Connect with us
The Swarm
Netflix

Film

The Swarm Review: Teror Belalang dan Drama Keluarga yang Suram

Lebih dominan drama keluarga, tanpa plot yang intens.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“The Swarm” merupakan film yang digarap oleh sutradara Prancis, Just Philippot. Naskah ditulis oleh Jerome Genevray dan Franck Victory. Film ini sempat terpilih sebagai International Critics Week pada Cannes Film Festival 2020.

Bercerita tentang Virginie (Suliane Brahim) seorang single mother yang sedang membesarkan kedua dua anaknya, Laura (Marie Marbonne) dan Kevin (Victor Bonnel). Sedang mengalami kesulitan finansial, Virginie mengusahakan ternak belalang untuk dijual sebagai bahan makanan berprotein. Namun Ia mengalami kesulitan dalam mengembang-biakan belalang-belalangnya, hingga Ia mempelajari bahwa belalang memiliki ketertarikan pada darah.

Mungkin beberapa dari kita memiliki ekspektasi yang rendah untuk sebuah film bertema teror monster. Namun “The Swarm” memiliki penulisan naskah yang cukup berkualitas sebagai sebuah film drama yang berpadu dengan genre thriller.

The Swarm

Bukan Film Monster Serangga yang Murahan

Berbeda dengan kebanyakan B-Movie Hollywood bertema monster yang murahan, film produksi Prancis tidak bisa lepas dari cirinya yang artistik dengan sentuhan arthouse. Baik untuk film drama, sci-fi, termasuk “The Swarm” dengan tema monster. Mulai pengarahan aktor dengan akting yang tidak berlebihan, penulisan naskah dengan alur yang natural, hingga konsep dari monster belalang yang tidak murahan dan kelewatan konyol.

Dalam “The Swarm”, belalang yang hadir sebagai monster memiliki konsep dengan perkembangan masuk akal. Tidak ada virus buatan, tidak ada rekayasa ilmiah, maupun mutasi yang berlebihan.

Meski tetap ada sisi fiktif, terlihat usaha penulis naskah untuk membuat monster belalang ciptaannya bisa berdampingan dengan kisah drama keluarga yang menjadi konflik utama dalam kisah ini. Tak sekadar belalang yang muncul secara instan dan meneror kehidupan manusia.

The Swarm Review

Film Drama Keluarga yang Suram dengan Teror Belalang

Naskah yang disajikan sebetulnya lebih fokus pada konflik dan perjuangan Virginie sebagai single mother. Dimulai dari latar belakang keluarga Virginie, gejolak hubungan antara dirinya dengan anak-anaknya. Terutama dengan Laura yang memasuki masa pubertas dengan emosi yang labil.

Berkembangnya bencana teror belalang juga disebabkan dari kesulitan yang Ia alami. Pada akhirnya, “The Swarm” sebetulnya bukan film tentang monster belalang, namun kisah keluarga Virginie yang “dikerubungi” oleh monster belalang.

Keberadaan monster dalam kisah ini lebih mempengaruhi kesehatan mental dari Virginie sebagai protagonis. Dimana belalang ternaknya menjadi objek perkembangan mental Virginie dalam bertahan hidup untuk anak-anaknya. Tak berbeda dengan kisah seorang ayah yang melakukan tindakan kriminal untuk keluarga yang Ia sayangi.

Mengerikan dan Sadis, Namun Kurang Monumental

“The Swarm” mengandung beberapa adegan yang cukup sadis dan membuat ngilu penontonnya. Meski sedikit, konsep dari bagaimana cara sekumpulan belalang tersebut bertahan hidup juga sudah membuat penonton berimajinasi kengerian yang terjadi pada sebuah adegan yang tidak terlalu dieksploitasi kengeriannya.

Sayangnya, ada banyak babak pengungkapan yang tidak dieksekusi secara monumental. Akting dan konsep dari adegan yang disampaikan sudah cukup bagus, namun tidak maksimal dalam eksekusi visual dan audio. Pemilihan angle atau sinematografi film ini kurang memukau untuk memaksimalkan teror. Begitu juga arahan lagu yang masih standar dan mudah dilupakan.

Padahal, sebagai sebuah film thriller, storyboard dan musik latar sangat penting untuk membangun teror. Pada akhirnya, adegan yang seharusnya monumental tidak terlalu memikat untuk hinggap dipikiran penonton dan menjadi teror yang mengikuti meski film telah berakhir.

“The Swarm” memiliki naskah drama keluarga dengan plot yang jelas, dikembangkan secara natural, dan cukup dekat dengan realita. Namun, film ini tidak bisa digolongkan sebagai film monster yang sempurna. Karena terlalu fokus untuk menyajikan sesuatu yang masuk akal, sisi drama keluarga jadi lebih dominan dibandingkan teror belalangnya sendiri.

“The Swarm” masih bisa menjadi tontonan yang layak buat kita pecinta drama dengan sentuhan thriller yang suram. Tapi bisa menjadi film yang cukup membosankan untuk penggemar film monster dengan ekspektasi plot cerita yang intens.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect