Bahkan sebelum pandemi menyerang, sebagian besar anak-anak muda di seluruh dunia telah menghabiskan waktu semakin banyak di dalam ruangannya masing-masing. Sekarang di tengah-tengah masa isolasi, #Alive memberikan penggambaran mendalam mengenai bertahanan hidup di tengah wabah zombie melalui lensa yang berbeda dari biasanya. Dengan kisah tipikal dari tema zombie, #Alive lebih berfokus pada dampak psikologis dari isolasi dan penggunaan teknologi digital untuk bertahan hidup.
Mengisahkan tentang Joon-woo, seorang pemain game online yang terbangun dan menemui apartemennya kosong, keluarganya telah pergi keluar meninggalkannya sendiri. Beberapa saat kemudian, sebuah teriakan mengisi kompleks apartemennya, diikuti dengan teriakan-teriakan lainnya, dan wabah zombie pun dimulai. Mengisolasi dirinya sendiri di dalam apartemennya, dengan hampir tidak ada sinyal dan stok makanan terbatas, Joon-woo berusaha untuk menunggu pertolongan demi bertahan hidup.
Ditulis oleh Matt Naylor dan Cho Il-hyung, #Alive tidak memberikan terlalu banyak laga melawan para zombie, kecuali untuk satu sekuens yang sangat keren menjelang akhir film. Justru, sama seperti judul naskah orisinilnya, “Alone”, film ini berkisah tentang seorang pria muda yang berusaha untuk bertahan hidup sendirian. Tetapi dengan arahan sang sutradara Cho Il-hyung, film ini berhasil mengubah tema yang mati dan sepi menjadi hidup.
Dengan fokus pada karakter Joon-woo, #Alive memilih Yoo Ah-in yang pernah terkenal di kalangan internasional atas filmnya, Burning (2018), dimana dia beradu akting dengan Steven Yeun. Dalam peran utama protagonisnya, Yoo Ah-in berhasil menunjukkan perasaan yang rumit yang menggandrungi sang karakter dalam isolasi. Karakternya sendiri ditulis dengan sangat baik, kisah latar belakangnya diceritakan secara tersirat melalui kekhawatirannya mengenai keluarganya dan kalimat Ayahnya yang selalu terngiang, menyuruhnya untuk tetap hidup.
Membintangi #Alive bersama Yoo Ah-in, Park Shin-hye muncul di pertengahan film sebagai penyintas lain yang merupakan tetangga Joon-woo. Baru-baru ini paling terkenal akan aktingnya di serial Memories of the Alhambra (2018), perannya sebagai Yoo-bin adalah faktor besar yang memberikan lebih banyak jiwa dalam kisahnya. Dengan muka datar, Yoo-bin digambarkan sebagai orang asing misterius yang baik hati dan bertumbuh seiring berjalannya kisah dengan menunjukkan perasaannya. Walaupun kisah lengkapnya tidak pernah diceritakan hingga akhir, kilasan mengenai pribadinya berhasil meninggalkan impresi yang cukup kuat dengan para penonton.
(Warning: spoiler)
Dilihat dari perkembangan kisah, film ini dapat dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama mengenai isolasi, bagian kedua mengenai harapan, dan bagian ketiga mengenai perjuangan untuk bertahan hidup. Bertumpu pada Yoo Ah-in, rasanya sangat dapat dimengerti ketika melihat Joon-woo kesulitan menghadapi kesendiriannya, bahkan tanpa koneksi internet untuk menghubungi orang-orang terdekatnya. Dampak psikologis yang diperlihatkan di layar rasanya terlalu mirip dengan keadaan saat ini.
Pada satu adegan, Joon-woo sedang menonton TV ketika sudah berada di ujung tanduk dengan kondisi mentalnya. Sementara itu, di layar TV terlihat pembawa berita yang sedang berbicara dengan seorang psikolog mengenai cara menjaga kewarasan di tengah wabah zombie. Lalu Joon-woo menghancurkan TV-nya. Di satu sisi, adegan tersebut mendorong orang-orang untuk lebih menyadari masalah kesehatan mental sebagai dampak wabah. Namun di sisi lain, hal tersebut juga menyentil masyarakat bahwa di tengah wabah, tidak mungkin hanya bisa bertumpu pada kata-kata praktisi kesehatan mental.
Keputusasaan dan hilangnya rasa ingin hidup pada bagian pertama merupakan pupuk untuk bagian kedua yang memberikan harapan di ujung tanduk, dalam bentuk keberadaan manusia lain. Isolasi memang membawa kesepian dan kesengsaraan yang aktual, manusia adalah makhluk sosial bagaimanapun juga, dan keberadaan orang lain mungkin saja adalah hal yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.
Pada akhirnya, #Alive menawarkan sebuah pemikiran bahwa mungkin tidak cukup untuk hanya memiliki orang lain demi bertahan hidup, tetapi juga harus berjuang untuk keselamatan diri sendiri. Akan tetapi, hal paling pintar yang dilakukan film ini adalah bukan hanya berjuang sendiri dengan menggunakan drone, tetapi juga memperkenalkan peran media sosial dalam bertahan hidup. Bahwa bahkan ketika terisolasi sendirian secara fisik, masih ada harapan dalam bertumpu kepada orang lain di ujung dunia untuk menyampaikan pesan dan meminta bantuan yang dibutuhkan.