Quantcast
The Ugly Stepsister Review: Dongeng Berdarah tentang Obsesi Menjadi Cantik - Cultura
Connect with us
IFC Films

Film

The Ugly Stepsister Review: Dongeng Berdarah tentang Obsesi Menjadi Cantik

Mengubah kisah Cinderella menjadi body horror yang brutal, menyayat, dan penuh sindiran terhadap standar kecantikan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

‘The Ugly Stepsister’ adalah debut panjang sutradara Norwegia Emilie Blichfeldt yang berani dan mengguncang. Film ini memutarbalikkan dongeng klasik Cinderella menjadi kisah body horror yang grotesk, menyakitkan, dan penuh kritik terhadap obsesi masyarakat terhadap kecantikan.

Dengan latar abad ke-18 yang suram, film ini mengikuti Elvira (Lea Myren), seorang gadis yang dianggap jelek, yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan perhatian Pangeran Julian dan mengalahkan saudara tirinya yang sempurna, Agnes.

Naskah yang ditulis sendiri oleh Blichfeldt mengambil inspirasi dari versi gelap cerita Cinderella oleh Brothers Grimm. Namun, alih-alih fokus pada Cinderella, cerita berpusat pada Elvira, yang dipaksa oleh ibunya, Rebekka, untuk menarik perhatian sang pangeran demi menyelamatkan keluarga dari kemiskinan.

Elvira menjalani serangkaian prosedur kecantikan yang menyakitkan dan menjijikkan, termasuk menelan cacing pita untuk menurunkan berat badan dan operasi plastik primitif yang mengerikan. Ketika upayanya gagal, ia bahkan memotong jari kakinya agar muat dengan sepatu kaca yang ditinggalkan Agnes.

the ugly stepsister

Cerita ini tidak hanya menyajikan horor fisik, tetapi juga menggali trauma psikologis dan tekanan sosial yang dialami Elvira. Blichfeldt berhasil menyampaikan kritik tajam terhadap standar kecantikan yang tidak realistis dan dampaknya terhadap individu.

Sinematografi oleh Marcel Zyskind menghadirkan visual yang memukau dan mengganggu. Penggunaan pencahayaan alami dan palet warna yang suram menciptakan atmosfer yang menekan dan menakutkan. Efek visual dan tata rias prostetik digunakan secara efektif untuk menampilkan transformasi fisik Elvira yang mengerikan, membuat penonton merasa tidak nyaman namun terpikat.

the ugly stepsister

Lea Myren memberikan penampilan yang luar biasa sebagai Elvira, menggambarkan transformasi dari gadis polos menjadi sosok yang terobsesi dan hancur secara fisik dan mental. Thea Sofie Loch Næss sebagai Agnes menampilkan kontras yang tajam dengan kecantikannya yang sempurna namun dingin. Ane Dahl Torp sebagai Rebekka, ibu yang manipulatif, menambahkan lapisan kompleksitas pada dinamika keluarga yang disfungsional.

‘The Ugly Stepsister’ mengeksplorasi tema obsesi terhadap kecantikan, tekanan sosial, dan identitas diri. Film ini mengkritik bagaimana masyarakat menilai individu berdasarkan penampilan fisik dan bagaimana tekanan tersebut dapat menghancurkan seseorang dari dalam, bahkan luar. Dengan pendekatan body horror, Blichfeldt menyampaikan pesan bahwa kecantikan yang dipaksakan dapat berujung pada kehancuran.

‘The Ugly Stepsister’ adalah film yang berani dan menggugah, menggabungkan elemen horor dengan kritik sosial yang tajam. Meskipun beberapa adegan mungkin terlalu ekstrem bagi sebagian penonton, film ini berhasil menyampaikan pesan penting tentang bahaya obsesi terhadap kecantikan. Dengan sinematografi yang kuat, akting yang memukau, dan naskah yang provokatif, film ini layak mendapat perhatian.

Sebuah reinterpretasi dongeng klasik yang mengerikan dan menggugah, ‘The Ugly Stepsister’ menawarkan pengalaman sinematik yang tak terlupakan dan penuh makna.

Chungking Express: Fragmen Cinta dan Kesepian di Kota yang Tak Pernah Tidur

Film

Triple Frontier Triple Frontier

Triple Frontier: Ketamakan, Senapan, dan Lupa Pulang

Film

Jurnalisme Tanpa Nurani: Dunia Gelap dalam 'Nightcrawler' Jurnalisme Tanpa Nurani: Dunia Gelap dalam 'Nightcrawler'

Jurnalisme Tanpa Nurani: Dunia Gelap dalam ‘Nightcrawler’

Film

A Time to Kill: Ketika Hukum Diuji Nurani A Time to Kill: Ketika Hukum Diuji Nurani

A Time to Kill: Ketika Hukum Diuji Nurani

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect