Connect with us
The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy
Cr. Cal Mcintyre

Music

The Last Dinner Party: Prelude to Ecstasy Album Review

Album debut yang paling dinanti-nanti dari The Last Dinner Party jadi jamuan meriah yang sesuai ekspektasi.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

The Last Dinner Party (TLDP) menghidupi namanya dengan menyajikan perayaan dalam setiap pertunjukannya, jamuan yang akan membuat kita ketagihan lebih banyak dari unit rock terbaru dari London ini.

Band rising star ini beranggotakan Abigail Morris sebagai vokalis, Lizzie Mayland sebagai vokalis sekaligus gitaris, Emily Roberts sebagai gitaris utama sekaligus pemain mandolin dan flute, Georgia Davies sebagai pemain bass, dan Aurora Nishevci juga sebagai vokalis dan pemain keyboard. TLDP tidak memiliki drummer tetap, untuk saat ini diisi oleh Rebekah Rayner.

TLDP naik daun pada 2023 ketika single debut mereka, ‘Nothing Matters’ menjadi hits teratas di Inggris. Sejak itu, mereka meraih banyak penghargaan bergengsi. Diantaranya Brit Rising Star, mendominasi puncak polling BBC Sound of 2024, dan akhirnya merilis album debut antisipatif mereka, “Prelude to Ecstacy”, langsung debut di nomor satu di UK Albums Chart pada Februari 2024.

Ketenaran “instan” dari TLDP mungkin menimbulkan keheranan bagi kita yang belum mendengar musik mereka. Band ini telah menuai banyak prestasi bahkan sebelum album pertamanya rilis. Satu cara untuk akhirnya memahami popularitas dan kualitas band rock dan baroque pop ini, dengan mendengarkan album terbaru mereka.

Perempuan-perempuan berbakat ini mencampur tema gothic romance dengan kemewahan yang melahirkan dunia hibrida khas mereka. Setelah populer di London setelah pandemi, band ini dengan cepat mendapatkan kontrak label besar. Selalu memiliki visi yang jelas tentang identitas mereka yang orisinal, mereka ingin semakin totalitas dalam membawakan pertunjukan energik di panggung-panggung yang lebih besar.

The Gist:

“Prelude to Ecstasy” oleh The Last Dinner Party menjadi perjalanan musikal yang mengadaptasi semangat dramatis, kemewahan, dan ambisi yang terpancar sempurna. Melalui album yang diproduksi dalam dapur terampil akan menghilangkan keraguan kita akan talenta dan visi dari kelima perempuan berbakat dengan ekspektasi tinggi.

Komitmen mereka akan kemewahan, pertunjukan teatrikal, hingga tata busana mereka yang ekspresif serta extravagansa lebih dari sekadar estetika dan gimmick. Cita rasa akan kemewahan tersebut terasa dalam jalinan lagu-lagu dalam album ini.

Dalam segi muatan lirik dalam lagu-lagunya, “Prelude to Ecstacy” angkat topik seputar girlhood, kekecewaan, kedekatan, dan hubungan yang sayangnya tidak memuaskan.

Sounds Vibe:

Salah satu kekuatan album “Prelude to Ecstasy” adalah kemampuan TLDP dalam menyatukan elemen-elemen dari berbagai periode sejarah, termasuk Renaissance, kabaret, dan Victorian Gothic. Perkawinan dari berbagai elemen tersebut melahirkan suara unik nan menawan, ditambah elemen rock dan pop modern, hasilkan estetika indah secara visual maupun audio yang memikat bagi pendengarnya.

Kemampuan TLDP dalam meramu berbagai inspirasi dari sumber yang beragam ini membuat mereka layak diberi apresiasi sebagai musisi baru yang kreatif di generasinya.

‘Burn Alive’ menjadi track pembuka yang kuat dengan instrumen orkestralnya, membawa kita ke dunia musikal The Last Dinner Party dengan lagu yang mendeklarasikan keberanian. Lagu ini terinspirasi dari kisah sosok sejarah, Joan of Arc yang dikenal karena keberanian dan pengorbanannya. Track pembuka ini menjadi perkenalan TLDP sekaligus lagu yang pas untuk mendefinisikan mood tracklist secara keseluruhan.

Best Tracks:

‘Nothing Matters’ sebagai lagu yang membuat band ini terkenal pastinya menjadi salah satu track terbaik. Lagu ini dikomposisi dengan tepat, dijalin dari bagian-bagian terbaik dalam album. Dengan kini menjadi bagian dari tracklist yang lebih luas, ‘Nothing Matters’ yang sebelumnya sudah jauh populer, tetap menjadi bagian yang menyatu sempurna dalam album penuh ini.

‘The Feminine Urge’ terinspirasi dari lelucon internet tentang ‘apa yang membuat kamu perempuan’. Liriknya diadaptasi dari postingan di X (sebelumnya Twitter), namun band ini memberikan twist dengan mengubah nuansa ceritanya menjadi lebih menakutkan dan menambahkan tekanan pada ‘menjadi perempuan’. Lagu ini memiliki potrait tentang masalah yang dihadapi perempuan mudah di dunia yang mengharapkan mereka untuk serupa dan sempurna.

‘Beautiful Boy’ menjadi lagu lembut yang akan menyentuh hati pendengarnya. Komposisi musik yang lebih lembut dengan instrumen flute memimpin perubahan atmosfer yang emosional sekaligus menenangkan. Setelah mendengar berbagai track yang berani, lantang, dan ekspresif, lagu seperti ‘Beautiful Boy’ menjadi track terbaik yang menunjukan energi lain yang bisa dipancarkan oleh TLDP.

Kemudian track seperti ‘Mirror’ menjadi lagu yang menunjukan suara spesial dari unit ini. Menjadi track terakhir yang intens, The Last Dinner Party tidak ingin membiarkan kita meninggalkan jamuan tanpa kesan. Menjadi satu lagi track down beat dalam album, namun ‘Mirror’ memiliki emosi yang berbeda dari lagu-lagu lainnya. Terutama karena arahan vokal yang kuat dan lirik yang emosional. Lagu ini terlalu powerful untuk dilupakan sebagai penutup tracklist.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect