Connect with us
Cyberpunk: Edgerunners
Netflix

TV

Cyberpunk: Edgerunners Review – Kebrutalan Menawan Petualangan David Martinez di Night City

Punya segalanya untuk menjadi animasi bertema Cyberpunk terbaik.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Cyberpunk: Edgerunners” merupakan Netflix Anime Series terbaru yang sedang trending di media sosial. Buat yang familiar dengan game bergenre role-play adventure, “Cyberpunk 2077”, anime yang dikembangkan oleh Rafal Jaki merupakan spin-off dari semesta dalam game tersebut. Meski mengklaim referensi dari game tersebut dan sukses menjadi boosting penjualan “Cyberpunk 2077” di Steam pekan ini, ‘Edgerunners’ lebih dari sekadar sajian adaptasi game yang kita ketahui selama ini.

Semesta ‘Cyberpunk’ yang diadaptasi dalam anime ini merupakan ciptaan Mike Pondsmith. Sebuah ekosistem kota post-futuristic dengan teknologi mutakhir namun berdampingan dengan kesenjangan sosial dan angka kriminalitas tinggi.

Kali ini kita akan diajak mengikuti petualangan David Martinez, remaja yang kehilangan arah di Night City setelah tragedi yang menimpanya. Menelantarkan harapan orang tua untuk berkarir sebagai corpo, David mengikuti instingnya untuk menjadi edgerunners, pencuri dengan berbagai misi berbahaya, atau kerap disebut sebagai cyberpunk.

Cyberpunk: Edgerunners

Kebrutalan Menawan Petualangan Cyberpunk David Martinez di Night City

Awalnya, kisah David Martinez tampak seperti anime protagonis dalam genre shounen yang sudah umum. Mulai dari latar belakang tragedi, sentuhan sentimental yang klise (karena sudah sering diadaptasi), hingga motivasi untuk balas dendam. Namun, seiring berjalannya episode, petualangan David di Night City memiliki perkembangan yang membuat penonton terpukau. Fasenya ceritanya cukup cepat dan banyak hal agenda yang terjadi dalam setiap episodenya.

Kisah David Martinez sebagai protagonis kita kali ini memiliki segalanya untuk menjadi tontonan bergenre cyberpunk yang sempurna. Sebagai protagonis yang memilih untuk menjadi edgerunners, kita akan terekspos dengan berbagai kebrutalan jalanan di Night City. Mulai dari obsesi modifikasi tubuh (cyberware), perusahaan besar yang memonopoli teknologi, dan usaha bertahan hidup dengan berbagai misi ilegal. Cyberpunk mungkin bisa dimasukan dalam salah satu wujud semesta dengan vibes neo-noir. Dengan protagonis anti-hero, karakter femme fatale, anomali kriminal, konten seksual, hingga kerasnya musik rock mengiri setiap aksi badass. “Cyberpunk: Edgerunners” berhasil mengemas semua elemen tersebut dalam limited series terdiri dari sepuluh episode.

Sebetulnya kisah David Martinez cukup sederhana dan kronologis. Namun, bagi kita yang baru saja masuk dalam dunia cyberpunk, mungkin akan membutuh waktu untuk terbiasa dan familiar dengan beberapa istilah baru dalam semesta ini. Catatan buat penonton baru, tidak perlu menjadi pemain “Cyberpunk 2077” untuk memahami serial ini. Meski referensi semestanya serupa, cerita yang disajikan dalam ‘Edgerunners’ ini benar-benar baru, bahkan untuk kita yang sudah menjadi penggemar cyberpunk sejak lama.

Perpaduan Aset Barat dan Jepang Ciptakan Animasi Hibrida

“Cyberpunk: Edgerunners” memiliki desain produksi animasi yang secara keseluruhan cukup hibrida. Keunikan, ‘kekalutan’, dan ledakan nuansa yang colorful dalam animasi ini terpancar sebagai project yang melibatkan banyak profesional dari latar belakang berbeda. Kita bisa melihat referensi Jepang yang khas dari anime, namun ada pula aset produksi yang jelas dari negeri barat. Mulai dari opening visual artistik yang berbeda dari tipikal anime pada umumnya, kemudian diiringi dengan ‘This Fire’ dari Franz Ferdinand sebagai opening theme.

Ada banyak unsur teknis produksi yang diambil alih oleh pihak kreatif Jepang. Mulai dari Hiroyuki Imaishi sebagai sutradara, deretan voice actor Jepang (Aoi Yuuki, KENN, Hiroki Touchi), character designer, hingga memilih Trigger sebagai studio animasi untuk proyek ini. Sementara aspek lain yang berbentuk ide, konsep semesta, referensi, dan vibes lebih banyak dari departemen di negeri barat. Meski pendek dan diklaim sebagai standalone spin-off, “Cyberpunk: Edgerunners” telah menghasilkan proyek kaya materi dan aset produksi sebagai salah satu yang ikonik di budaya pop terkini.

Animasi Dinamis Penuh Aksi dan Desain Karakter Cyberpunk Keren

Buat para penggemar animasi petualangan laga berlatar di kota masa depan, animasi ini bisa menjadi tontonan baru yang sempurna. Setiap episode pasti menampilkan adegan aksi dalam skala kecil maupun skala besar. Mulai dari eksploitasi aksi modifikasi tubuh dengan berbagai implan unik, pertarungan dunia cyber sebagai wujud baru hacking, serta ledakan, senjata api yang riuh, hingga pertarungan yang intens.

Skenario adegan juga diisi dengan berbagai karakter dengan desain bergaya cyberpunk yang keren oleh Yoh Yoshinari. Karakter femme fatale seperti Lucy menjadi karakter yang memikat dan mendapatkan penggemar baru. Bahkan karakter pendukung seperti Rebecca belakangan cukup populer diidolakan oleh penggemar anime. Rebecca memiliki vibe psycho girl seperti Harley Quinn dan Jinx (Arcane). David Martinez memiliki desain awal yang cukup generik, namun secara bertahap berkembang menjadi karakter yang kuat dan memiliki perkembangan emosional menarik, begitu pula perkembangan modifikasi tubuhnya.

Sebagai animasi dengan latar Night City yang identik dengan lampu neon di malam, Trigger berhasil memberikan presentasi warna yang immersive dalam medium 2D. Shading untuk warna-warna yang berkilau dan efek bercahaya dalam gelap anime ini sangat bagus. Eksekusi movement yang dinamis dalam setiap frame juga sangat mulus dan berkarakter, menjadi ciri khas tersendiri untuk “Cyberpunk: Edgerunners”.

Namun, catatan khusus buat penonton dengan photosensitive epilepsy, karena visual animasi ini mengandung banyak glitch dan cahaya lampu strobo.

“Cyberpunk: Edgerunners” bisa jadi animasi adaptasi game terbaik di Netflix setelah “Arcane” di Netflix. Meski tidak terlihat ada potensi (dalam segi cerita) untuk melanjutkan kisah David Martinez dan kawan-kawannya dengan season baru, semesta dan gaya dari anime ini bisa menjadi wadah untuk spin-off cyberpunk lainnya.

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Arcane Season 2 Arcane Season 2

Arcane Season 2 Review: Animasi Menawan yang Terlalu Cepat Berakhir

TV

The Penguin The Penguin

The Penguin Review: Era Baru Supervillain di Media

TV

Don’t Move Review Don’t Move Review

Don’t Move Review: Punya Potensi Walau Narasi Kurang Dalam

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect