Connect with us
Heretic Review
Cr. A24

Film

Heretic Review: Filsafat, Budaya Populer, Agama, Keyakinan dan Fanatisme

Pengalaman horor yang menantang dan provokatif.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

‘Heretic’ merupakan film horor baru dari A24, disutradarai dan ditulis oleh Scott Beck dan Bryan Woods, duo di balik film populer ‘A Quiet Place’. Film ini memadukan horor teologis dengan elemen thriller psikologis dalam sebuah narasi yang menguji keyakinan dan ketakutan manusia.

Film ini dibintangi Hugh Grant sebagai Mr. Reed, seorang pria misterius dengan minat besar pada debat keagamaan, dan Sophie Thatcher serta Chloe East sebagai Sister Barnes dan Sister Paxton, dua misionaris muda yang terjebak dalam permainan mematikan di rumah Reed.

Cerita dimulai dengan dua misionaris Mormon, Barnes dan Paxton, yang mengetuk pintu rumah Mr. Reed dengan harapan mengubah keyakinannya. Namun, mereka segera menyadari bahwa niat Reed jauh dari ramah. Film ini berubah menjadi drama yang intens, berisi perdebatan filosofis yang berubah menjadi permainan psikologis kejam ketika para suster menyadari bahwa pintu keluar telah terkunci dan harapan untuk selamat semakin menipis.

Narasi ‘Heretic’ menonjolkan elemen dialog dan pertanyaan seputar keyakinan versus skeptisisme, membawa penonton pada perjalanan intelektual yang menegangkan. Ketegangan terbangun perlahan melalui percakapan cerdas dan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang dilemparkan oleh Reed.

Film ini berhasil menggali tema mendalam tentang kepercayaan dan ketakutan, meskipun beberapa kritikus mencatat bahwa klimaksnya agak berlebihan dan mungkin sedikit terlalu sensasional.

Hugh Grant memberikan performa yang luar biasa sebagai Mr. Reed, memanfaatkan pesona khasnya untuk menciptakan karakter yang pada awalnya ramah, tetapi perlahan berubah menjadi sosok yang mengancam dan manipulatif. Perannya mengingatkan pada tokoh-tokoh jahat klasik seperti Vincent Price, dengan kombinasi humor dan kebengisan yang membuat penonton terpesona dan merinding.

Sophie Thatcher dan Chloe East menampilkan performa yang kuat sebagai Barnes dan Paxton, membawa nuansa autentik ke dalam karakter mereka yang religius. Thatcher menghidupkan karakter Barnes yang cerdas dan tangguh, sementara East dengan apik menggambarkan kepolosan Paxton yang secara bertahap diruntuhkan oleh situasi yang semakin mencekam.

Heretic Review

Kekuatan film ini juga terletak pada visualnya, berkat kehadiran sinematografer Chung-hoon Chung, yang sebelumnya dikenal melalui karya-karya seperti ‘The Handmaiden’ dan ‘Oldboy’. Dengan pengaturan ruang yang terbatas, Chung mampu menciptakan atmosfer penuh ancaman melalui permainan cahaya redup, sudut kamera dramatis, dan ruang sempit yang menambah rasa klaustrofobia. Visual yang kuat ini berhasil membangun ketegangan yang konsisten sepanjang film.

‘Heretic’ menyuguhkan eksplorasi mendalam tentang dualitas iman dan skeptisisme. Reed, dengan kecerdasannya, mempertanyakan dasar keyakinan yang dipegang teguh oleh Paxton dan Barnes, memaksa mereka menghadapi pertanyaan filosofis tentang alasan sebenarnya di balik keyakinan mereka. Film ini bukan hanya tentang horor fisik, tetapi juga serangan terhadap kepercayaan dan ketakutan manusia akan ketiadaan makna.

Secara keseluruhan, Heretic adalah pengalaman horor yang menantang dan provokatif, dengan narasi yang didukung oleh akting memukau dan visual yang mengesankan. Meskipun mungkin terlalu berat pada dialog di beberapa bagian, film ini memberikan pengalaman yang mendalam bagi penonton yang menyukai horor psikologis dengan elemen intelektual.

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di Indonesia

Entertainment

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect