Quantcast
Sister Death Review: Horor Religi Artistik dengan Estetika Biara Kuno - Cultura
Connect with us
Sister Death Review
Netflix

Film

Sister Death Review: Horor Religi Artistik dengan Estetika Biara Kuno

Dari semesta horor Veronica, Sister Death mengungkap misteri roh jahat di biara Katolik yang tragis.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“Sister Death” merupakan film horor terbaru Netflix oleh Paco Plaza. Sutradara asal Spanyol ini terkenal melalui film footage horror “Rec” (2007) dan “Veronica” (2017).

“Sister Death” sendiri merupakan prekuel dari “Veronica”, sempat dinobatkan sebagai salah satu film Netflix Original terbaik dalam genrenya. Dipromosikan sebagai semesta horor, sepertinya Plaza ingin membuat semesta horor seperti “The Conjuring” yang sukses. Popularitas Valak sebagai roh biarawati kejam sebetulnya membuat film ini sekilas terlihat seperti versi rip off-nya. Namun, ini bisa jadi film horor yang lebih baik dari “The Nun II” yang rilis September 2023.

Berlatar setelah Perang Dunia II, suster Narcisa (Aria Bedmar) tiba di suatu biara untuk menjadi tenaga pengajar. Sejak kecil, ia terkenal sebagai ‘Gadis Suci dari Peroblasco’, disebut-sebut memiliki anugerah melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang awam. Daripada anugerah yang bersifat suci dan ilahi, ternyata suster Narcisa masih tak yakin apa yang kekuatannya adalah pertanda dari Tuhan atau justru dari roh jahat. Kemampuannya pun diuji dengan fenomena supranatural di biara dengan sejarah kelam dan tragis.

Horor Religi Sajikan Visual Artistik Anti Bosan

Jika dibandingkan dengan film-film Plaza sebelumnya, “Sister Death” sejauh ini memiliki presentasi sinematografi terbaik. Didominasi dengan warna putih dari latar gedung biara yang minimalis dan kuno, serta seragam suster yang putih melambangkan kesucian.

Secara visual, film ini bukan berusaha untuk terlihat menyeramkan dan suram, justru hendak menampilkan lokasi yang seharusnya tampak suci dan memberikan rasanya nyaman layaknya tempat suci. Desain seragam suster dan pernak-pernik ala Katolik kunonya sangat otentik.

Namun tone ceritanya yang suram membuat lokasi suci ini tampak menyeramkan dengan rahasia yang bersemayam di sudut-sudut kosongnya. Baik pada adegan siang hari maupun malam hari, horornya tetap terasa pada adegan-adegan yang dimaksud sebagai adegan krusial. “Sister Death” menampilkan eksekusi seni dari Paco Plaza yang hendak mengakselerasi sinematografi filmnya. Ini benar-benar peningkatan dari koleksi horor sang sutradara sebelumnya.

Sister Death Review

Kualitas Akting Aria Bedmar Membuat Penonton Merinding

Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam film horor untuk meninggalkan kesan pada penonton adalah penampilan kuat dari bintang utamanya. Aria Bedmar akan membuat kita terpikat sejak awal hingga akhir “Sister Death”. Memikul reputasi sebagai ‘Gadis Suci’, ia mampu tampil sebagai suster Narcisa yang tampak lugu dan lembut, namun ternyata juga bisa tegas sebagai guru sekaligus tampil menyakinkan dalam adegan-adegan yang mengandung kekerasan. Setiap kali tampil ketakutan, terluka, maupun merasakan kesedihan mendalam, teriakannya akan membuat kita merinding.

Tak hanya Bedmar, aktor-aktor pendukung dalam film horor ini juga berhasil menyandingi penampilan bintang utama. Baik aktor-aktor senior dan banyak juga aktor muda juga yang melengkapi presentasi film ini secara keseluruhan.

Karakter suster Narcisa sebetulnya memiliki penokohan yang menarik. Ia sempat diperlihatkan ragu dengan sedang menjadi suster muda yang sedang bersiap mengambil kaul. Konflik pribadinya adalah apa pengelihatannya merupakan anugerah suci atau kutukan yang bersifat supranatural. Sayangnya ini tidak lagi dieksplorasi dalam kelanjutan plot.

Plot Slow Burn Disertai Foreshadowing yang Melengkapi Skenario

“Sister Death” merupakan film horor dengan eksekusi plot slow burn. Namun tidak membosankan karena penampilan aktrisnya yang memikat serta sinematografinya yang artistik. Film ini ditandai dengan plot yang dibagi dalam tiga babak; pertama pengenalan pada suster Narcisa, sosok gadis hantu yang memiliki kekuatan untuk mengutuk, serta suster Socorro. Suster Socorro ini ibarat Valak-nya “Sister Death”. Babak pertama dan kedua diisi dengan foreshadowing yang nanti akan serasi dengan babak terakhir sebagai jawaban.

Babak awal diisi dengan teror-teror minor. Mulai dari ilusi yang bersifat mempermainkan psikologi, kejutan dari barang yang bergerak tiba-tiba, kemudian diiringi dengan suara dan musik yang mengagetkan. Baru babak terakhir kita akan melihat adegan kematian brutal sekaligus. Sebetulnya ada kesan terburu-buru pada babak ketiga. Namun secara keseluruhan tetap bisa dipahami tanpa plot hole yang serius.

“Sister Death” lebih mengandalkan suasana dan kejanggalan di biara itu sendiri sebagai sumber horornya. Melihat bagaimana para suster menyembunyikan rahasia yang tidak ingin terungkap, membuat mereka lebih mengerikan dibandingkan dengan suster Socorro yang menjadi sumber ancaman supranatural mematikan dalam kisah ini.

Secara keseluruhan, “Sister Death” merupakan film horor slow burn yang artistik. Penampilan akting Aria Bedmar terutama yang berhasil membuat penonton merinding, karena ancaman hantunya sebetulnya tidak terlalu mengerikan kalau dalam segi wujudnya.

Film ini bisa ditonton meski belum menonton “Veronica”, karakter yang akan muncul pada epilog. Jadi, kalau menikmati “Sister Death” bisa banget langsung lanjut nonton “Veronica” di Netflix.

den of thieves 2: pantera den of thieves 2: pantera

Den of Thieves 2: Pantera Review

Film

Mufasa: The Lion King Review Mufasa: The Lion King Review

Mufasa: The Lion King Review – Asal-Usul Mufasa dalam Visual Spektakuler yang Kurang Menggigit

Film

Oscar 2025 Nominations: Snubs and Surprises

Entertainment

Nosferatu 2024 Nosferatu 2024

Nosferatu Review: Kisah Klasik Vampir yang Dibalut Visual Gotik Modern

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect