Connect with us
Photo Cr. Alice Baxley

Music

Green Day: Saviors Album Review

Ketika situasi politik Amerika kembali bergejolak, Green Day akhirnya kembali rilis album punk rock.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Sejak Green Day mendapatkan kontrak dengan label rekaman besar pada 1994 kemudian sukses dengan “Dookie”, band asal East Bay, California dipuja karena membawa rock punk ke skena musik utama.

Kerap bereksperimen dengan musik mereka, mengubah gaya selama bertahun-tahun, banyak yang beranggapan Billie Joe Armstrong, Tré Cool, dan Mike Dirnt menjual musik mereka ke panggung mainstream. Mulai dari album dengan konsep rock stadion pada tahun 2000an, hingga pop-punk dalam beberapa tahun belakangan.

Namun dengan “Saviors” album keempat belas mereka, Green Day hendak menciptakan sesuatu yang bisa diterima oleh semua orang. Album ini terangkai dari 15 lagu rock punk. Melibatkan Rob Cavallo sebagai co-producer kali ini, Cavallo telah berjasa untuk kesuksesan “Dookie” dan “American Idiot”. Membuat album ini akan memperdengarkan beberapa elemen dari album-album tersebut.

The Gist:

Setelah “Father of All” pada 2020 menyajikan kejutan, dimana Green Day meninggalkan topik politik dan musik punk, digantikan dengan musik garage rock, “Saviors” Green Day kembali ke gaya lamanya. Dengan gejolak dunia politik di negara asal mereka beberapa tahun belakangan, Joe Armstrong akhirnya tak tahan juga untuk tidak peduli dan menuangkan opini layaknya punker sejati.

Dalam ‘The American Dream is Killing Me’, ada kelelahan, dengan lirik yang condong pada sisi gelap di kehidupan masyarakat Amerika saat ini. Menyebutkan bagaimana orang merasa tidak berguna tanpa pekerjaan dan nenek-nenek yang mengkonsumsi fentanil.

Masih mengadaptasi energi positif dari album sebelumnya, “Saviors” tampaknya menemukan formula yang tepat untuk menjadi masa bodoh sekaligus berbobot dalam menganggapi topik politik dan sosial. Green Day seakan hendak menunjukan pada kita bahwa mereka masih memiliki keberanian untuk bersuara jika mereka mau. Membuktikan bahwa salah besar bagi penggemar jika menganggap unit punk ini sudah tidak memiliki taring paca “Father of All” yang lebih playful.

Sounds Vibe:

Dalam “Saviors” Green Day kembali pada gaya catchy mereka di era 90an ketika menulis lagu, disampaikan dengan vokal Billie Joe Amrstrong seakan membawakan orasi yang mendesak. Keterlibatan Rob Cavallo hadir cukup penting dalam arahan warna muskk album yang punky, tajam, namun tidak berantakan. Album ini sangat nge-punk, mengacu pada era 90an dalam presentasi musiknya. Dalam beberapa pemberhentian mungkin akan terdengar terlalu monoton.

Track seperti ‘Strange Days Are Here to Stay’ dan ‘Fancy Sauce’ akan mengingatkan kita pada hits ‘Basket Case’. Kemudian terdengar musik punk DIY pada track ‘Look Ma, No Brains!’. Setelah berbagai eksperimen dan perjalanan bermusik yang berpindah-pindah arahan musik, Green Day kali ini hendak menunjukan bagaimana mereka mampu menyampaikan pesan kuat melalu melodi pop-punk yang catchy.

Best Tracks:

“Look Ma, No Brains!” dan “One Eyed Bastrad’ dua track terbaik dengan arahan musik punk rock klasik. ‘1981’ juga menjadi track menyenangkan dengan lirik konyol seperti ‘She is a cold war in my head, and I’m East Berlin‘.

Kemudian ada track-track lembut seperti ‘Goodnight Adeline’ yang penuh nostalgia, track akustik seperti ‘Father to A Son’ dan ‘Fancy Sauce’. Track variasi seperti ini menyelamatkan pacing dalam tracklist “Saviors”, dimana terkadang jiwa punk Green Day lupa untuk memelankan suara dan tempo mereka dalam 15 lagu yang bisa terdengar melelahkan.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

The Smile: Wall of Eyes The Smile: Wall of Eyes

The Smile: Wall of Eyes Album Review

Music

Connect