Meneruskan ‘Donda’ yang menjadi fenomena di tahun 2021, Kanye West kembali dengan studio album selanjutnya. ‘Donda 2’ yang diantisipasi menjadi puncak kreativitas dan musikalitas sang rapper akhirnya resmi dirilis pada akhir Februari kemarin dengan cara tidak biasa.
Kanye West bukan musisi, artis, selebritis, ikon fashion, bahkan tokoh publik biasa. Berada di bawah lampu sorot dalam 2 dekade terakhir, publik diajak untuk mengikuti setiap lika dan liku kehidupan seorang Kanye West. Baik dari segi bagaimana ia meramu dan melahirkan album-album, yang beberapa mungkin dipertanyakan kualitasnya, namun tetap berhasil menjadi perbincangan. A centerpiece art.
Bukan hanya dari segi musik, nama Kanye West seakan magnet untuk berbagai lingkup dan bidang lain. Dunia fashion yang digebrak dengan gaya busana dan fashion line gubahannya; lingkup spiritual dan keagamaan yang ia rangkul, dikemas dalam bentuk Sunday Service—yang bahkan melahirkan sebuah album. Sampai sisi politik dan segala kontroversi yang ia ciptakan, terkait, maupun tentang dirinya sendiri dan seluruh keluarganya.
Intinya, dunia hiburan tidak pernah berhenti membicarakan tentang Kanye West.
Musikalitas Kanye West bisa dikatakan mencapai puncak dalam beberapa tahun terakhir. Meski masih sulit membandingkan kualitas sang rapper dengan album serta rilisan di awal debutnya, karya-karya musik Kanye belakangan layak mendapat apresiasi lebih. ‘Donda’ merupakan salah satunya.
‘Donda’, yang diambil dari nama sang Ibu, Donda West menjadi puncak kreativitas dan musikalitas Kanye West dalam beberapa tahun terakhir. West menghadirkan elemen musikalitas terbaiknya, baik itu melalui flow rap, lirik, vibes, komposisi, hingga siapa-siapa saja yang digandeng untuk menjadi feature. Belum lagi kualitas produksi dan aransemen yang menjadikan album ini layak menjadi satu diantara rilisan terbaik West. Sayangnya, kualitas yang sama tidak ditunjukan dalam ‘Donda 2’.
Album ini meluncur ketika West sedang melewati turbulensi di kehidupan pribadinya. Perceraian dengan sang istri yang sekaligus selebritis ternama Kim Kardashian hingga bagaimana ia harus kehilangan keluarga dan anak-anak.
Di sisi lain, penggemar sempat menaruh harapan momen ‘patah hati’ West ini akan menjadi puncak lain dari musikalitas sang musisi. Mengingat rilisan-rilisan terbaik West sebelumnya, sebut saja ‘808 and Heartbreaks’, digubah ketika ia sedang patah hati. Namun lagi-lagi, kecewa.
‘Donda 2’ memang berisi luapan emosi, perasaan, kekecewaan, kemarahan kepada diri sendiri dan orang lain, sampai keinginan untuk menghajar orang tersebut. Kanye West membeberkan segala aspek dan pandangan personal mengenai perceraian dengan Kardashian. Hingga bagaimana ia ingin memukuli pacar baru dari sang mantan istri.
Tema tersebut memang seharusnya akan menjadi materi menarik, bahkan mungkin sempurna, untuk sebuah album rap. Bila saja West meramu ‘Donda 2’ dengan lebih baik.
Ramuan yang tidak sempurna, track tumpang tindih, dan para featuring artist (Future, XXXTentacion, Soulja Boy, dan Jack Harlow) sekedar sambil lalu. Kekecewaan lain mengingat featuring artist di ‘Donda’ sebelumnya tidak saja berhasil mengambil porsi besar dalam track. Namun juga meroketkan popularitas serta nama mereka. Seperti Desiigner yang menunjukan potensi terbaiknya di “Pablo”, dan Fivio Foreigner yang sempat menjadi The Next Hot Shot setelah menjadi featuring di album West.
‘Donda 2’ seolah hanya membawa nama-nama featuring di dalamnya sebagai penghiasan. Hiasan, yang malangnya, tidak banyak dilirik.
“True Love” yang menjadi track pembuka sudah mengecewakan. Lagu ini seakan hanya numpang lewat. Track yang bisa di-skip tanpa pendengar akan kehilangan satu momen penting. Aransemen setengah hati juga membuat track ini seperti sebuah demo yang belum rampung.
West memaksimalkan penggunaan auto-tune untuk track akapela “Get Lost”. Sekali lagi, track ini juga masih terdengar seperti demo dengan banyak bagian berpotensi menjadi hit single. Walau vokal West diaransemen sedemikian rupa dengan auto-tune hingga terdengar nyaris robotik, “Get Lost” memiliki charm-nya tersendiri.
Untuk track ini, West seakan berniat untuk mereplika vibes ‘808 and Heartbreaks.’ Walau sayangnya, kurang sempurna.
Vibe dari ‘808 and Heartbreaks’ juga dihadirkan dalam “Too Easy.” Bila tidak melihat lirik dan juga flow West yang berubah sekian tahun terakhir, mudah rasanya membayangkan kedua track ini menjadi demo untuk album rilisan 2008 tersebut.
“Flowers” menjadi track lain yang memiliki potensi. Di lagu ini West menyinggung banyak hal tentang sang mantan istri, dengan beberapa bagian mengenai Julia Fox. Lagu ini juga mereferensikan tentang hadiah Valentin yang ia berikan kepada Kardashian, dan hadiah ulang tahun untuk Fox.
Lirik “Flowers” menjadi semakin menarik karena West mencoba untuk mengklaim popularitas Kardashian. Lagu ini seakan mengingatkan bahwa inilah Kanye West, dan inilah sisi personal sang musisi yang kerap ia gunakan dalam rilisan-rilisan musiknya; kontroversial dan menantang.
“No you can’t be on my mama album” menjadi lirik pembuka untuk track selanjutnya, “Security.” Lagu ini membawa pendengar kembali ke momen menggemparkan ketika sekuriti Pete Davidson (yang merupakan kekasih baru Kardashian) menghalangi West untuk bertemu anak-anaknya. Seperti diduga, lagu ini penuh kemarahan. Buncahan emosi yang diluapkan West dalam flow dan juga lirik. “Nеver stand between a man and his kids / Y’all ain’t got enough security for this.”
Sekali lagi dan lagi, “Security” memiliki potensi. Andai saja West meramu drum roll yang menjadi satu-satunya relevance beat dengan lebih baik, lebih menarik, maka lagu ini akan terdengar jauh lebih berkualitas. Sebaliknya “Security” justru terdengar seperti West membacakan ancaman, yang memang terdengar menarik awalnya namun hanya berakhir membosankan.
“Louie Bag” memiliki masalah sama. Aransemen dan post produksi setengah hati menjadikan lagu tentang Virgil Aboh ini kehilangan momen-momen menyentuh. Bahkan saat West merapalkan lirik “I stopped buying Louis bags after Virgil passed” di verse tidak sanggup “menjual” lagu ini.
“Louie Bag” sebenarnya akan menjadi lagu apik. Bila saja tidak terdengar seperti demo dengan West yang hanya menggumamkan lirik demi lirik, flow demi flow setengah hati. Satu lagi lagu yang seharusnya mendapatkan sentuhan lebih sebelum resmi dirilis.
Kehadiran Future di “Happy” juga tidak menolong menaikan kualitas track maupun album ini. Sang rapper ternama memberikan sumbangsih di intro, disusul dengan verse West yang mengulang-ulang lirik sama: “Do I look happy to you?”.
Semua lagu mengenai Kardashian di ‘Donda 2’ sepertinya berakhir dengan membuat pendengar tidak nyaman. Sisi personal yang seakan memaksa pendengar untuk mengintip sudut tergelap dari Kanye West. Hal ini tidak menunjukan kerapuhan, justru membuat pendengar berharap West tidak membagikan terlalu banyak sisi personalnya. “Sci-Fi” menjadi contoh nyata.
Track, yang menggunakan komposisi orkestra apik ini, dibuka dengan monolog Kardashian di SNL pada tahun 2021 lalu. Sample ini menyertakan bagaimana sang selebritis membanggakan Kanye West, dengan mengatakan bahwa ia “the best rapper of all time” dan “the richest Black man in America.” West lantas memotong bagian monolog tersebut sebelum Kardashian menambahkan “So when I divorced him, you have to know it came down to just one thing: his personality.”
Kredit untuk West, lirik di “Sci-Fi” memang menarasikan bagaimana perceraian mereka karena kepribadiannya; sepenuhnya kesalahannya. Hanya saja sample dari monolog sang mantan istri justru membuyarkan vibe dan musikalitas apik yang dibagun melalui instrumen orkestra untuk lagu ini.
“Selfish” menjadi lanjutan untuk “Sci–Fi,” dimana kali ini West menuturkan sudut pandangnya mengenai perceraian ini dengan irama balada apik di latar belakang. Kedua track ini memberikan poin lebih untuk ‘Donda 2,’ bagaimanapun tidak nyamannya.
“City of Gods” merupakan New York City anthem. Lagu ini menghadirkan Alicia Keys dan Fivio Foreign, yang masing-masing memberikan kesan lebih ketimbang West. Beat, lirik, hingga vibe untuk “City of Gods” sedikit banyak mengingatkan kepada “Empire State of Mind” dari Jay-Z. Satu lagi track apik di ‘Donda 2’.
Menarik memang dimana sebagian track apik dari album ini dibawakan oleh penyanyi lain tanpa sumbangsih berarti dari West. “Lord Lift Me Up” memadukan instrumen string dari orkestra dengan vokal penyanyi R&B, Vory. Vory menjadi satu-satunya pengisi vokal di track terbaik ‘Donda 2’ ini.
‘Donda 2’ ditutup dengan track apik lain, “Eazy.” West akhirnya menunjukan bagaimana jadinya bila ia tidak setengah hati menggarap aransemen dan produksi. Walau dalam liriknya ia masih menyinggung Davidson, melalui verse “God saved me from that crash, just so I can beat Pete Davidson’s ass” yang lebih terdengar sebagai trolling daripada ancaman.
Secara keseluruhan, ‘Donda2’ mengecewakan. Album yang tidak dirilis melalui kanal streaming konvensional namun di Stem Player (dengan harga $200) ini seakan belum rampung. Hanya demo-demo lagu yang dijejalkan West didetik–detik terakhir sebelum tanggal perilisan resmi.
Di sisi lain, konsep demo-track dan pemilihan perilisan di Stem Player ini mungkin inovatif. Mengingat judul album ini di Stem Player sesungguhnya ‘V2.22.22 Miami’, seakan sebuah versi yang belum rampung. Keputusan West untuk merilis di Stem Player juga memungkinkan untuknya meng-update masing-masing lagu, menjadikan rilisan ini seperti versi yang tidak kunjung usai. Terus berubah dan berkembang.
Mungkinkah ‘Donda 2’ akan menjadi album inovatif dan akan menciptakan tren baru? Atau hanya album membosankan yang tidak layak menjadi penerus ‘Donda’? Kita tunggu saja.