Connect with us
Lady Chatterley’s Lover

Film

Lady Chatterley’s Lover Review: Remake Period Romance Paling Kontroversial

Banyak adegan panas, namun plot cerita tergolong standard.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Lady Chatterley’s Lover” adalah novel bergenre romance yang ditulis oleh D.H. Lawrence 1928. Meski novel tersebut adalah karya penulis Inggris, novel ini baru masuk Inggris secara terbuka pada 1960 karena sempat di-banned.

“Lady Chatterley’s Lover” sempat menuai kontroversi karena kontennya yang tergolong terlalu vulgar dan dianggap cabul untuk mayoritas masyarakat Inggris pada masanya. Oleh karena itu novel ini lebih diterima di Italia dan Prancis saat rilis perdana.

“Lady Chatterley’s Lover” akhirnya kembali diadaptasi sebagai Netflix Original untuk kesekian kalinya. Sebetulnya novel ini sudah berkali-kali diangkat menjadi film dan serial. Yang terbaru adalah serial pada 2015, tayang di BBC, dibintangi oleh Holliday Grainger dan Richard Madden. Sementara adaptasi film terbaru ini dibintangi oleh Emma Corrin dan Jack O’Connell.

Menjadi versi paling modern dan masuk dalam katalog Netflix, membuat film ini mungkin tidak se-kontroversial pendahulu-pendahulunya. Hanya kontroversial atau benar-benar berkualitas?

Lady Chatterley’s Lover

Period Drama dengan Plot Perselingkuhan yang Standar

Dikisahkan Constance “Connie” Reid adalah perempuan yang menikah dengan Baronet Clifford Chatterley. Membuat Connie mendapatkan nama baru sebagai Lady Chatterley. Belum nama menikah, suaminya harus pergi berperang kemudian pulang dalam keadaan lumpuh, membuat mereka pindah ke countryside dari London, dimana keduanya mencari tujuan hidup baru yang lebih tenang.

Baronet mengajukan permintaan terduga yang mengejutkan Connie, menjadi awal dari kerenggangan di antara keduannya. Hingga akhirnya Connie mendapatkan kehangatan dari penjaga tanah di properti suaminya, Oliver Mellors. Pada akhirnya plot period drama ini memiliki premis dan plot utama yang sebetulnya standar yaitu romantisme perselingkuhan.

Sebetulnya ada beberapa aspek dan latar belakang dari suatu plot yang tidak seklise itu. Terutama mengeksplorasi kepribadian Connie, memahami rasa kesepian dan teriosilasinya. Serta kesepakatan tidak biasanya antara Connie dan suaminya yang mengubah arah pernikahan mereka. Namun, jika mencari definisi cinta sejati, “Lady Chatterley’s Lover” tidak akan memberikan jawaban yang relevan lagi untuk pemahaman cinta di era modern ini.

Lady Chatterley’s Lover

Banyak Adegan Panas, Namun Naskah Biasa Saja

Sajian period drama dalam skena hiburan sebetulnya pada poin ini selalu menghadirkan konten yang sama. Apalagi jika spesifik percintaan period drama. Ada yang mempresentasikan cinta dengan prinsip dan filosofi seperti “Pride & Prejudice” (2005), sementara “Lady Chatterley’s Lover” lebih mengekspos kehangatan dan cinta yang didapatkan dari hubungan fisik. Inilah poin yang membuat kisah Lady Chatterley sempat kontroversial pada masanya. Film ini memuat banyak visual nudity dan adegan panas. Dengan eksekusi yang dibuat seartistik mungkin.

Namun, menjual adegan vulgar di film-film masa kini sepertinya sudah tidak terlalu relevan. Apalagi sebagai sajian Netflix Original. Penikmat film yang benar-benar mencari kualitas cerita juga semakin banyak. Mungkin juga sudah lelah dengan sajian vulgar yang hanya bersifat selingan atau gimmick. Sebetulnya jika ceritanya over the top, aplikasi adegan-adegan tersebut tidak akan terlalu diperbincangkan. Akan tetap film ini plotnya sebetulnya biasa saja.

Sinematografi Dreamy dan Panorama North Wales yang Menawan

Secara produksi, “Lady Chatterley’s Lover” memenuhi standar presentasi period drama. Film ini melakukan proses syuting di sebuah mansion sungguhan di North Wales. Kita akan melihat panorama pedesaan yang asli, kemudian diberi sinematografi dreamy dengan nuansa yang selalu biru melankolis. Emma Corrin sebagai Lady Chatterley juga mendapatkan riasan dan berbagai gaun yang modis dan menawan. Begitu juga desain produksi film ini secara keseluruhan. Sangat artistik dan layar dipresentasikan.

Sebetulnya sama dengan period drama Netflix lainnya seperti “Persuasion” yang juga rilisan 2022. Namun kembali lagi, period drama boleh memiliki desain produksi maksimal, meng-cast bintang papan atas dengan akting berkualitas, namun kalau ceritanya standar jatuhnya bisa menjadi film yang membosankan dan tidak relevan lagi.

Buat yang memang tidak penggemar sajian period drama, film ini bisa di-skip dulu. Namun, buat para penggemar period drama dengan presentasi berkualitas tinggi, serta tidak keberatan dengan plot romance yang begitu-begitu saja, “Lady Chatterley’s Lover” masih termasuk bisa ditonton.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect