Masih banyak anak muda yang mungkin berpikir bahwa menjadi sutradara sukses dan terkenal diawali dengan mengemban pendidikan formal di universitas terkemuka. Coba simak kisah inspirasional dan tidak terduga dari sutradara-sutradara terkenal yang tidak sekolah film. Beberapa dari mereka ada hanya berangkat dari sekedar pecinta film, tak sengaja bertransisi sebagai filmmaker, dan banyak kisah tak terduga lainnya.
Ada beberapa sutrdara sukses di industri film yang tidak mengenyam pendidikan formal dengan menghadiri sekolah film. Meskipun sekolah film dapat memberikan ilmu secara profesional, gelar, dan peluang koneksi, banyak sutradara yang ternyata bisa mencapai kesuksesan melalui tekad, passion, kreativitas, dan pengalaan langsung mereka sendiri. Berikut sederet sutradara terkenal yang tidak sekolah film.
Quentin Tarantino
‘Ketika orang bertanya padaku apa aku mendatangi sekolah film, aku jawab mereka, ‘Tidak, aku mendatangi ‘film’.’merupakan salah satu quote inspiratif dari sutradara terkenal Quentin Tarantino. Tarantino sudah menunjukan kecintaan pada dunia film sejak kanak-kanak. Dalam suatu wawancara, ia menyebutkan orang tuanya bahkan membiarkannya menonton film-film laga dengan konten kekerasan. Karena bagi ibunya ‘itu hanya film, itu tidak nyata’.
Seiring bertumbuh dewasa, rasa cintanya dengan film juga semakin besar. Tarantino keluar dari SMA, kemudian bekerja di toko rental film, dimana ia mendapatkan akses untuk menonton banyak film dan belajar secara otodidak. Ia pun menemukan jalannya sebagai sutradara sukses di Hollywood dengan berbagai pengalaman langsung dari level pemula hingga akhirnya menjadi penulis naskah dan mampu menyutradarai filmnya sendiri.
Christopher Nolan
Christopher Nolan juga menjadi sutradara otodidak sejak usia belia. Nolan sudah mulai belajar membuat film secara amatir dengan kamera Super 8 pada usia remaja bersama teman-temannya. Nolan sempat kuliah di University College London, namun ia mengambil jurusan Literasi Inggris. Tanpa melupakan passion-nya dengan film, ia masih suka membuat film-film pendek sembari kuliah.
Nolan menyebutkan bahwa ia tidak terlalu menggemari teknologi dan special effect untuk menciptakan film yang bagus. Yang terpenting dalam film adalah cerita dan karakter. Oleh karena itu kita bisa melihat bagaimana film-film pada masa debut Nolan tidak semegah dan semahal sekarang. Dengan semangat tersebut, ia menginspirasi bahwa siapa pun bisa mulai membuat film meski secara amatir, asalkan memiliki bakat dalam menulis cerita dengan karakter yang memikat.
Wes Anderson
Wes Anderson merupakan sutradara terkenal yang tidak sekolah film lepas dari signature dan keikonikan filmnya yang sangat teknikal. Sutradara dari film mendatang, “Asteroid City” ini kuliah di Universitas of Texas di Austin, namun ia mengambil jurusan filosofi. Padahal di universitas tersebut ada jurusan film. Saat berkuliah di sana, ternyata Anderson bergaul dengan anak-anak film, dimana ia juga bertemu dengan aktor Owen Wilson.
Ia kemudian terlibat pula dengan aktivitas pembuat film, mulai mencintai filmmaking, dan mulai membuat film pendeknya sendiri sambil kuliah. Wes Anderson sebetulnya sempat melihat dirinya sebagai penulis naskah, namun kini ia menjadi salah satu sutradara papan atas Hollywood dengan visual trademark-nya sendiri.
Stanley Kubrick
Sutradara dibalik film klasik “2001: A Space Odyssey” dan “The Shining”, Stanley Kubrick juga sutradara terkenal yang tidak sekolah film. Pada usia remaja, Kubrick sebetulnya lebih menyukai dunia fotografi dan ingin menjadi seorang fotografer. Ia akhirnya sempat berprofesi sebagai fotografer, menjual hasil jepretannya ke majalah-majalah, hingga akhirnya ia beralih passion ke dunia filmmaking.
Ia memulai dengan memproduksi film indie dan dokumenter pendek. Dengan latar belakangnya sebagai fotografer, bisa kita lihat bagaimana Kubrick selalu menerapkan komposisi yang simteris dan tepat pada setiap frame dalam film-filmnya.
Akira Kurosawa
Akira Kurosawa adalah sutradara Jepang yang produktif sebagai sutradara pada era 1950an hingga 1980an. Menjadi nama di balik film-film klasik Jepang terbaik seperti “Rashomon”, “Seven Samurai”, dan masih banyak lagi. Kurosawa tidak sekolah film, ia berkuliah di Tokyo Academy of Fine Arts jurusan seni melukis. Itu mengapa film-film Kurosawa memiliki komposisi visual yang artistik. Sama seperti bagaiman Stanley Kubrick dengan latar belakangnya sebagai fotografer.
Setelah lulus kuliah, ia justru bekerja di industri film sebagai asisten sutradara dan penulis naskah. “Rashomon” merupakan film debutnya yang memenangkan Golden Lion pada Venice Film Festival.
Steven Spielberg
Sutradara summer blockbuster dengan filmnya, “Jaws” dan film-film besar lainnya, tidak sekolah film. Lucunya, Spielberg sebetulnya sempat mendaftar sebagai mahasiswa film di Southern California’s School of Cinematic Arts, namun ditolak. Ia akhirnya kuliah di California State University mengambil jurusan Bahasa Inggris.
Meski ditolak dari sekolah film, Spielberg tetap memiliki minat besar pada film. Ia mengambil kursus dan berusaha mendapatkan pekerjaan di berbagai project film.
Akhirnya, Spielberg meninggalkan kuliahnya dan mengejar mimpinya sebagai filmmaker. Ia memproduksi beberapa film pendek secara independent, hingga akhirnya mencuri perhatian Universal Studios. Lalu debut dengan film panjang pada 1974, “The Sugarland Express”.
Sofia Coppola
Sebagai putri dari sutradara terkenal, Francis Ford Coppola, Sofia Coppola sudah terpapar dengan dunia film sejak usia dini. Namun ia tak lantas bercita-cita sebagai sutradara seperti ayahnya. Sofia sempat bereksperimen di dunia fotografi dan fashion.
Hingga pada 1990an, ia mulai terjun dalam dunia filmmaking sebagai aktris di beberapa film. Namun ia semakin dekat dengan profesi sutradara ketika mendapat kesempatan untuk menyutradarai video klip musik dari berbagai musisi seperti The Black Crowe dan Madonna. Kemudian ia debut sebagai sutradara dengan “The Virgin Suicides” pada 1999.
Greta Gerwig
Greta Gerwig mungkin termasuk sutradara generasi modern, namun kehadirannya di dunia film sudah familiar sebagai aktris sejak lama. Gerwig sendiri awalnya lebih memiliki ketertarikan pada seni penampilan, akting, dan menulis naskah. Ia kuliah di Columbia University dan mengambil jurusan Bahasa Inggris dan filosofi. Namun ia tetap terlibat dalam beberapa project penampilan panggung.
Sembari menjadi aktris di awal karirnya di industri film, ketertarikan Gerwig berkembang ke pembuatan film, sebagai penulis naskah dan sutradara. Hingga akhirnya ia debut dengab film semi-biografi-nya, “Lady Bird” pada 2017. Kesuksesan film tersebut telah memberikan tempat berpijak yang mantap bagi Gerwig sebagai salah satu sutradara yang karyanya selalu dinanti, seperti film mendatangnya, “Barbie” yang akan rilis Juli mendatang.
Joko Anwar
Bahkan sutradara Indonesia sebesar Joko Anwar tidak sekolah film. Sutradara asal Medan ini tumbuh besar dengan menonton film-film bergenre horor dan kung fu. Ia juga telah menulis naskah dan menjadi sutradara pertunjukan drama saat SMA.
Joko Anwar tidak sekolah film karena orang tuanya tak sanggup mendukung secara finansial. Ia akhirnya berkuliah di Institut Teknologi Bandung jurusan teknik penerbangan.
Setelah lulus kuliah, ia bekerja di The Jakarta Post sebagai wartawan dan kemudian menjadi kritikus film. Hingga akhirnya ia mewawancarai sutradara Nia Dinata dan tertarik untuk mengajaknya terlibat dalam produksi film “Arisan!”.
Joko Anwar akhirnya sukses debut dengan film “Janji Joni” pada 2005, film yang naskahnya ia tulis saat masih berkuliah. Film debutnya berhasil membawanya masuk nominasi Sutradara Terbaik Piala Citra.