Connect with us
Photo credit: Peter Mountain/ Metro-Goldwyn-Mayer Pictures Inc.

Film

Cyrano Review: Skenario ‘Catfish’ Berlatar Period Drama 

Drama musikal yang kental dengan materi cinta dalam lirik dan syair. 

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Cyrano” (2021) merupakan film drama musikal yang disutradarai oleh Joe Wright, diadaptasi dari pertunjukan panggung yang ditulis oleh Erica Schmidt dengan judul serupa pada 2018 lalu. Istri Peter Dinklage (aktor utama dalam film ini) tersebut juga ambil bagian dalam penulisan naskah film period romance ini. Kisah klasik ini pertama kali ditulis oleh Edmond Rostand pada 1897 bertajuk “Cyrano de Bergerac”, sebagai pertunjukan panggung. 

Ini bukan pertama kalinya sutradara Wright mengarahkan film bertema period romance. Sebelumnya Ia telah menyutradarai film terkenal seperti “Pride & Prejudice” (2005) dan “Atonement” (2007). “

Cyrano” memiliki fokus cerita pada seorang pria kerdil yang lihai dalam mengayunkan pedang dan merangkai kata menjadi syair yang merenggut hati pembacanya. Terlalu lama memendam rasa cintanya dari Roxanne (Haley Bennett), kini sahabatnya tersebut jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Christian de Neuvillette (Kelvin Harrison Jr.)

Kisah Cyrano, Pria Kerdil yang Jatuh Cinta dengan Wanita Tercantik di Kota

Peter Dinklage merupakan karakter sempurna sebagai Cyrano de Bergerac. Hal ini lebih dari sekadar kesesuaian fiksi yang dimiliki aktor ini dengan protagonis dalam kisah ini, namun citra Dinklage sebagai pria kerdil dengan potensi besar serta level intelektual yang melampau orang dengan tinggi normal. Citra tersebut tak dipungkiri melekat pada aktor ini berkat penampilan memukaunya dalam serial “Game of Thrones”

Melihat Cyrano, secara perlahan kita akan dibuat tidak peduli dengan kekurangan fisiknya. Mulai dari sekuen aksinya menaklukan sekelompok orang dengan pedangnya, hingga kelihainya dalam merangkai surat cinta yang lebih dari sekadar romantis. Cyrano hampir tampil sebagai karakter yang sempurna namun rasa layak untuk dicintai menjadi satu-satunya kelemahan utamanya, menjadi isu utama yang membuahkan banyak konflik baru dalam kisah percintaan dramatis ini. 

Kita bisa melihat Peter Dinklage memberikan penampilan yang kuat sekaligus rapuh sebagai pria yang dengan gengsi tinggi dalam menghadapi kenyataan cinta. Ada cinta sekaligus kesengsaraan dalam setiap penampilannya. Kemudian didukung dengan dialog dan syair seputar cinta yang menjadi objek utama dalam “Cyrano”. 

Bukan Film Drama Musikal dengan Gaya Produksi yang Mengikuti Trend

Film drama musikal kembali trending beberapa tahun belakangan di Hollywood. Mulai dari “La La Land” (2017) hingga film remake terbaru yang juga masuk nominasi Oscar 2022, “West Side Story” (2021).

Kebanyakan film bertema musikal Hollywood terbaru menjual lagu yang catchy, disertai sinematografi berkualitas tinggi, dengan keseluruhan produksi desain yang megah dan kompleks. Jika film-film tersebut menjadi standar yang menimbulkan ekspektasi tertentu pada “Cyrano”, film musikal Joe Wright ini tidak menyuguhkan cita rasa tersebut. 

Secara sinematografi, film ini tampil apa adanya seperti film period drama pada umumnya. Tidak ada pergerakan kamera dramatis atau frame dengan warna vibrant untuk menonjolkan adegan tarian yang dinamis. Hanya ada beberapa adegan tarian yang dieksekusi, selebihnya lebih tampak seperti pertunjukan drama panggung. Dengan adegan klasik seperti Christian yang bersyair di pelataran dengann Roxanne menyambut di balkon rumahnya. 

Tidak bisa dibilang standar juga, “Cyrano” merupakan film drama period kolosal dengan produksi yang detail. Mulai lokasi syuting yang menghadirkan suasana otentik di Sisilia, Italia, hingga penampakan figuran yang riuh dalam satu adegan di keramaian. “Cyrano” juga masuk nominasi Oscar 2022 dalam kategori Best Costume Design. 

Drama Period Bagai Syair Cinta Klasik yang Ditulis Pujangga

Konflik utama dalam “Cyrano” adalah cinta segitiga dengan skenario pemalsuan identitas surat oleh Cyrano dan Christian. Secara teknis, kita bisa menyebut bahwa tindakan Cyrano sebagai catfishing dengan medium analog. Karena tidak percaya diri dengan penampilannya, Ia mengambil kesempatan dengan kehadiran Christian sebagai pria yang dicintai Roxanne hanya karena penampilannya. 

Syair dan nyanyian dalam film drama musikal ini ditulis bagaikan puisi cinta klasik. Klise, namun tak dipungkiri keromantisannya. Film ini juga memiliki babak terakhir dengan ketragisan yang sempurna. Dengan pernyataan terakhir yang mengemas keseluruhan kisah cinta Cyrano dan Roxanne yang dramatis sebagai naskah drama cinta klasik. 

Bagi penggemar skenario “Romeo and Juliette” bisa jadi akan menikmati “Cyrano”. Berbeda dengan drama musikal yang sedang nge-trend, “Cyrano” memiliki visi jelas dalam mengangkat makna cinta yang hendak disampaikan melalui karakter protagonisnya, yaitu gengsi pribadi dan kepercayaan diri dalam menyatakan perasaan pada orang yang kita sayangi. 

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect