Connect with us

Film

Violet Evergarden: Eternity and the Auto Memory Doll Review

Plot terlalu cepat namun tetap berhasil sajikan materi drama yang menyentuh hati.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Pada 18 Juli 2019, Studio Kyoto Animation (lebih terkenal dengan julukan KyoAni) mengalami serangan pembakaran gedung yang menewaskan 36 korban tewas.

Tidak terlalu lama terpuruk, KyoAni tetap merilis film spin-off dari salah satu anime terbaiknya, “Violet Evergarden: Eternity and the Auto Memory Doll” pada 3 Agustus 2019 dalam acara AnimaGic di Jerman. Pada bagian credit film, dicantumkan nama-nama staf yang menjadi korban dalam tragedi kebakaran tersebut untuk mengenang dedikasi kerja mereka.

Kita akan diajak kembali mengikuti Violet Evergarden dalam memenuhi tugasnya sebagai ‘auto memory doll’ yang sedikit berbeda kali ini. Dimana Ia ditugaskan untuk membimbing seorang anak gadis keluarga karya bernama Isabella York. Berbeda dengan gadis bangsawan lainnya, Isabella adalah gadis yang pemurung dan sedikit kasar. Namun Violet tetap menjalankan tugasnya dengan baik, mencuri hati Isabella sebagai teman, hingga akhirnya Ia menceritakan masa lalunya yang dirahasiakan.

Violet Evergarden: Eternity and the Auto Memory Doll

Produksi Animasi yang Tak Kehilangan Kualitasnya, Didukung Musik yang Menggugah

Aspek utama yang langsung menarik perhatian penonton dari “Violet Evergarden: Eternity and the Auto Memory Doll” adalah kualitas animasi yang memenuhi ekspektasi. Bagi yang sudah menonton serialnya, “Violet Evergarden” memiliki visual yang sangat indah bagai lukisan. Mulai dari pemilihan warna, desain landscape maupun background, permainan cahaya, hingga gerakan animasi gaun dan rambut setiap karakter yang smooth untuk sebuah animasi 2D.

Anime seperti ini merupakan jenis yang memenuhi ekspektasi akan anime bergenre drama yang heartwarming dan mampu membuat kita menangis hanya karena terpesona karena melihat animasi yang menggugah sebagai sebuah karya seni.

Setiap adegan yang krusial maupun transisi selalu didukung dengan musik latar yang tepat. Masih menggandeng Evan Call sebagai pengisi komposisi musik, film ini memiliki musik pengiring yang mampu menghantar penonton pada emosi yang ingin disampaikan pada setiap adegannya.

Violet Evergarden: Eternity and the Auto Memory Doll

Kisah Mengharukan Antara Isabella York dan Taylor Bartlett

Dalam film berdurasi satu setengah jam ini, kita akan diajal berkenal dengan dua karakter baru secara terpisah, yaitu Isabella York dan Taylor Bartlett. Diawali dengan pertemuan Isabella York dan Violet di sekolah asrama perempuan.

Objektif Violet kali ini bukan menulis surat, namun menjadi asisten yang mengajari Isabella berbagai tata krama dan etika bangsawan. Sejak awal, kita bisa melihat bahwa Isabella berbeda dengan murid-murid bangsawan lainnya, membuat penonton menanti hingga karakter ini mau membuka diri pada Violet dan menceritakan kisahnya.

Masuk pada babak kedua, kita mulai diajak berkenalan dengan Taylor Bartlett, gadis kecil yang ceria dan mencolok dengan rambut merahnya. Dalam film ini, cerita memang lebih fokus pada Isabella dan Taylor. Sementara Violet dan rekan kerjanya, Benedict Blue menjadi “wadah” yang menampung dan mendukung karakter yang memiliki cerita.

Beberapa penikmat anime merasa film ini ditutup dengan cliffhanger yang tidak memuaskan. Namun, jenis ketidakpastian yang disajikan pada akhir cerita film animasi merupakan jenis masa depan yang penuh harapan. Karena jika terlalu banyak momen yang berjalan sesuai ekspektasi, akan memberikan kesan plot yang lebih cepat dari yang sudah ada.

Kekurangan pada Pengembangan Karakter dan Plot yang Terlalu Cepat

Salah satu kelebihan pada serial “Violet Evergarden” adalah pengembangan karakter dan ceritanya yang bagus. Penonton kerap diajak untuk sabar mengikuti perkembangan karakter secara bertahap tanpa di-skip. Menggunakan perhitungan durasi dan ide cerita yang tepat pada setiap episodenya. Sayangnya, keunggulan tersebut cukup hilang dari film yang pada dasarnya merupakan satu episode baru “Violet Evergarden” dengan durasi yang lebih panjang.

Ide cerita memiliki latar waktu yang panjang, namun disingkat menjadi materi satu setengah jam yang akhirnya penuh dengan transisi untuk mempercepat waktu. Ada terlalu banyak flashback juga yang membuat ‘twist’ tidak terlalu mengejutkan. Karakter Isabella yang kita ketahui telah melalui banyak hal yang menguras hati dalam hidupnya, jadi tidak tersaji secara keseluruhan pengembangan karakternya.

Meski dengan kekurangan yang cukup krusial, “Violet Evergarden: Eternity and the Auto Memory Doll”, tetap menjadi film animasi yang layak untuk kita tonton. Setidaknya keindahan dan adegan emosional yang “premature” secara ajaib tetap menggugah karena animasinya yang berkualitas, kemudian didukung dengan alunan musik klasik yang menggugah perasaan.

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di CGV Cinemas Indonesia dengan Teknologi Dolby Atmos

Auditorium ScreenX Terbesar Kedua di Dunia Hadir di Indonesia

Entertainment

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect