Connect with us
The Green Mile Review
Photo: Ralph Nelson/Castle Rock Entertainment

Film

The Green Mile Review: Keajaiban di Bangsal Kematian

Kisah manis dan tragis para tahanan penjara saat menunggu ajal.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Film berlatar di penjara terkenal dengan materi ceritanya yang mengekspos gaya hidup keras dalam kandang kriminal. Sebut saja dua judul yang ikonik di Hollywood seperti “The Shawshank Redemption” (1994) dan “American History X” (1998). Satu lagi judul film drama penjara yang ikonik adalah “The Green Mile” (1999) yang dibintangi oleh Tom Hanks dan Michael Clarke Duncan.

Buat kita yang selama ini masih ragu menonton film ini karena takut mengandung konten kekerasan yang brutal, film dari sutradara Frank Darabont tidak terlalu mengeksplorasi kehidupan dalam penjara yang ada di bayangan kita. Ada sentuhan supranatural yang diselipkan untuk menciptakan sebuah cerita tragis dan dijamin membuat kita patah hati.

Paul Edgecomb adalah kepala penjaga penjara di bangsal hukuman mati. Suatu hari tahanan baru bernama John Coffey masuk dalam pengawasannya setelah mendapatkan hukuman mati karena tuduhan membunuh dua anak gadis. Meski memiliki tampilan yang menakutkan dan berbadan besar, Paul merasa John bukanlah orang berbahaya. Pandangannya berubah ketika Ia menemukan anugerah yang dimiliki oleh John Coffey.

The Green Mile

Koleksi Stephen King yang Sentimental dan Tragis

“The Green Mile” merupakan satu lagi film klasik yang diadaptasi dari novel Stephen King. Ketika menulis cerita yang mengandung materi drama melankolis, penulis horor ini tampaknya menyukai cerita yang bersifat tragedi. Selama 3 jam, cerita film ini memiliki fokus pada Paul sebagai protagonis, kisah John Coffey, dan kehidupan para tahanan yang divonis hukuman mati.

Ketika kita memiliki perkiraan bangsal tersebut dipenuhi dengan pembunuh sadis kelas kakap, secara mengejutkan bangsal tersebut lebih tenang dari bagian penjara lainnya. Disebut ‘green mile’ karena lantai menuju ruangan hukuman mati yang tak jauh dari bangsal tersebut dicat dengan warna hijau.

Meski minim adegan yang dramatis atau kekerasan, bukan berarti tidak ada sama sekali. Tetap ada beberapa adegan mengerikan yang menjadi mimpi buruk ikonik dalam sejarah perfilman Hollywood. Namun hadir untuk sebagai adegan dengan makna mendalam, tidak asal menunjukan sekuen hukuman mati yang hanya sadis.

Memanusiakan Tahanan dengan Latar Belakang Kisah yang Menarik

“Drama” atau konflik yang terjadi dalam bangsal yang dikepalai oleh Paul tidak terlalu intens karena Paul sendiri merupakan petugas yang menjalankan tugas dengan baik. Ia tegas, namun tidak semenah-menah. Meski ada petugas lain yang kerap bikin gara-gara, keberadaan Paul membuat keadaan cepat teratasi.

Tak hanya John Coffey sebagai tahanan dengan kisah menarik, setiap tahanan lainnya juga memiliki kisahnya masing-masing. Kita akan dibuat menyesal telah mengetahui kisah mereka, karena kita jadi kasihan mengetahui bahwa semuanya sudah divonis hukuman mati.

Dari pihak petugas penjaga bangsal maupun tahanan juga ada antagonisnya masing- masing. Pada akhirnya menimbulkan potret yang menarik untuk dilihat; bahwa ada orang jahat dimana-mana, yang membedakan hanyalah satu didalam kurangan dan satunya. Begitu juga sebaliknya. Setelah memahami keseluruhan cerita dan memahami karakter masing-masing, kita tidak akan melihat lagi siapa yang tahanan dan siapa penjaganya. Kita akan menghakimi setiap karakter berdasarkan sifat dan tindakan mereka.

Durasi Panjang, Namun Patut Ditonton Sampai Akhir

Fase film ini cukup lambat dan menuntut kesabaran kita, karena minim aksi dan adegan monumental. Tampaknya ada maksud untuk membuat kita mengenal masing-masing karakter dan memahami misteri yang harus diungkap dari keseluruhan cerita. Dampak yang besar baru bisa kita rasakan secara emosional ketika mengetahui keseluruhan cerita, dan perjalanan kita akan cukup panjang menuju momen tersebut.

Patah hati, sayangnya emosi tersebut yang akan tinggal di hati untuk kita terkesan dengan “The Green Mile”. Beberapa dari kita mungkin tidak akan sanggup melihat film ini untuk kedua kalinya (selain karena durasinya panjang) karena film ini adalah film tragedi.

“The Green Mile” merupakan salah satu judul klasik yang cukup mengintimidasi untuk ditonton karena durasinya yang panjang. Begitu juga ekspektasi tentang konten cerita yang suram di dalamnya dengan latar kehidupan di bangsal eksekusi mati.

Meski ratingnya tidak sangat tinggi jika dibandingkan dengan film klasik ikonik lainnya, “The Green Mile” patut untuk ditonton jika kita sedang ingin mencari film tragedi yang bikin patah hati.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect