Connect with us
black midi schlagenheim review

Music

Black Midi: Schlagenheim Album Review

Untuk sebuah album debut, black midi seakan meluapkan semua kemampuan, energi dan diri mereka di dalam Schlagenheim.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Black Midi merupakan nafas segar di era musik pop saat ini. Bila frasa “nafas segar” dirasa kurang cocok, mengingat band dengan 4 orang member remaja ini sama sekali tak memberikan ‘nafas segar’, maka Black Midi setidaknya layak disebut sebagai ordered chaos di antara saturasi musik pop. Album Schlagenheim dari guitar band asal London ini tak seperti apapun yang pernah diluncurkan pada era musik sekarang. Bahkan rasanya, menentukan genre untuk album ini saja rasanya tidak mungkin.

Schlagenheim mengaburkan batasan antara musik dan permainan instrumen yang membentuk formasi apapun. Lupakan mengenai lirik, karena band ini seakan hanya menggabungkan kata-kata, quote, dan frasa yang mereka miliki untuk diselaraskan dengan tone yang diciptakan. Bahkan bila perlu tinggalkan bayangan order verse-bridge-verse atau verse-chorus-bridge-verse yang masih menjadi pedoman untuk sebagian besar rilisan musik. Aturan dan formasi, bahkan genre rasanya tak mampu mengikat karya Black Midi.

Nama Black Midi sendiri sebenarnya masih sangat asing. Dimana tak terlalu mengagetkan dengan arah yang mereka tuju secara musikalitas. Dimulai pada bulan Januari lalu saat KEXP mengunggah video sepanjang 26 menit, menunjukan 4 orang remaja bermain musik di sebuah hostel. Perpaduan dari permainan drum, gitar, bass dan vokal Geordie Greep, Morgan Simpson, Cameron Picton, dan Matt Kwasniewski-Kelvin merebut banyak perhatian. Terutama dari mereka yang haus akan musik rock progresif yang belum terkontaminasi dengan embel-embel pop mainstream.

Tak terlalu lama, video live performance mereka menjadi viral. Mulai dari menjadi panduan dari bermain drum sampai pembahasan mengenai vokal dari Geordie Greep. Namun tentunya pertanyaan terbesar tetap: apa yang dilakukan 4 orang remaja Inggris ini membawakan musik yang mungkin sudah ketinggalan 3 dekade dan era kebelakang?

6 bulan kemudian, 5 track yang dimainkan oleh Black Midi untuk KEXP dirilis dalam bentuk studio album debut, Schlagenheim. Jujur saja, versi live performance dan studio mereka dapat dibandingkan.

Album Schlagenheim memiliki garis besar musik rock, bila menilai dari permainan gitar di sepanjang album. Sentuhan indie mungkin diberikan dari warna vokal serta vokalilasi dari Greep. Sedangkan sudut progresif disumbangkan melalui gebukan drum dan bass. Jangan lupa, keduanya juga bertanggung jawab dari apa yang disebut “noise/distorsi” di album ini.

Berbeda dengan band lain, bahkan yang kontemporer sekalipun, Greep, Simpson, Picton dan Kwasniewski-Kelvin seakan tak repot menyambungkan musik diantara keempatnya. Mereka bermain dengan gaya, warna musik dan tempo masing-masing. Bahkan vokal dari Greep pun sering kali akan berlawanan dari tune, seperti pada track “953”. Menariknya “tambalan” dari berbagai warna musik bahkan juga lengkingan “noise” di album ini menghasilkan harmonisasi memabukan.

Berpindah pada track berikutnya, “Of Schlagenheim” black midi semakin membuat pendengarnya mabuk kepayang. Permainan drum dari Simpson jelas memiliki kualitas di atas rata-rata. Perpaduan dari permainan drum dan juga “noise” yang dibuat dari bass, ditambah vokal dari Greep rasaya cukup membawa track ini sebagai salah satu yang terbaik. Pergantian tempo saat lagu memasuki bagian verse (atau kah itu bridge?) serta lengkingan tawa out of tune dari Greed menjadi puncak klimaks berikutnya.

Untuk “Ducter”, petikan gitar menjadi pembuka dari lagu. Sebelum disambut dengan vokal Greed. Tak ada yang salah dengan track ini, hanya saja setelah nyaris 5 menit dimabukkan oleh “Of Schlagenheim”, track lain jadi terdengar begitu biasa-biasa saja. Walau tentunya, “Ducter” bukan sama sekali track biasa.

Track pamungkas “bmbmbm” mungkin menjadi soundtrack dari album ini, atau black midi secara keseluruhan. Untuk track satu ini keempat anggota band berusaha untuk menjadi lebih selaras. Tentunya dengan cara mereka sendiri. Permainan gitar dan drum masih mendominasi, namun kali ini dengan efek vokal yang memberikan vibe berbeda dari track lainnya. “bmbmbm” menjadi penutup yang manis untuk Schlagenheim.

Untuk sebuah album debut, black midi seakan meluapkan semua kemampuan, energi dan diri mereka di dalam Schlagenheim. Chaos yang diciptakan oleh gitar band dari Inggris ini rasanya layak mendapatkan rating yang baik. Akhir kata, Schlagenheim adalah sebuah masterpiece.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect