Connect with us
Tak Ada yang Gila di Kota Ini

Film

Tak Ada yang Gila di Kota Ini: Menyentil Minoritas dengan Nyeleneh

Wregas Bhanuteja berhasil menyentil diskriminasi kaum minoritas dengan cara unik namun tetap realistis.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Dalam berbagai lingkungan, kaum minoritas tak jarang mendapat perlakuan berbeda dibanding kaum mayoritas. Isu seperti ini tentunya masih kerap ditemui, utamanya pada negara-negara yang masih berkembang. Inilah yang kemudian diangkat dalam film pendek ‘Tak Ada yang Gila di Kota Ini’.

‘Tak Ada yang Gila di Kota Ini’ merupakan film pendek adaptasi cerita pendek karya Eka Kurniawan yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja. Menempatkan Oka Antara, Pritt Timothy, dan Sekar Sari dalam jajaran cast-nya, film produksi Rekata Studio ini berkisah tentang Marwan yang bekerja di resort dan ditugaskan untuk menangkap orang-orang gila yang berkeliaran di sana, lalu membuangnya ke hutan. Namun, Marwan memiliki agenda lain terhadap orang-orang gila tersebut.

Tak Ada yang Gila di Kota Ini

Dalam durasi 20 menit, ‘Tak Ada yang Gila di Kota Ini’ tampil dengan premis yang tergolong simpel. Premis tersebut kemudian dikemas dengan alur maju yang sebenarnya sangat mudah dipahami apabila penonton jeli dalam memaknai simbolisasi di dalamnya.

Walau durasinya singkat, Wregas Bhanuteja dan kawan-kawan berusaha menampilkan berbagai isu yang hadir di sekitarnya, seperti diskriminasi minoritas dan bagaimana penguasa berusaha melakukan sugarcoat atas apa yang sesungguhnya terjadi pada lingkungan yang ia kuasai. Semuanya dihadirkan dengan cara unik dan nyeleneh dengan bermacam-macam simbolisasi, membuatnya menjadi tontonan yang sangat menyentil nurani penonton.

Jajaran cast-nya cenderung belum terlalu terkenal, terkecuali Oka Antara, Pritt Timothy, dan Sekar Sari yang sudah malang melintang dalam industri sinema Indonesia. Meski begitu, para pemeran dalam ’Tak Ada yang Gila di Kota Ini’ mampu membawakan perannya dengan baik, menjadikan film pendek dari Rekata Studio ini tetap enjoyable.

Selain narasi dan akting yang menarik, aspek teknis yang diusung dalam ‘Tak Ada yang Gila di Kota Ini’ juga tak bisa dianggap remeh. Permainan warna yang vivid, sinematografi yang secara seimbang bermain dengan wide shot dan close-up shot, serta scoring yang chill, semuanya berhasil dihadirkan untuk membuat film pendek ini asik dinikmati.

Pada akhirnya, ‘Tak Ada yang Gila di Kota Ini’ berhasil menyindir bagaimana minoritas didiskriminasi oleh kaum yang lebih dominan. Walau dikemas dalam durasi yang singkat, film arahan Wregas Bhanuteja ini enjoyable dengan representasinya yang nyeleneh.

Transformers: Rise of the Beasts Transformers: Rise of the Beasts

Transformers: Rise of the Beasts Review – Upaya Mengekspansi Franchise

Film

Little Fish Little Fish

Little Fish: Ketika Perasaan Lebih Kuat Daripada Kenangan

Film

Spider-Man: Into the Spider-Verse Spider-Man: Into the Spider-Verse

Spider-Man: Into the Spider-Verse Adalah Animasi Revolusioner di Era Modern

Entertainment

Compartment Number 6 Compartment Number 6

Compartment Number 6 Review: Before Sunrise Versi Suram Berlatar di Rusia

Film

Connect
Enable Notifications OK No thanks