Connect with us
Seberg Review
Photo: Logan White/Amazon

Film

Seberg Review: Skandal Jean Seberg dan Isu Politik Rasial

Film yang berfokus pada skandal Jean Seberg dengan Hakim Jamal.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Jean Seberg adalah aktris kelahiran Iowa, Amerika yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Prancis. Aktris ini juga merupakan ikon dari era perfilman French New Wave pada 1960-an.

Ada alasan besar mengapa Seberg mengundurkan diri dari Hollywood dan memilih untuk main aman di industri perfilman Prancis hingga akhir hayatnya. “Seberg” merupakan film yang berfokus pada skandal Jean Seberg dengan Hakim Jamal, seorang aktivis hak asasi kaum ras kulit hitam di Amerika. Hubungan terlarang mereka berdua berubah menjadi sesuatu yang serius ketika FBI ikut campur. 

“Seberg” dibintangi oleh Kristen Stewart sebagai Jean Seberg, serta Jack O’Connell, dan Anthony Mackie. Bukan karena penampilan aktris utamanya yang stoik, “Seberg” memiliki alasan lain sebagai film yang gagal mendokrak pamor Kristen Stewart sebagai aktris yang sebetulnya memiliki potensi besar. 

Skandal Percintaan Jean Seberg dan Operasi Rahasia FBI

Film ini terlalu fokus dengan skandal yang terjadi antara Seberg dan Hakim Jamal, anggota ormas pengikut Malcolm X yang berjuang untuk hak asasi ras kulit hitam. Daripada sebuah film biografi seorang aktris hibrida dari era French New Wave, “Seberg” tidak sepenuhnya tentang Jean Seberg, namun lebih tentang sebuah peristiwa kontroversial dengan Jean Seberg di dalamnya. Sudut pandang film juga terbagi menjadi dua, yaitu kehidupan percintaan Seberg dan agen FBI, Jack O’Connell. 

Eksplorasi penokohan Seberg kurang mendalam, naskah “Seberg” hanya menyuguhkan kisah dengan plot yang sebetulnya bisa baca sendiri di halaman Wikipedia. Padahal ada poin menarik yang seharusnya bisa ditunjukan dari Jean Seberg, sebagai seorang aktris Amerika yang berdomisili di Prancis, kemudian kembali ke Hollywood dan mendukung perjuangan keadilan untuk ras kulit hitam yang sedang pada puncak-puncak di tahun 1960-an.

Mengapa Seberg peduli dengan isu tersebut dengan statusnya sebagai aktris? Apa Ia benar-benar peduli, atau hanya sekadar mencari sensasi untuk mendongkrak namanya? Poin-poin menarik tersebut sayangnya dilewatkan oleh penulis naskah “Seberg”.

Materi Sumber Tidak Memberikan Bahan yang Sempurna sebagai Film Biopik

Kisah Jean Seberg yang tragis sebetulnya merupakan salah satu skandal Hollywood yang penuh spekulasi dan teori konspirasi. Ada banyak informasi yang tersebar di media bisa jadi belum teruji faktanya. Beberapa hal yang terjadi pada Jean Seberg masih menjadi misteri yang tak terungkap kejelasannya.

Layaknya teori konspirasi yang mengitari kisah Putri Diana maupun Kurt Cobain, vokalis Nirvana. Menggunakan pendekatan kronologis peristiwa ala reka adegan sebagai naskah film menghasilkan narasi yang membosankan dalam “Seberg”. Tidak ada momentum atau adegan yang berdampak pada penonton sepanjang film. 

Tak hanya menyajikan kisah dari sudut pandang Seberg yang prematur, kisah dari Hakim Jamal dan ormas-nya juga tidak komplit untuk mendukung keseluruhan cerita. Akhirnya yang kita dapatkan hanya kisah perselingkuhan antara aktris dan anggota ormas Malcolm X, kemudian FBI masuk sebagai pengintai yang tidak berbeda dengan paparazi.

Naskah kurang berpihak pada FBI yang seharusnya punya alasan lebih kuat hingga harus melakukan operasi yang dikenal sebagai FBI COINTELPRO. “Seberg” bahkan harus menyisipkan karakter fiksi, Jack O’Connell untuk mempermudah penulisan naskah yang instan. 

Tidak Memberi Pesan yang Berdampak sebagai Biopik Jean Seberg

“Seberg” pada akhirnya hanya memberikan reka adegan skandal perselingkuhan yang tidak berbeda dengan investigasi di acara televisi siang. Kisah Jean Seberg dengan skandal dan operasi pengintaian yang menyalahi privasi seseorang sangat berpotensi dikembangkan menjadi naskah film.

“Seberg” menyajikan naskah instan yang tidak memberikan dampak. Baik dalam segi afirmasi kebenaran sejarah, maupun memahami kompleksitas cinta dan modus Seberg dalam mendukung sebuah organisasi masyarakat ras kulit hitam. 

Naskah semakin diperlemah dengan kehadiran karakter fiksi hingga adegan yang dipertanyakan kebenaran. Kemudian ditutup dengan narasi deskripsi ala film biografi yang tak tahu cara meninggalkan kesan berdampak pada penonton. Layaknya hasil jiplakan materi sejarah yang diakselerasi dengan produksi film dengan aktor-aktor papan atas.

12.12: The Day 12.12: The Day

12.12: The Day Review – Kudeta Militer dan Periode Tergelap Korea Selatan

Film

Look Back Review Look Back Review

Look Back Review: Nostalgia & Tragedi

Film

Conclave review Conclave review

Conclave Review – Drama Intrik di Balik Pemilihan Paus

Film

We Live in Time We Live in Time

We Live in Time Review: Perjuangan Pasangan Melawan Kanker & Waktu

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect