metal dan Cameo Musisi Legendaris
“Metal Lords” memiliki adegan opening yang sebetulnya cukup memikat. Dimana kita langsung diperdengarkan oleh sesi gitar metal dengan distorsi dari Hunter. Kita juga akan melihat poster-poster band metal legendaris, mulai dari Metallica, Korn, Judas Priest, Pantera, dan masih banyak lagi.
Pada adegan-adegan berikutnya, kita mulai mendengarkan hits metal yang ikonik. Mulai dari ‘War Pig’ Black Sabbath, ‘Painkiller’ Judas Priest, ‘For Whom The Bells Tolls’ Metallica, hingga akhirnya lagu original Skullflower, ‘Machinery of Torment’.
Namun, semua elemen mental tersebut hanya terasa seperti aksesoris dengan presentasi yang kurang berkesan sebagai materi bermakna. Seakan “Metal Lords” berusaha terlalu keras untuk menjadi drama remaja dengan tema musik metal. Belum lagi editing transisi musik latar yang disajikan kurang rapi untuk kita mengapresiasi setiap hits legendaris dari skena musik ini.
“Metal Lords” juga membuktikan bahwa dirinya adalah film metal dengan menghadirkan cameo musisi legendaris yang cukup mengejutkan. Mulai dari Tom Morello, Scott Ian, Rob Halford, dan Kirk Hammett. Mereka bisa mendapat adegan dengan skenario yang lebih relevan menyinggung musik metal, namun hanya berakhir dengan adegan paling sepele yang mudah terlupakan.
Tiga Karakter Utama yang Unik Dalam Skenario Drama yang Pelik
Hunter, Kevin, dan Emily (Isis Hainsworth) sebetulnya merupakan formasi tiga pemeran utama yang menarik. Masing-masing dari mereka memiliki karakteristik unik dan kontras antara satu dengan lainnya. Melihat Emily sebagai bassist dari genre musik klasik dengan double bass menjadi trait yang menarik. Begitu pula dengan Kevin, si culun yang pandai menggebuk drum. Dimana biasanya image drummer band metal cadas dan lebih kekar.
Sayangnya setiap karakter kurang dimaksimalkan dalam skenario yang benar-benar tentang musik. Pada akhirnya, musik metal hanya sebagai simbol fase pemberontakan dan emosi yang tidak stabil pada remaja.
Plot cerita yang dieksekusi juga seakan berlanjut tanpa mempedulikan konflik yang terjadi. Seakan masalah yang terjadi bukan hal besar, kemudian bisa ditoleransi hanya karena atas nama persahabatan. Hunter sebagai troublemaker dalam kisah ini juga sebetulnya bukan sahabat yang terlihat baik pada Kevin. Justru pemeran pendukung yang awalnya tampak anak kaya tukang bully-lah yang baik pada Kevin.
“Metal Lords” adalah film drama dengan tema musik metal yang kurang mantap bagi penikmat musik genre ini. Bagi kita penikmat musik metal sejati, yang ada malah tersinggung dengan pendekatan ‘metal’ yang dieksploitasi melalui karakter seperti Hunter.