Connect with us
Locke
A24

Film

Locke Review: Satu Malam Untuk Selamanya

Tom Hardy jadi aktor tunggal yang harus mengambil keputusan penting demi kelanjutan hidupnya dalam perjalanan ke London.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Di tengah latar sinema dengan presentasi naskah yang kompleks dan plot twist tidak terduga, “Locke” (2013) tampil mencolok dengan konsepnya yang minimalis. Film yang disutradarai oleh Steven Knight di bawah A24 ini berusaha menggali kompleksitas dari plot yang sekilas terlihat sederhana.

Dibintangi oleh oleh Tom Hardy sebagai Ivan Locke, kita akan mengikuti perjalanannya mengendarai mobil sendirian semalaman dari Birmingham ke London, sembari mengambil berbagai keputusan yang akan mengubah hidupnya secara drastis hanya dalam kurun waktu kurang lebih 2 jam.

Dalam ulasan ini, kita akan menghindari pembahasan terlalu detail tentang sinopsis dan alur cerita, karena setiap menit terasa terlalu berharga dan mengandung spoiler yang krusial. Fakta ini justru semakin memikat dari film yang plotnya hanya ‘seorang pria mengendarai mobil semalaman’, apa plot twist besar yang mungkin menanti kita di akhir perjalanan?

“Locke” ingin mengajak kita kembali menikmati sinema tanpa antisipasi akan plot twist maupun peristiwa mengejutkan. Namun horor, kegelisahan, dan ketegangan akan terasa sangat nyata ketika kita memposisikan diri sebagai Ivan Locke, satu-satunya karakter yang hadir dalam adegan sepanjang film.

Locke

“Locke” bukan film thriller kriminal seperti “Taxi Driver” (1976) atau “Drive” (2011) jika ada yang berasumsi demikian. Tidak ada pembunuh bayaran, pengedar narkoba, atau mafia yang sedang meneror Locke. Ini hanya kisah seorang pria yang melakukan kesalahan dalam hidup, kemudian bertekad untuk melurus keadaan sesuai dengan keyakinannya, dan Ivan Locke akan jadi karakater dengan tekad paling kuat yang pernah kita lihat dalam film. Ini adalah tipikal film dengan studi karakter yang menarik. Mulai dari kehidupan percintaan, keluarga, karir, dan masa lalunya, memukau bagaimana sutradara Knight mampu merangkum seluruh hidup Ivan Locke hanya dalam perjalanan selama beberapa jam saja. Dengan begitu, judul titularnya benar-benar menghidupi naskahnya.

Tom Hardy merupakan salah satu aktor yang terkenal dengan citra sebagai pria maskulin, sering kali kasar, tak jarang juga berperan sebagai antagonis. Melihat filmografi populerya mulai dari “Mad Max: Fury Road”, “The Dark Knight Rises”, “Venom”, dan menjadi salah satu mafia dalam “Peaky Blinders”, aktor ini mungkin bukan yang pertama muncul di benak kita ketika membayangkan sosok pria yang perfeksionis, cekatan, dan tenang.

Tom Hardy tak perlu tampil overracting untuk menyakinkan kita bahwa ia sedang dalam situasi tertekan dan dipenuhi rasa frustrasi, serta kegilaan dan paranoia yang menggerogotinya selama perjalanan solonya. Ini jelas menjadi penampilan terbaik dan paling underrated dari Tom Hardy.

Apa lagi yang mampu membuat kita terpikat mengikuti perjalanan Ivan Locke jika tanpa plot twist dan kejutan yang dramatis? Berapa banyak dari kita merasa penasaran dan tertarik dengan drama kehidupan orang lain? Kita mampu menyimak video di YouTube dengan durasi sekitar 50 menit atau membaca thread di X (masih dikenal sebagai Twitter), kemudian membaca komen-komen Netizen selama berjam-jam.

“Locke” memiliki “drama” yang akan membuat kita penasaran dengan nasib Ivan Locke, namun dengan cara yang lebih elit, menantang penontonnya untuk mempelajari karakter Locke dari sikapnya ketika sendirian, caranya menjawab setiap panggilan, dan komentari orang-orang yang ia ajak berkomunikasi di seberang telepon.

Secara keseluruhan, “Locke” merupakan film drama thriller yang maksimal dengan segala konsepnya minimalis. Film-film seperti ini kembali mengingatkan kita bahwa yang terpenting dalam film adalah naskah. Kemudian didukung pula dengan aktor yang bisa diandalkan untuk mempresentasikan perannya. Bahwa cerita bisa menarik sesederhana apapun premisnya, asalkan ada bobot dalam setiap dialog dan narasinya.

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di Indonesia

Entertainment

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect