Connect with us
Hellbound Review
Netflix

TV

Hellbound Review: Terbentuknya Distopia dari Teror Neraka di Bumi

Premis menarik namun perkembangan cerita terasa prematur.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Hellbound” merupakan serial drama Korea yang kini sedang bertengger di Top 10 Netflix Indonesia. Diadaptasi dari komik Webtoon bertajuk serupa oleh Yeon Sang-ho, kita kembali disuguhi serial bergenre thriller.

Bercerita tentang sebuah fenomena supranatural misterius, dimana seseorang menerima ‘titah’ dari sosok yang dipercayai malaikat, tentang kapan mereka akan mati dan telah terikat oleh neraka. Fenomena yang menghantam setiap penduduk Korea tersebut akhirnya menciptakan sebuah peradaban baru. Dengan kemunculan organisasi agama yang mengambil keuntungan, kelompok anarkis, hingga penegak hukum rahasia yang berusaha mengembalikan kembali tatanan dunia.

Hanya dieksekusi dalam 6 episode siap tonton, “Hellbound” bisa menjadi tontonan yang cepat, seharusnya dikategorikan dalam limited series. Ulasan kali ini tidak akan terlalu banyak membandingkan dengan sumber materialnya (komik).

Hellbound Review

Kekuatan Intepretasi Kepercayaan dan Media Sosial

“Hellbound” memiliki premis dan konsep cerita yang sangat menarik sebagai drama supernatural thriller. Seperti yang telah disebutkan dalam sinopsis, ada banyak organisasi dan kelompok baru yang lahir dari fenomena teror neraka yang menjadi subjek utama cerita.

Kita bisa melihat bahwa penulis naskah hendak membentuk sebuah peradaban baru, dimana seorang ‘pendosa’ mendapatkan hukuman dari ‘tuhan’. Menimbulkan berbagai interpretasi baru, hingga mengekspos kegagalan institusi negara dalam menegakan hukum. Akhirnya timbul kekacauan, tindakan main hakim sendiri melalui media sosial, menuju era dystopia yang dikuasai oleh organisasi agama baru, The New Truth, dan kelompok anarki bernama The Arrowhead.

Terdengar sangat menarik, bukan? Sayangnya serial “Hellbound” tidak mampu menyajikan cerita sesuai dengan ekspektasi yang muncul dari sinopsisnya. Entah karena penulis naskah telah memangkas dari materi sumbernya, atau ada aspek lain, mungkin keterbatasan slot episode. “Hellbound” mempresentasikan sebuah revolusi kepercayaan dalam sebuah negara, dimana hal tersebut bisa menjadi materi fiksi yang dapat meyakinkan penonton.

Hellbound Netflix

Kita sudah cukup banyak menyaksikan genre sekte dan dystopia pada titik ini, membuat ide “Hellbound” seharusnya mudah dicerna dan meyakinkan penontonnya. Belum lagi fenomena organisasi dengan atas nama agama juga menjadi salah satu isu relevan di masyarakat Korea Selatan beberapa tahun belakangan ini. Namun sebuah revolusi kepercayaan tidak bisa terjadi dalam waktu semalam saja, apalagi di peradaban modern dengan angkatan militer, kepolisian, hingga pemerintahan negara.

Eksekusi Plot Terlalu Cepat, Latar Belakang Organisasi jadi Prematur

Salah satu kesalahan dari eksekusi naskah “Hellbound” adalah plot yang kelewatan cepatnya. Akhirnya menciptakan banyak kejanggalan yang tidak bisa diterima oleh penonton. Sebuah serial bergenre fantasi atau supranatural pun harus memiliki hukum ceritanya sendiri. Tidak bisa memunculkan fenomena misterius yang langsung mengubah peradaban modern dalam waktu semalam.

Bagaimana bisa sekelompok remaja anarkis bebas merundung orang-orang tanpa konsekuensi hukum? Bahkan menyerang kantor polisi sesuka mereka, dimana Menteri Pertahanan mereka? Fenomena yang terjadi dalam “Hellbound” harusnya menjadi kekacauan berskala darurat nasional. Belum lagi media-media yang melanggar kode etik jurnalistik. Masalahnya, serial ini memiliki latar di negara nyata, bukan negara fantasi dengan budaya dan sifat penduduknya yang tidak kita pahami.

Hellbound Review

Plot yang sangat cepat juga memengaruhi latar belakang setiap organisasi dan kelompok yang terlibat. Sebetulnya seberapa besar The New Truth telah menguasai Korea Selatan? Karena kita juga akan melihat beberapa karakter yang masih tampak skeptis. Setelah episode 3 pula, tiba-tiba pihak kepolisian langsung menghilang dari cerita. Padahal pada tiga episode pertama masih menunjukan keterlibatan yang memang seharusnya ada.

Menimbulkan Terlalu Banyak Pertanyaan hingga Cliffhanger yang Tidak Memikat

Motivasi yang paling mencolok ingin digarisbawahi dalam “Hellbound” adalah kengerian dan kekacauan yang bisa muncul jika terjadi sebuah kesalahan interpretasi kepercayaan dalam skala besar. Sebelumnya Netflix juga telah merilis serial dengan topik serupa, “Midnight Mass”, menjadi contoh eksekusi yang sangat sempurna.

Sebaliknya, “Hellbound” merupakan serial prematur yang menimbulkan banyak plot hole dan pertanyaan. Adapun pertanyaan krusial yang tidak bisa dijawab oleh serial ini; lantas apa yang menjadi definisi dari dosa? Jika ‘titah’ hanya diturunkan pada seorang ‘pendosa’, mengapa para anarkis The Arrowhead tidak mendapatkan hukuman yang sepantasnya?

Penonton akan terus disiksa dengan kematian-kematian dari orang yang ‘tidak berdosa’, karena kita juga tidak diberi tahu apa dosa mereka. Bagaimana diperlihatkan seorang pembunuh sadis harus dimanipulasi kematiannya, sementara seorang ayah yang sekadar punya hutang judi harus dikenai ‘titah’.

Pada episode terakhir, “Hellbound” menyuguhkan cliffhanger yang semakin membuat kita bertanya-tanya apa sebetulnya pesan yang hendak disampaikan oleh serial ini. Pada titik ini, kita sudah malas menunggu kelanjutan dan jawaban atas pertanyaan kita yang terlalu menumpuk.

Kalau soal akting dan efek CGI yang ditampilkan, “Hellbound” tidak memiliki banyak masalah. K-drama secara umum sendiri telah memiliki standar akting yang tidak perlu dikritisi lagi. Namun secara keseluruhan,”Hellbound” bukan salah satu serial yang memiliki premis menarik, namun eksekusi plot yang tidak maksimal.

Hazbin Hotel Hazbin Hotel

Hazbin Hotel Review: Balada Hotel di Neraka

TV

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Damsel Damsel

Damsel Review: Aksi Menegangkan Millie Bobby Brown Melawan Naga

Film

House of Ninjas House of Ninjas

House of Ninjas Review: Laga Ninja Berlatar Thriller Spionase Modern

TV

Connect