Dalam sebuah keluarga, peran ayah kerap menjadi panutan bagi anak-anaknya, terutama bagi anak sulung yang menghabiskan waktu lebih lama dengan orangtua dibanding pada adik-adiknya.
Akan tetapi, ayah yang tampak sempurna bisa jadi mendorong anak sulung untuk terobsesi melampauinya, memberikan potensi besar untuk menimbulkan dampak lain tak hanya pada diri sendiri namun juga pada orang-orang terdekatnya. Secara singkat, hal ini yang ingin disorot pada ‘Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti’ yang dapat ditonton secara eksklusif di Netflix.
‘Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti’ merupakan film drama dari Visinema Pictures yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko sekaligus menjadi film terbaru dalam semesta ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’.
Membawa Jourdy Pranata dan Yunita Siregar sebagai peran utama serta membawa Rio Dewanto dan Agla Artalidia yang sudah lebih hadir lebih dulu, film ini berkisah tentang Narendra yang menyambangi Angkasa di Bali atas permintaan Ajeng. Mengetahui bahwa Angkasa sedang memiliki masalah dengan Lika, Narendra harus turun tangan membantu sang anak sulung sembari mengenang kisah-kasihnya bersama Ajeng lengkap dengan lika-liku yang mereka hadapi di masa lalu.
Layaknya teknik penceritaan yang diusung sejak ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’ pada 2020 lalu, ‘Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti’ kembali membawa cerita yang dikemas dalam alur maju-mundur dengan pusat plot dari sisi Narendra muda dan Angkasa. Alur seperti itu disajikan demi memberikan elaborasi mengenai apa yang terjadi pada Angkasa dan mengaitkannya dengan kejadian yang dialami Narendra muda, dengan transisi yang tergolong tidak terlalu memusingkan dibanding beberapa prekuelnya.
Seperti film-film sebelumnya, ‘Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti’ membawa kisah yang tak akan jauh dari tema keluarga, kali ini yang akan banyak berfokus pada kisah anak sulung dan masa lalu dari ayah. Akan tetapi, hal yang paling membedakan film terbaru dalam semesta ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’ adalah muatan kasta sosial sebagai pendorong cerita dalam sajian kisah Narendra muda untuk mencerminkan Angkasa di masa kini. Ini pula yang membuatnya tampak relevan dengan latar tahun 80an sebagai sajian alur mundurnya.
Selain dari narasi, aspek karakterisasi yang juga ingin ditonjolkan dalam ‘Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti’. Narendra yang diusung dalam dua versi oleh Jourdy Pranata dan Donny Damara terlihat lebih mendominasi, menyajikan semacam kisah di balik segala tindakannya sepanjang kemunculannya sejak 2020 pada ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’.
Selain itu, Ajeng muda yang dibawakan oleh Yunita Siregar juga cukup mampu dalam menghidupkan kisah sekaligus menjadi salah satu dorongan menuju solusi yang muncul antara Narendra dan Angkasa pada masa kini. Selain itu, film ini juga berhasil menyorot Angkasa yang diperankan oleh Rio Dewanto lebih banyak, utamanya terkait masalah diri yang kemudian mempengaruhi orang-orang terdekatnya.
Seperti halnya film-film lain dalam semesta ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’, aspek teknis yang tersaji pada ‘Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti’ juga tampak digarap dengan serius. Sinematografi yang acapkali menampilkan pergerakan yang smooth, didukung dengan scoring penuh sendu yang berkisar pada alunan musik tahun 80an dan modern cukup berhasil dalam menghidupkan latar yang ditampilkan pada film ini. Tak hanya itu, permainan warna antara kekuningan dan cool sebagai pembeda alur juga mampu tertampil dengan mulus seiring durasinya.
‘Hari Ini Akan Kita Ceritakan Nanti’ menyoroti Angkasa dengan porsi lainnya digunakan untuk menampilkan asal-usul segala tindakan yang diambil oleh Narendra pada masa lalunya.
Dengan usungan alur maju-mundur serta tema mengenai keluarga dan kasta sosial antar manusia, film terbaru dalam semesta ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’ cukup berhasil dalam menghadirkan nuansa baru pada seri yang berusaha untuk tampil realistis dan dekat dengan penontonnya.