Connect with us
10 Film Bertema Kampanye Politik
Columbia Pictures

Cultura Lists

10 Film Bertema Kampanye Politik

Sederet rekomendasi bertema kampanye politik di tengah euforia Pemilu 2024.

Film bertema kampanye politik bisa menjadi medium bagi kita untuk memahami dunia yang kurang kita pahami. Terutama pada kampanye pemilu presiden 2024 saat ini, beberapa masyarakat awam mungkin hanya melihat kampanye yang sudah siap untuk dihidangkan di media. Padahal ada proses penggodokan arahan kampanye yang menarik untuk diulik di dapur politik.

Baik menggunakan segala cara maupun taat pada pedoman moral, wajah asli kampanye politik selalu sajikan topik yang menarik untuk disimak secara teknis. Lebih dari sekadar propaganda sempurna, namun motivasi dan ambisi dibalik strategi dan janji-janji tersebut. Berikut sederet film bertema kampanye politik yang seru untuk ditonton.

The Candidate (1972)

“The Candidate” merupakan film klasik satir politik yang disutradarai oleh Michael Ritchie. Dibintangi oleh Robert Redford sebagai Bill Mckay, pengacara yang karismatik dan idealis.

Film ini mengeksplorasi dinamika politik di Amerika dalam latar masa kampanye fiksi Senator di California. Mckay melihat masa kampanye tersebut sebagai peluang untuk meningkat pemahaman akan isu yang penting, namun semakin mengalami kemunduran karena kompromi dan manipulasi politik.

“The Candidate” dipuji karena formula cerdasnya yang seimbang antara nilai otentik dan teatrikal politiknya. Film politik seperti ini mampu menimbulkan diskusi tentang sejauh mana para kandidat bisa berkompromi demi memenangkan pemilu.

Wag the Dog (1997)

Satu lagi film bertema kampanye politik yang dieksekusi dengan naskah satir adalah “Wag the Dog” oleh Barry Levinson. Film klasik ini dibintangi oleh Dustin Hoffman dan Robert De Niro, ceritanya tentang manipulasi persepsi publik akan politik.

Ketika presiden Amerika dituduh melakukan kejahatan seksual seminggu sebelum pemilu, seorang staff public relation dan produser Hollywood berkolaborasi untuk mengalihkan perhatian masyarakat dengan perang yang dibuat-buat menentang Albania.

“Wag the Dog” menjadi film yang mengajak penonton mengeksplorasi dan memahami bagaimana media memiliki kekuatan besar untuk manipulasi politik, dengan peleburan antara realita dan fiksi. Mungkin sudah bukan rahasia umum lagi di era modern serba digital. Namun pada masanya, film ini memberikan pemahaman luas akan praktek tersebut.

Primary Colors (1998)

“Primary Colors” adalah film sutradara Mike Nichols yang diangkat dari novel oleh Joe Klein. Menjadi eksplorasi satir akan politik di Amerika, narasi mengikuti karakter Jack Stanton, gubernur wilayah Selatan yang diperankan oleh John Travolta. Ia penuh karisma, namun memiliki celah dalam kampanye kepresidenannya.

Meskipun film ini dirilis sebagai karya fiksi, ada pararel dengan skandal politik sungguhan. Ini menjadi analisa akan kompleksitas moral, ambisi, dan kompromi demi mengejar kekuasaan.

Dengan naskah dan penampilan deretan cast yang mantap, “Primary Colors” menjadi potrait candid yang menghibur namun juga berbobot. Memberikan kita kesempatan untuk melihat bagaimana cara kerja dapur kampanye politik.

Election (1999)

“Election” adalah film politik bergenre dark comedy dari sutradara Alexander Payne. Dibintangi oleh Matthew Broderick and Reese Witherspoon. Kalau film yang satu ini skala pemilunya lebih kecil, yaitu pemilihan presiden tingkat SMA. Skena kecil ini pun tetap bisa jadi sajian satir untuk proses politik pemilu. Dengan Tracy Flick sebagai murid ambisius dengan pencapaian tinggi dan guru yang frustrasi hanya dengan pemilihan tingkat sekolah.

Akhirnya, politik pemilu mau besar atau kecil skenanya tetap tentang ambisi, kode etik, dan konsekuensi akan mengejar kesuksesan. “Election” menerima pujian berkat humornya yang tajam, karakter-karakter yang menarik, dan kandungan komentar sosialnya di tengah sifat kompetitif di masyarakat Amerika secara umum.

The Ides of March (2011)

“The Ides of March” merupakan film drama politik yang sutradarai dan dibintangi juga oleh George Clooney. Ryan Gosling juga membintangi film ini, bersama Philip Seymour Hoffman, dan Paul Giamatti. Berlatar pada masa puncak kampanye kepresidenan, film ini mengeksplorasi kompromi moral dan pengkhianatan di dunia politik.

Di sini Gosling berperan sebagai sekretaris kampanye press yang kesetiaanya diuji seiring ia menginvestigasi kompleksitas rupa politik. Sebagai rilisan era modern, “The Ides of March” menuai pujian berkat narasinya yang memikat, penampilan kuat, dan potrait mendalam tentang dilema etika yang harus dihadapi individu dalam usaha mengejar kekuasaan politik.

No (2012)

Sebelum dikenal sebagai sineas dengan reputasi global melalui “Jackie” dan “Spencer”, Pablo Larrain menyutradarai film politik Chili, “No”. Film ini berlatar pada peristiwa 1988, ketika masyarakat Chili melakukan pemungutan suara untuk memutuskan status keberlanjutan masa kepemimpinan ditaktor Augusto Pinochet.

Dibintangi oleh Gael Garcia Bernal, ia berperan sebagai Rene Saavedra, ia mencetuskan iklan kampanye singkat, namun memikat dan tepat sasaran hanya dengan slogan ‘NO’.

Beberapa dari kita mungkin familiar dengan aktor utamanya, Bernal bermain sebagai Jack Russell dalam “Werewolf by Night”-nya MCU. Selain “No”, baru-baru ini Larrain juga merilis film semi-biopik fiksi politik Chili di Neflix, “El Conde”.

Long Shot (2019)

“Long Shot” merupakan film komedi romantis yang disutradarai oleh Jonathan Levine. Dibintangi oleh Charlize Theron dan Seth Rogen, bercerita tentang jalinan cinta tak biasa antara Sekretaris negara, Charlotte Field dan seorang jurnalis, Fred Flarsky. Ketika Charlotte hendak membuat kampanye kepresidenan, ia mempekerjakan Fred sebagai penulis pidatonya.

Tidak seserius film-film sebelumnya dalam daftar ini, “Long Shot” memiliki elemen romansa yang tetap relevan dengan tema utama. Film ini memadukan humor dengan satir politik dengan cerdas, mengandung isu seputar asmara, ambisi, dan tantangan untuk menjaga hubungan di mata publik. Theron dan Rogen memiliki chemistry yang seru untuk disaksikan dalam film ini.

Game Change (2012)

“Game Change” merupakan film sutradara Jay Roach yang diadaptasi dari buku bertajuk serupa. Film ini menyajikan kronologi pemilu presiden Amerika Serikat 2008 dan fokus pada kampanye Sarah Palin sebagai kandidat wakil presiden. Dibintangi oleh Julianne Moore, ia menampilkan akting menawan sebagai Palin, menangkap potrait kompleksitas karir politiknya.

Film ini mengeksplorasi dinamika dan tantangan dalam kampanye. Menyajikan pemahaman akan proses pengambilan keputusan dan bagaiman hal tersebut mempengaruhi reputasi Palin yang tidak terduga. Ini menjadi narasi tentang sifat alami atmosfer politik yang terkadang bisa tidak tertebak selama masa kampanye.

Napoleon Dynamite (2004)

“Napoleon Dynamite” adalah film komedi indie oleh sutradara Jared Hess, mendapatkan status sebagai cult classic karena pesona quirky dan humornya yang unik. Berlatar di kota kecil bernama Idaho, narasi mengikuti Napoleon Dynamite yang diperankan oleh Jon Heder. Ia adalah remaja kikuk yang eksentrik, berusaha memahami kehidupan SMA-nya.

Dengan teman-temannya yang sama-sama eksentrik dan keluarganya yang unik, Napoleon mengalami sederet kesialan, termasuk membantu kawannya, Pedro dalam kampanyenya sebagai presiden sekolahan. Satu lagi film kampanye namun dengan skena kecil yang tetap mampu memperlihat komplesitas dalam aktivitas politik ini.

Milk (2008)

Yang satu ini strategi kampanye sedikit beda dan ekstrim. “Milk” merupakan biopik dari Harvey Milk yang diperankan oleh Sean Penn. Harvey Milk adalah politikus homoseksual pertama yang mengakui jati dirinya secara publik. Ia akhirnya berhasil menjadi politikus aktivis LGBT pertama yang memenangkan kursi di San Francisco pada 1977.

Sekalipun era tersebut kampanye hak asasi kaum LGBT sedang kencang-kencangnya, era tersebut juga masih menjadi era yang sulit untuk orang seperti Harvey Milk. Meski film biopik ini meangkat kisah tragis sosok politikusnya, jelas “Milk” bisa menjadi film kampanye politik yang menantang untuk dipahami.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di Indonesia

Entertainment

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect