Sama seperti layaknya hampir seluruh pekerja kreatif lainnya di seluruh dunia, Kevin Septanto menjaga ketajaman otak kanannya dengan tetap berkreasi di rumah. Kegiatan ini semacam terapi, menjaga mental agar tidak terbawa oleh arus berita buruk yang mewabah di internet.
Baginya perumpamaan new normal, sudah tidak membawa konotasi hal yang baru lagi. Adaptasi sudah terjadi secara kolektif, menurut personil band Elephant Kind ini. Baik adaptasi tersebut mengarah ke hal yang konstruktif atau stagnasi, sudah menjadi bagian dari dunia yang sekarang harus dijalani oleh para pekerja kreatif lainnya.
Tapi, titik terang muncul dalam bentuk inovasi dan perkembangan ide yang selalu muncul walaupun ada banyak keterbatasan dalam berkreasi. Seperti halnya pengalaman virtual yang terus beradaptasi sejak awalnya masa-masa isolasi dan social distancing. Bagi Kevin sendiri, pengalaman-pengalaman ini harus terus berevolusi secara teknis dan konsep agar tetap menarik bagi audiens yang tak kunjung henti membutuhkan hiburan baru.
Perubahan format banyak terjadi menurut pandangannya, dari yang sebatas musisi atau DJ broadcasting secara simpel di depan kamera telah berubah menjadi pengalaman baru yang terus berevolusi dan menantang batasan-batasan inovasi. Ekosistem yang terbentuk ini membudidayakan baik persaingan dan kolaborasi, dimana keduanya mendorong munculnya konsep-konsep pertunjukan yang selalu menyegarkan bagi penonton.
Untuk Kevin yang sudah menjalankan sejumlah virtual show sejak awal masa social distancing, sulit baginya untuk menerima saturasi dari banyaknya output berformat sama. Walaupun di beberapa pengalamannya, ada cerita-cerita menarik dan pengalaman yang bermakna dalam produksi virtual show. Dari tantangan kolaborasi dengan band luar kota yang berbeda genre, hingga energi shooting yang hampir menyamakan perasaan live gig. Baginya virtual gig yang layak sekarang tidak bisa hanya mengandalkan ide dan konsep yang biasa saja.
Banyaknya persaingan dalam ranah ini menjadi lahan perkembangan pada ekosistem musik. Sesuatu yang berasal dari pelepas rindu acara musik live, telah menjadi experience yang baru. Sebuah bagian karya yang membutuhkan eksekusi ide yang sangat out-of-the-box.
Virtual experience yang layak merupakan pertunjukan yang memberikan nilai-nilai alternatif yang tidak bisa didapatkan dalam sebuah live gig biasa. Banyaknya publikasi experience ini untungnya mendorong konsep-konsep baru bagi konsumsi penonton. Yang secara kolektif juga sudah mulai paham terhadap pembentukan kebiasaan baru ini.
Setelah dua tahun virtual show menjadi normalitas baru, Kevin menekankan bahwa kejenuhan pasti ada. Namun di sisi lain, virtual show telah menjadi suatu pengalaman seni sendiri yang tidak bisa disamakan dengan pengalaman nonton gig seperti biasa. Acara musik virtual menjadi pemantik kolaborasi yang sebelumnya tidak mungkin terjadi. Baginya keterbatasan ini menjadi katalis perubahan yang mendorong munculnya format baru yang akan terus menjadi staple bahkan saat acara musik biasa sudah kembali berjalan.
Kevin menyadari kolaborasi justru munculnya dalam periode dimana orang-orang sedang menjaga jarak. Pertumbuhan secara kreatif merupakan sebuah sifat periode social distancing yang sedikit klise, dimana dirinya sendiri juga mencoba-coba hal baru terus dalam keterbatasan yang ada. Menurutnya keterbatasan ini merupakan sebuah trigger yang sehat bagi para pelaku kreatif untuk berpikir lebih jauh lagi. Terutama pada dirinya sendiri.
Rasakan pengalaman virtual yang mendorong batasan-batasan kreasi, dan nikmati karya banyak seniman dan musisi yang seru. Untuk mencari tahu lebih lanjut, klik di sini.