Connect with us
The Taste of Things
IFC Films

Film

The Taste of Things: Kuliner Prancis & Period Drama Romantis

Kisah cinta antara pecinta makanan dan juru masaknya yang menggugah selera.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“The Taste of Things” adalah film Prancis yang disutradarai oleh Tran Anh Hung. Film period drama berlatar di Prancis 1889 ini dibintangi oleh Juliette Binoche dan Benoit Magimel.

Ini adalah kisah cinta antara Dodin Bouffant, seorang pecinta kuliner yang masyhur, dengan juru masak handalnya, Eugenie. Meskipun sudah 20 tahun bersama, Eugenie lebih memilih menjadi juru masak Dodin daripada menjadi istrinya. Sama-sama punya passion di bidang memasak, cinta mereka lebih tersampaikan melalui cara menikmati hidangan yang mereka masak dan nikmati.

Drama kuliner menjadi salah satu genre yang masih jarang kita temukan di film maupun serial belakangan. Karena memang sulit memproduksi drama kuliner tanpa visi yang jelas. Memang ada satu dua judul yang berhasil seperti “The Menu” dan “The Bear”.

Buat penggemar drama kuliner dengan latar yang tenang dengan romantisme berlatar musim panas di Prancis yang hangat, “The Taste of Things” bisa jadi film hidden gems yang sayang untuk dilewatkan.

The Taste of Things

Kisah Cinta Pecinta Makanan dengan Juru Masaknya

20 tahun menjalin kasih tanpa komitmen pernikahan, kisah cinta Eugenie dan Dodin sajikan kematangan dan kedewasaan. Berbeda dengan film period drama Eropa pada umumnya biasanya erotis dan steamy, jelas bahwa “The Taste of Things” lebih dominan dengan tema kulinernya. Cinta antara kedua karakter utama lebih dieksplorasi melalui kegemaran, cinta mereka yang lain, yaitu dunia kuliner.

Film ini tak hanya mengajak kita mengecap makanan, kita juga akan mengecap cinta, dan semangat kehidupan, terutama dari sudut pandang Eugenie yang selalu menyampaikan rasa syukurnya akan kehidupan. Terlepas dari realita yang mungkin akan menghantam mereka kedepannya.

Film ini diadaptasi dari literasi berjudul “The Passion of Dodin Bouffant”, dimana tak hanya hasrat akan kuliner karena statusnya sebagai pecinta makanan, namun juga hasratnya pada Eugenie.

Tidak perlu dramatis dan mengumbar romantisme berlebihan, kita bisa merasakan cinta Dodin dan hasratnya untuk memiliki Eugenie yang lebih berjiwa bebas. Pada saat-saat sulit seiring berkembangnya plot, kita juga bisa melihat bagaimana cintanya pada dunia kuliner juga ikut hambar ketika hal buruk terjadi. Cinta dan makanan seperti tidak bisa dilepaskan dari kisah romansa antara Eugenie dan Dodin.

Kalau chemistry antara Binoche dan Magimel sudah tidak perlu diragukan lagi. Dengan profesionalisme tinggi, keduanya mampu tampil sebagai pasangan dewasa yang kasmaran. Kedua aktor ini pernah menikah pada 1998 dan telah bercerai sejak 2003.

The Taste of Things

Penyajian Kuliner dengan Visual dan Sound Maksimal

Tantangan utama dari menciptakan film bertema kuliner adalah presentasi visual masakannya. Tak diragukan, “The Taste of Things” sukses dalam mengeksekusi sinematografi dan sound untuk memikat penontonnya.

Menjadi tantangan bagi filmmaker-nya, membawa penonton ke dapur Eugenie hanya dengan mengandalkan indera pengelihatan dan pendengaran penonton, ketika makanan adalah tentang indera perasa. Sejak adegan pembukanya, melihat Eugenie dan Dodin berlenggang di dapur saja sudah seperti melihat cooking show favorit kita. Namun lebih sinematik, artistik, dan hangat.

Ada beberapa editing dan penyampaian dialog yang juga membantu penonton untuk berimajinasi akan rasa hidangan yang kita lihat saja. Perpaduan visual dan desis-desis dalam proses memasak yang immersive nyaris sempurna untuk membuat kita bisa “mencium” aroma masakah Eugenie yang terlihat lezat. Mulai dari metode memasak, cara karakter mendeskripsikan makanan, dan visualnya, sangat menyakinkan bahwa film ini melibatkan juru masak profesional sebagai konsultan mereka.

Film Prancis yang Tenang Namun Tidak Membosankan

Bagi yang familiar dengan lanskap film drama Eropa salah satunya Prancis, mungkin sudah terbiasa dengan film-film yang terasa tenang dan lambat. Tak sedikit pula yang biasanya berakhir membosankan, namun “The Taste of Things” bukan salah satunya. Dalam durasi 2 jam, mungkin film ini akan terasa lambat hanya karena kesunyian tanpa dialog dan musk latar.

Contohnya saja pada adegan pembuka dimana Eugenie bersama dengan asisten dan Dodin sibuk di dapur untuk menyiapkan jamuan pada tamu-tamu Dodin. Semua karakter tampil fokus dengan tugas masing-masing, tidak ada musik latar karena sound lebih ingin memperdengarkan suara dapur yang immersive.

Eksekusi seperti ini juga kita temukan pada film-film Eropa terbaru, “The Zone of Interest” dan “Anatomy of a Fall”, dimana keduanya jauh dari kta membosankan. Begitu juga dengan film drama kuliner ini, tidak akan terasa membosankan jika kita menginvestasikan perasaan pada hubungan dua karakter utamanya, serta mencintai kuliner seperti mereka.

Film ini juga tidak bisa dibilang slow pace, karena perkembangan plot dari babak ke babak cukup cepat, disajikan dengan alur maju yang kronologis dan tanpa adegan filler yang sunyi tanpa makna. Selalu ada yang terjadi untuk kita simak.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect