Connect with us
What They Don’t Talk About When They Talk About Love
Courtesy: Locarno Film Festival

Film

What They Don’t Talk About When They Talk About Love Review

Eksplorasi cinta dari sudut pandang yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Laki-laki jatuh cinta karena apa yang mereka lihat, sementara perempuan jatuh cinta karena apa yang mereka dengar. Lantas, apa berarti kita tidak bisa mencinta ketika tidak bisa melihat dan mendengar? Gagasan cinta tersebutlah yang hendak dieksekusi oleh Mouly Surya dalam salah satu film terbaiknya, What They Don’t Talk About When They Talk About Love. Film ini rilis pada 2013 silam, dibintangi oleh Ayushita, Nicholas Saputra, dan Karina Salim.

Film drama romantis ini bercerita tentang beberapa karakter utama yang tinggal di sebuah asrama sekolah luar biasa (SLB). Diana adalah perempuan yang hanya bisa melihat dari jarak yang sangat dekat, sementara Fitri sudah tunanetra sejak Ia lahir. Adapula Edo, anak penjaga kantin yang bisu dan tuli. Ketiganya memiliki kisah cinta sederhana namun unik, mengajak kita melihat bagaimana jatuh cinta dengan indera yang terbatas.

Premis Film Romantis yang Sangat Original dan Menarik

What They Don’t Talk About When They Talk About Love dipastikan merupakan film drama romantis yang belum pernah ada di Indonesia sebelumnya. Bahkan jika dibandingkan dengan film bergenre serupa di kancah internasional. Film ini memiliki ide sama originalnya dengan film romantis seperti Her (2013) dan Beauty Inside (2015) yang mekeksplorasi interaksi dan wujud cinta yang dari faktor daya tarik yang berbeda. Namun, jika kedua film tersebut memiliki sentuhan fantasi, film garapan Mouly satu ini lebih realistis. Nuansa “fantasi” mungkin akan terasa hanya karena kita tidak pernah tau rasanya menjadi tuna netra maupun lahir dalam kondisi bisu tuli. Kisah yang diangkat dalam film ini jelas akan menjadi pengalaman baru bagi penonton dengan indera lengkap.

What They Don’t Talk About When They Talk About Love

Photo via iffr.com

Sebagai penonton, kita akan merasakan nuansa romantis yang unik dan bikin gemes seperti cinta pertama. Meski kita tidak relevan dengan proses mencintai mereka dengan indera yang terbatas, film ini membuktikan bahwa cinta memang memiliki seribu bahasa. Setiap adegan dan interaksi romantis yang dihadirkan dalam film ini terasa sangat effortless, namun lebih berdampak dibandingkan dengan film-film romantis pada umumnya yang cenderung cheesy.

Memiliki Sentuhan Komedi dan Editing ala Film Art-House

Untuk menggelitik hati penonton, sentuhan komedi disematkan dengan komposisi yang sempurna. Materi humor yang dihadirkan dalah film ini tidak sekedar lucu, namun juga memberikan esensi pada penokohan. Mungkin bukan materi humor yang akan membuat kita tertawa terbahak-bahak, namun cukup menambah ragam emosi dalam film ini. Nuansa black comedy karena kita akan tertawa melihat kekonyolan interkasi setiap karakter dengan keterbatasan indera mereka. Jauh dari kesan offensive, racikan humor comedy yang dimasukan berhasil melengkapi emosi dalam film ini.

Ada beberapa adegan dimana kita akan memahami setiap karakter dengan keterbatasan indera mereka. Misalnya ketika Diana berusaha melihat Andhika, teman sekelas yang Ia taksir, frame yang dihadirkan menunjukan gambar yang sangat buram. Kemudia audio yang dihilangkan ketika Edo melihat film untuk orang bisu tuli. Setiap adegan tersebut dibiarkan otentik tanpa bantuan subtitle, membuat kita yang tidak paham bahasa isyarat menjadi bingung dan merasakan bagaimana menjadi tuli dan tidak paham apa yang orang lain ucapkan.

What They Don’t Talk About When They Talk About Love Film

Photo via iffr.com

Kemudian ada juga babak yang menunjukan semacam ‘alternate universe’ bagi setiap karakter. Tampaknya sutradara ingin memastikan bahwa penonton dapat menangkap pesan yang hendak Ia sampaikan. Karena dalam babak tersebut, ada sedikit penjelasan tentang cinta yang lebih mudah dipahami oleh penonton dengan indera lengkap. Potongan editing tersebut membuat film ini memiliki visual ala film art-house.

Satu lagi yang menarik dalam visual film ini adalah teknik pergerakan kamera dalam beberapa adegan. Teknik dimana kamera mengikuti karakter utama yang berjalan, kemudian berpindah ke karakter lain dengan transisi yang mulus merupakan konsep sinematografi jenius dalam film ini.

Kualitas Akting dan Penokohan Setiap Karakter Utama yang Meyakinkan

Tak ada satu detik pun dalam film ini kita akan meragukan keterbatasan yang dimiliki oleh setiap karakter. Ayushita dan Karina Salim tampil dengan sangat maksimal sebagai siswi SLB yang memiliki keterbatasan indera pengelihatan. Hal ini juga berkat screenplay dan take adegan yang terlihat dikerjakan dengan serius. Menuntut kesabaran setiap cast dan crew yang berkontribusi dalam produksi film ini. Nicholas Saputra juga selalu berhasil tampil sebagai persona baru dalam film yang Ia ambil, salah satunya dalam film ini. Tanpa banyak bicara pada babak pertama, ketika kita melihat Ia berinteraksi sebagai orang bisu, adegan tersebut langsung terasa “menghantam” penonton.

Film tanpa narasi selalu memiliki tantangan tersendiri untuk membangun penokohan. Misalnya saja penokohan Fitri yang jatuh dalam rayuan dokter hantu. Sebelumnya kita akan diberi bekal adegan dimana Fitri menunjukan ketertarikan dengan hal-hal berbau supranatural. Kemudian bagaimana Diana berusaha mendapatkan perhatian Andhika dengan memakai parfum merk tertentu. Banyak adegan-adegan yang tampak sederhana namun sebetulnya mendukung penokohan tiap karakter.

What They Don’t Talk About When They Talk About Love akan memberikan pengalaman baru bagi kita dalam memaknai cinta. Kisah cinta dengan karakter yang memiliki penyakit atau keterbatasan tertentu biasa dibawakan dengan cara klise dan melankolis. Namun, film ini hendak “menormalkan” setiap karakter dengan keterbatasan mereka. Bahwa keterbatasan indera yang mereka miliki tak menghalangi mereka untuk jatuh cinta, mereka sudah terbiasa hidup dengan keadaan tersebut.

Melalui sudut pandangan cinta dari film ini, kita akan mendapatkan pencerhan tentang apa yang tidak pernah orang bicarakan ketika bicara tentang cinta. Kita sudah bisa streaming What They Don’t Talk About When They Talk About Love di Vidio.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect